Pada tanggal 14-17 September 2023, diadakan acara Temu BASETA Lintas Tarekat Fransiskan. Sdr. Rio Edison, OFM dan Sdr. Vincent Gabriel, OFM, seksi dokumentasi pada acara tersebut, memberikan reportasi singkat terkait pelaksanaan acara tersebut.
Merayakan Santo Fransiskus Assisi
Terik matahari tidak menyurutkan niat empat puluh dua peserta Temu BASETA Lintas Tarekat Fransiskan datang ke Rumah Retret Canossa, Bintaro-Banten pada hari Kamis, 14 September 2023. BASETA merupakan singkatan dari bawah sepuluh tahun. Istilah ini disematkan kepada para biarawan-biarawati yang usia profesi kekal di bawah sepuluh tahun. Sejak tengah hari, satu per satu peserta mendaftarkan diri di meja resepsionis. Pertama kali diadakan, acara Temu BASETA Lintas Tarekat Fransiskan ini diinisiasi dan diselenggarakan oleh Panitia Perayaan Ordo, Provinsi St. Michael Malaikat Agung, Indonesia.
Selain merayakan 40 tahun berdirinya Provinsi St. Michael Malaikat Agung, pada tahun 2023, persaudaraan Fransiskan mondial merayakan dua peristiwa penting. Pertama, peringatan 800 tahun disahkannya Anggaran Dasar Saudara-Saudara Dina (AngBul) oleh Paus Honorius III pada tahun 1223. Kedua, peringatan 800 tahun peristiwa perayaan Natal di Greccio, 25 Desember 1223. Secara umum, kedua peristiwa tersebut merupakan bagian dari rangkaian perayaan akbar yang disebut centenary. Hingga tahun 2026, para Fransiskan merayakan sejumlah momen penting dan ikonik berkaitan dengan sejarah hidup Santo Fransiskus Assisi.

Perayaan 800 tahun AngBul dan Natal di Greccio dirayakan secara universal oleh para Fransiskan. Perayaan 800 tahun AngBul mengacu pada disahkannya Anggaran Dasar Ordo Saudara-Saudara Dina oleh Paus Honorius III pada tahun 1223. Sumber foto: www.ofm.org
Pada tahun 2024, akan dirayakan 800 tahun stigmata St. Fransiskus. Si Miskin dari Assisi tersebut adalah orang kudus pertama yang tercatat menerima lima luka Yesus sebagai tanda kedekatan dengan Yesus. Pada tahun 2025, akan dirayakan 800 tahun Kidung Saudara Matahari. Semasa hidupnya, St. Fransiskus menggubah syair untuk memuji Allah melalui keindahan alam semesta. Syair lagu ini, di kemudian hari, menginspirasi Paus Fransiskus dalam menulis ensiklik Laudato Si’. Ensiklik yang mengajak seluruh umat manusia untuk memberi perhatian khusus bagi planet Bumi yang terus-menerus mengalami kerusakan masif akibat tindakan (dan pola pikir) manusia.
Pada tahun 2026, akan dirayakan 800 tahun wafatnya St. Fransiskus Assisi. Sejarah mencatat, St. Fransiskus Assisi wafat pada tahun 1226. Akan tetapi, pengaruh dan kharisma rohaninya telah memperkaya Gereja dan bertahan hingga saat ini. Bahkan, majalah Times edisi tahun 1992 menempatkan St. Fransiskus Assisi sebagai salah satu dari sejumlah tokoh yang sangat berpengaruh pada milenium kedua. Ia telah turut mengubah dunia.
Pada temu BASETA ini, Sdr. Fransiskus Assisi Oki Dwihatmanto, OFM didapuk sebagai koordinator sekaligus pembawa materi. Turut pula Sdr. Rikard Selan, OFM sebagai pemateri pada hari ketiga. Para peserta yang terlibat dalam acara selama empat hari ini berasal dari berbagai tarekat Fransiskan, baik ordo pertama maupun ordo ketiga regular, seperti OFM Provinsi St. Michael Malaikat Agung, OFM Kapusin (Provinsi Medan, Kustodi Sibolga, Provinsi Kalimanatan, dan Kustodi di Nias), OFM Konventual, SFS Sukabumi, OSF Semarang, OSF Sibolga, KFS, KSFL, FSE, FCh, SFD, FCJM, dan SMFA.
Prosesi Bayi Yesus dan Pentahtahan AngBul
Tepat pada pukul 17.00 acara dimulai. Bertempat di Ruang Seminar, Sdr. Daniel Klau Nahak, OFM selaku Vikaris Provinsi memimpin Ibadat Pembuka. Ibadat Pembuka dan ibadat-ibadat lain yang didoakan selama kegiatan diracik dengan “bumbu khas Fransiskan”. Karya-karya Santo Fransiskus Assisi dan Injil menjadi rujukan utama untuk barisan kalimat doa yang didaraskan.
Ibadat dirayakan secara kolaboratif. Setiap peserta terlibat dengan membacakan teks ibadat secara bergantian. Selama kegiatan berlangsung, ibadat dipimpin oleh para peserta yang telah dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Sdr. Ambros Haward, OFM bertanggung jawab memastikan ibadat khas fransiskan tersebut terlaksana. Ibadat Pembuka mengantar para peserta ke dalam tema yang hendak dirayakan. Pentahtahan replika AngBul dan prosesi bayi Yesus menjadi simbolisasi dua peristiwa penting.

Pentahtahan replika AngBul dalam Ibadat Pembuka
Setelah Ibadat Pembuka, acara berlanjut pada perkenalan antarpeserta. Duo Situmorang, Sdr. Santono Situmorang, OFM dan Sr. Ruth Situmorang, FCh memegang kendali atas acara perkenalan. Sesi ini diselingi juga dengan games ringan dan canda tawa. Kebekuan suasana di antara peserta karena baru berjumpa perlahan mencair.
Suasana persaudaraan semakin terbentuk tatkala makan malam tiba. Para peserta mulai saling berbagi cerita sembari menikmati hidangan. Gelak tawa mulai muncul meski belum kuat. Silentium tidak berlaku karena kegiatan ini bukan retret atau rekoleksi. Persaudaraan mesti dirayakan dengan sukacita!

Para peserta saling berkenalan satu sama lain.
Selepas makan malam, Sdr. Oki Dwihatmanto, OFM memberikan introduksi dan tuntunan praktis perihal acara ini. Sebagai bagian dari rangkaian perayaan akbar hingga 2026, acara ini merangkul seluruh keluarga Fransiskan. Salah satu tujuannya adalah agar putera-puteri St. Fransiskus Assisi dapat mengenal dan memahami dengan baik kekayaan spiritualitas yang telah diwariskan oleh Sang Santo.
Inspirasi AngBul
Acara hari kedua diawali dengan meditasi pada pukul 05.45. Setelah meditasi, acara dilanjutkan dengan perayaan ekaristi. perayaan ekaristi pada hari pertama dipimpin oleh para saudara OFM Konventual. Ibadat dirayakan setelah sarapan pagi, tepat pukul 08.00.
Pada sesi pertama dan kedua, Sdr. Oki Dwihatmanto, OFM menyajikan materi terkait latar belakang historis penyusunan Anggaran Dasar, mulai dari Protoregola hingga AngBul. Pembahasan perihal riwayat hidup Santo Fransiskus menjadi wajib meski secara singkat. Selain itu, Sdr. Oki juga menjelaskan pentingnya peranan Anggaran Dasar bagi ciri-corak hidup para Fransiskan. Jiwa Anggaran Dasar yang berciri apostolik menjadi pedoman bagi para Fransiskan dalam menghidupi spiritualitas dan mewartakan Injil.

Sdr. Oki Dwihatmanto, OFM sedang memaparkan materi terkait AngBul di hadapan para peserta.
Pendalaman materi diselingi dengan gerak dan tari. Para suster OSF Semarang bertindak sebagai pemandu. Lagu khas sekolah minggu hingga lagu dangdut dipakai untuk menari bersama. Semangat perlu dipompa ditengah pendalaman materi yang khusyuk.
Selepas makan siang, para peserta diberi kesempatan memperdalam materi dengan sharing kelompok. Sejumlah pertanyaan penuntun disiapkan oleh Sdr. Oki. Para peserta diajak menggali pengalaman hidup dan panggilan sebagai Fransiskan dalam perspektif AngBul. Perihal pentingnya peranan aturan dalam hidup komunitas dan panggilan. Lebih dari itu, melalui sharing kelompok para peserta saling mengenal satu sama lain secara lebih intens. Ada kepingan kisah panggilan yang dibagikan dan percikan inspirasi yang ditimba.

Para peserta saling membagikan pengalamannya dalam sesi sharing kelompok.
Sesi ketiga diadakan pada sore hari. Setelah membahas AngBul untuk ordo pertama, para peserta diajak untuk mendalami sejarah perkembangan Anggaran Dasar bagi Ordo Ketiga Regular. Anggaran Dasar yang ditujukan kepada orang-orang yang ikut dalam gerakan para paenitentes (pentobat). Anggaran Dasar tersebut yang menjadi acuan bagi ordo ketiga regular saat ini. “Ingat, Anggaran Dasar Ordo Ketiga Regular berakar pada Fransiskus sendiri. Aturan itu tidak ditulis oleh Fransiskus kepada ordo ketiga Fransiskan, melainkan untuk orang-orang yang ikut dalam gerakan para pentobat,” papar Sdr. Oki dalam materinya.
Pada malam hari, tidak ada sesi pertemuan. Para peserta diberi waktu untuk beristirahat dan mengendapkan materi secara pribadi. Sebagian peserta menggunakan waktu untuk bercakap-cakap dan bercerita.
Adiksi Kuis Daring
Selain gerak dan tari, kuis daring menjadi selingan yang juga diminati para peserta. Menggunakan kemajuan teknologi smartphone, para peserta ditantang untuk mengukur kadar pengetahuan tentang Santo Fransiskus dan spiritualitas Fransiskan. Pertanyaan kuis diajukan secara daring dan hasil kuis ditayangkan secara real-time. Sdr. Oki menyiapkan sejumlah pertanyaan yang mudah namun “menjebak”.

Peserta mengikuti kuis daring melalui gawai cerdas masing-masing.
Mengikuti kuis secara daring menjadi pengalaman baru nan menyenangkan bagi para peserta. Mereka diizinkan untuk “nyontek” pada catatan pribadi. Toh, ini hanya game. Berbahagialah yang tekun mencatat selama sesi berlangsung! Sekali dicoba di awal sesi ketiga, para peserta ketagihan. Sesi selanjutnya diawali dengan kuis daring.
Suasana menjadi semakin seru dan mengundang gelak tawa ketika Sdr. Oki membuka kunci jawaban dan membandingkannya dengan jawaban para peserta. Tanpa menyebutkan skor, Sdr. Ambros Haward, OFM selalu masuk dalam daftar tiga teratas, baik pada hari pertama maupun pada hari kedua.
Makna Natal di Greccio
Dinamika pada hari ketiga tidak berbeda dengan hari kedua. Meditasi menjadi acara perdana di pagi hari dilanjutkan dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh para saudara OFM Kapusin. Ibadat tematis setelah sarapan mengangkat tema “Menjadi Seorang Hamba yang Sama dengan Manusia”.

Sdr. Rikard Selan, OFM sedang memberikan materi tentang Natal di Greccio kepada segenap peserta.
Pada hari ketiga para peserta diajak merenungkan peristiwa Natal di Greccio. Tampil sebagai pemateri pada sesi ini Sdr. Rikard Selan, OFM. Dalam pemaparannya, Sdr. Rikard mengajak para peserta untuk menggali inspirasi dan implikasi dari peristiwa Natal di Greccio. Peristiwa Natal menunjukkan Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. “Dari peristiwa Inkarnasi, kita diajak untuk menyadari hakekat kita untuk hadir dalam persekutuan. Kita semua adalah makhluk sosial dan tidak ada satupun dari kita yang bisa hidup tanpa kehadiran yang lain. Dari perspektif seperti inilah kita bisa memaknai keberadaan yang lain sebagai anugerah dari Tuhan .” tulis Sdr. Rikard dalam materi yang dipaparkannya.
Selepas makan siang, para peserta kembali diberi kesempatan untuk sharing dalam kelompok. Kali ini tema yang diangkat dalam sharing adalah pemaknaan peristiwa Natal dalam hidup sebagai Fransiskan. Hasil sharing kelompok dipaparkan pada sesi keempat di sore hari. Menjelang malam, seluruh peserta berkesempatan mengadakan ibadat adorasi khas Fransiskan di Kapel Wisma Canossa.
Hari Wisuda
Hari Minggu menjadi pamungkas dari seluruh rangkaian acara Temu BASETA. Para peserta mengawali hari dengan ibadat ekologi di taman Wisma Canossa. Ibadat dipimpin oleh Sdr. Iki Santrio, OFM. Sebagai bukti mencintai alam ciptaan seperti St. Fransiskus, pada bagian akhir ibadat ditanam satu anakan pohon.
Sesi pagi hari berisi rangkuman materi dari Sdr. Oki. Setelah itu, para peserta diberi kesempatan untuk mengisi formulir evaluasi kegiatan. Evaluasi dilakukan secara daring dan hasilnya dapat dilihat bersama. Seluruh peserta sepakat, kegiatan Temu BASETA memberi sumbangan positif bagi panggilan mereka sebagai Fransiskan. Pada akhir evaluasi, para peserta merekomendasikan agar kegiatan serupa diadakan lagi di tahun berikutnya. “Tapi tahun depan waktunya seminggu dan harus ada jadwal untuk outing,” ungkap peserta dalam evaluasi bersama.

Ibadat ekologi pada hari terakhir, dipimpin oleh Sdr. Iki Santrio, OFM. Sekaligus menegaskan komitmen para Fransiskan untuk terus menghargai alam ciptaan sebagaimana St. Fransiskus Assisi. Tampak Sdr. Iki memberkati anakan pohon, tanah, dan air.
Rangkaian acara ditutup dengan perayaan Ekaristi. Perayaan ekaristi dirayakan secara konselebrasi oleh tiga imam dari ordo pertama. Selebran utama adalah Sdr. Yanuarius Kanmese, OFM. Homili dibawakan oleh Sdr. Pius Ndruru, OFM Cap. (Kustos OFM Kustodi Nias) yang berkesempatan hadir pada hari terakhir.
Seusai misa, para peserta bertahan di Kapela. Sebagai penghargaan terhadap para peserta, Sdr. Oki memberikan cinderamata berupa gulungan replika AngBul kepada masing-masing peserta. Gulungan tersebut diserahkan satu per satu bak acara wisuda. Sah! Para peserta telah mendalami Anggaran Dasar dan peristiwa Natal di Greccio. Tetapi, tentu saja, mempelajari Anggaran Dasar menjadi tugas seumur hidup para putera-puteri St. Fransiskus.

Penyerahan cinderamata berupa replika AngBul kepada para peserta oleh Sdr. Oki Dwihatmanto, OFM.
Selepas makan siang, acara lepas-pisah terjadi di lobi Wisma Canossa. Pertemuan empat hari rupanya tidak cukup untuk merekatkan persaudaraan. Perpisahan harus terjadi ketika persaudaraan telah terjalin erat. Menjelang sore, sejumlah peserta sudah meninggalkan Wisma Canossa. Sebagian memanfaatkan waktu untuk mengunjungi sejumlah tempat di Jakarta. Sebagian lagi bertahan untuk semalam sebelum kembali ke komunitas masing-masing keesokan harinya.
Kontributor: Sdr. Rio, OFM dan Sdr. Vincent, OFM
Tinggalkan Komentar