Pontianak, OFM – Bertempat di Rumah Retret Tirta Ria, Sungai Raya, Kalimantan Barat, para formator Tarekat Fransiskan-Fransiskanes se-Indonesia mengikuti kursus formator inisial. Kursus yang diadakan pada 18 hingga 23 Maret 2024 ini diinisiasi oleh para Pimpinan Tarekat Fransiskan (PTF). Para formator yang hadir mengikuti kursus ini berasal dari tarekat OFM (Provinsi St. Michael Malaikat Agung Indonesia dan Provinsi St. Fransiskus Duta Damai Papua), OFMCap (Provinsi St. Maria Ratu Para Malaikat Pontianak), MTB, SFS, FCJM, FMM, SFIC, FSE, KSFL, KFS, SMFA, SFD, OFS Semarang, OSF Sibolga, dan OFS (Ordo Ketiga Sekular).
Kursus diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Minister Provinsi St. Maria Ratu Para Malaikat Pontianak, Sdr. Faustus Irwan Darmawan Bagara OFMCap. Seusai Perayaan Ekaristi, kursus dibuka secara resmi oleh Ketua PTF, Sdr. Mikhael Peruhe OFM (Minister Provinsi OFM Provinsi St. Michael Malaikat Agung Indonesia). Dalam sambutannya, Sdr. Mike, menjelaskan bahwa kursus bagi para formator ini merupakan buah pertemuan PTF pasca pandemi COVID 19 di Semarang pada 2023 yang lalu. “Dalam pertemuan tersebut salah satu keprihatinan yang diutarakan adalah soal formasi dalam tarekat-tarekat Fransiskan. Sebagai tanggapan atas keprihatinan tersebut maka PTF merasa perlu untuk mengadakan kursus yang bernafaskan spirit Fransiskan dalam konteks Indonesia, dan karenanya terwujudlah kursus ini” jelasnya. Oleh karena itu, menurut Sdr. Mike, para formator diharapkan dapat mendampingi para formandi dalam iklim persaudaraan yang tepat, apalagi di tengah perubahan zaman yang semakin cepat. Berhadapan dengan tantangan itu, Sdr. Mike berkeyakinan bahwa spirit Fransiskan dapat memberi jawaban yang tepat. “Kata kunci dalam pembinaan Fransiskan adalah accompaniment. Artinya, para formator perlu menjadi teman seperjalanan yang senantiasa mendampingi para formandi dengan semangat persaudaraan, dan tentu saja selalu dengan kesadaran bahwa Roh Kuduslah formator utama kita” tandas Sdr. Mike.
Hari pertama kursus (18/3/2024), para peserta diberi kesempatan menonton sebuah film yang berjudul Novitiate. Film tersebut berkisah tentang pergumulan para suster di sebuah biara, khususnya para formandi, di era peralihan Konsili Vatikan II. Para peserta juga diajak untuk membagikan refleksinya atas film yang ditonton dalam sesi diskusi dan sharing kelompok.
Hari berikutnya (19/3/2024) sesi diawali dengan materi yang dipresentasikan oleh Sdr. Bonifasius Langgur OFMCap dengan tema “Figur dan Peranan Formator dalam Formasi Awal.” Sdr. Boni mengajak para peserta untuk mendalami prinsip-prinsip dasar pendampingan yang berspiritkan nilai Fransiskan. Ia mengulas figur formator ideal dengan berpatokan pada Injil dan dokumen Gereja. Selain itu, Sdr. Boni juga menghantar para peserta untuk menelaah pedagogi Santo Fransiskus Assisi dan identitas formator Fransiskan. “Formasi inisial memiliki peran yang penting karena merupkan fondasi kehidupan religius seseorang dibentuk” tandasnya.
Pada sesi selanjutnya, Sdr. Tarsisius Lengari OFM membantu para peserta untuk menyelami arti bimbingan rohani yang berkarakterkan spirit Fransiskan, termasuk di dalamnya terkait dengan discernment. Menurut Sdr. Tarsi, formator perlu membimbing para formandi untuk dapat sampai kepada kebenaran, yaitu Dia yang memanggil, Kristus sendiri. Selain itu, kehadiran formator sebagai pendamping perlu mengarahkan para formandi agar dapat memecahkan masalah mereka sendiri. “Para formator dalam hal ini berperan sebagai mediator, dan formator utamanya, sekali lagi, adalah Roh Kudus” jelas Sdr. Tarsi.
Pada hari ketiga (20/3/2024), Sdr. Josef Yuwono OFMCap, mengajak para peserta untuk menyelami secara saksama persoalan luka batin, psikoseksual, emotional intelligence, dan juga psikososial. Beragam pertanyaan yang muncul dari para peserta berkaitan dengan materi ini karena menjadi salah satu persoalan umum yang dihadapi dalam proses formasi awal. Hari keempat (21/3/2024), Sdr. Wiliam Chang OFMCap mengulas tuntas masalah formasi interkultural, di mana dalam pendampingan seorang formator perlu mengedepankan nilai-nilai perdamaian, cinta kasih, toleransi, dialog, saling menghargai, dan kerja sama dengan formandi. “Semangat Fransiskan sendiri sebenarnya sudah merupakan dasar untuk menghidupi nilai interkultural ini, sebab pada dasarnya Fransiskus sendiri begitu menghargai keberagaman lingkungan di sekitarnya sebagai sesama ciptaan” tegas Sdr. Wiliam.
Setelah mengikuti rangkaian sesi yang padat dan cukup melelahkan, hari terakhir (22/3/2024) para peserta diajak untuk outing, berjalan keliling kota Pontianak sambil mengunjungi komunitas-komunitas keluarga Fransiskan yang ada di kota Pontianak. Komunitas-komunitas yang dikunjungi para peserta diantaranya komunitas Generalat MTB, komunitas SFIC, novisiat SMFA, dan novisiat KFS. Selain itu para peserta juga berkesempatan mengunjungi Rumah Panjang dan Titik 0º Khatulistiwa.
Pamungkas dari seluruh rangkaian kursus ditutup dengan Perayaan Ekaristi (23/3/204) secara konselebrasi oleh Sdr. Bonifasius Langgur OFMCap, Sdr. Tarsisius Lengari OFM, dan Sdr. Louis Waruwu OFMCap.***
Kontributor: Sdr. Ambrosius Haward, OFM dan Sdr. Santono Situmorang OFM
Editor: Sdr. Jimmy HR Tnomat, OFM
Tinggalkan Komentar