Natal: Momen Lahirnya Harapan Baru

Allah Menjumpai Manusia Saat Ini

Peristiwa kelahiran Yesus Kristus di Betlehem dua ribu tahun silam merupakan peristiwa iman yang membawa harapan dan sukacita bagi dunia. Kelahiran Yesus Kristus, hendak memperlihatkan kelimpahan kasih Allah kepada dunia. Allah menyatakan kasih-Nya yang agung dalam misteri inkarnasi: Allah  menjadi manusia. Sang Juru Selamat dunia lahir di tengah kita. Ia adalah  sumber harapan yang membebaskan kita dari segala kecemasan hidup dan kuasa maut.

Yesus, Putra Allah hadir di tengah-tengah kita pada hari ini. Ia menjumpai kita dalam kondisi kita saat ini. Ia tidak menunggu dunia pulih dari wabah Covid-19. Ia juga tidak menunggu manusia hidup tanpa dosa dan derita. Ia hadir menyapa justru di saat-saat dunia lockdown, ketika manusia menjaga jarak dari sesamanya. Ia tidak merasa takut dengan kondisi dunia . Ia juga tidak menyapa manusia secara virtual, tetapi menjumpai manusia secara korporeal, nyata, dan ada bersama  ciptaan-Nya. Ia hadir di dunia dan menjadi sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa. Dengan menjadi manusia, Allah yang Mahatinggi memilih merendahkan Diri-Nya, masuk dalam kehidupan manusia, menjumpai manusia di tempat dan situasi di mana mereka berada: rapuh, ringkih, terbatas, miskin dan penuh dosa. Allah melakukan itu semua semata-mata karena kasih-Nya. Kita tentu bersuka cita karena Allah berinisiatif menjumpai kita saat ini. Ia datang membawa harapan baru bagi dunia.

Kelahiran Sang Juru Selamat terjadi bukan tempat yang biasa. Ia lahir di atas palungan dan dibungkus dengan kain lampin. Tidak ada parcel dan kado super mewah tersusun apik di samping-Nya. Tidak ada perayaan meriah. Suatu pemandangan yang “tidak ramah dan layak” untuk  kelahiran seorang Manusia-Ilahi (God-man). Ia lahir dalam keheningan malam dan disaksikan oleh sekelompok gembala sederhana. Namun, Allah memilih melakukan itu. Ia memilih jalan yang tidak biasa. Kelahiran-Nya di kandang ternak mengungkapkan dengan jelas jalan yang dipilihan-Nya, yaitu jalan kemiskinan. Hal ini diekspresikan dengan sangat jelas oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, “Sekalipun berwujud Allah, Yesus Kristus tidak menganggap keallahan-Nya sebagai sesuatu yang dimiliki, Ia merendahkan diri-Nya, menjadi seorang hamba dan menjadi seorang manusia” (Fil. 2:6-8). Rasul Paulus hendak menunjukkan bahwa Sang Juru Selamat dunia yang lahir dari  perawan  Maria tidak sama seperti para penguasa dunia yang suka diperlakukan secara istimewa. Sebaliknya, Ia hadir menjumpai kita dengan menempuh jalan yang paling dina, yaitu kemiskinan. Peristiwa hari ini mengajak kita untuk memaknai kembali panggilan sebagai pengikut Kristus.

Miskin di Hadapan Allah

Sosok St. Fransiskus dari Asisi dapat menjadi role model sebagai pribadi manusia yang hidup miskin di hadapan Allah. Ia memiliki kekaguman luar biasa pada peristiwa inkarnasi (baca: Natal). Kristus menjadi inspirasi bagi cara hidup St. Fransiskus Assisi. Baginya, peristiwa Natal adalah tonggak perendahan diri Allah yang seutuhnya. Ia melihat dalam Pribadi Yesus Kristus terpampang dengan jelas sosok Allah yang merendahkan mengosongkan diri-Nya. Pengosongan diri Allah itu  menjadi inspirasi bagi Fransiskus untuk memilih kemiskinan sebagai semangat dasar bagi cara hidupnya.

Miskin dalam pandangan Fransiskus bukan hanya soal tidak memiliki apa-apa dan tidak melekatkan diri pada materi duniawi. Miskin bagi Fransiskus juga menyangkut disposisi batin di hadapan Allah. Hal tersebut berarti  mampu terbuka dan memasrahkan diri seutuhnya kepada Allah, mampu menemukan sukacita sekecil apa pun dalam penderitaan hidup sehari-hari. Sikap berani terbuka, berpasrah kepada Allah, membiarkan batin  dipenuhi oleh rahmat Allah sehingga Iamembentuk hidup kita merupakan tanda pribadi yang miskin di hadapan Allah. Dengan kata lain, sikap memasrahkan diri seutuhnya kepada Allah merupakan ciri khas pengikut Kristus yang miskin.

Natal: Tunas Harapan Baru

Bagaimana kita memaknai peristiwa Natal hari ini? Bagi saya, Natal adalah momen kelahiran kembali dalam semangat dan harapan baru. Perayaan kelahiran Yesus menjadi awal kehidupan dan harapan baru. Harapan bahwa krisis pandemi Covid-19 yang terjadi secara mondial saat ini bukanlah akhir dari segala-galanya. Kelahiran Yesus  menebalkan harapan kita bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat manusia, karena Ia adalah Immanuel. Perayaan Natal kali ini sungguh istimewa. Mengapa? Karena Yesus  datang mengetuk pintu hati kita, pintu rumah dan komunitas kita masing-masing. Ia datang menemui dan menyapa kita secara personal. Inilah momen di mana kita secara personal dan bersama-sama dalam keluarga dan komunitas menghayati kelahiran Kristus dalam kesederhanaan, keheningan, dan sukacita. Kehadiran Yesus dalam rumah dan komunitas kita memberikan harapan bahwa Allah tidak pernah mengambil jarak dari kehidupan kita. Ia senantiasa menghampiri  dalam berbagai situasi hidup kita. Kelahiran Yesus  mengekspresikan cinta-Nya yang mendalam kepada dunia. Ia sungguh mencintai manusia. Saking cintanya, Ia datang dan tinggal bersama manusia. Cinta-Nya yang tanpa batas itulah yang membangkitkan semangat dan harapan kita. Meskipun perayaan Natal tahun ini tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya itu tidak berarti sukacita kita menjadi surut. Justru di tengah situasi ini, kita diberi kesempatan untuk menyambut bayi Yesus dalam keheningan batin, menjumpai-Nya secara personal dengan sukacita yang meluap-luap.  Semoga kelahiran Yesus hari ini menumbuhkan harapan baru dalam hidup kita.  Selamat Natal!!

Sdr. Mikael Gabra Santrio, OFM

Ed.Sdr. Rio Edison, OFM

Tinggalkan Komentar