Paroki St. Maria Para Malaikat – Cipanas

Gereja St. Maria Para Malaikat Cipanas

Gereja St. Maria Para Malaikat – Cipanas

Tonggak sejarah tertulis dalam  buku baptis Gereja Cipanas St. Maria Para Malaikat 30 Januari 1949 oleh Pastor W. Kohler, OFM membaptis Janne Agustus. Inilah cikal bakal Gereja Cipanas yang melayani umat keturunan Belanda kemudian berkembang hingga sekarang. Dalam rangka 71 tahun Gereja Cipanas kami menuliskan perjalanan Gereja Katolik Cipanas, sebagai cara kami merefleksikan kehadirkan Kristus yang setia di bumi Cipanas. Maka penting menilik jejak-jejak pendahulu sebagai cermin menatap masa depan untuk menjadikan Gereja kita semakin satu, kudus, dan missioner. Memang tidak mudah untuk menelusuri jejak tersebut, karena kami menyadari keterbatasan dokumen tertulis tentang perjalanan Gereja Katolik St. Maria Para Malaikat Cipanas. Kami percaya bahwa kasih setia Tuhan begitu besar telah diberikan kepada umatnya.

Kehadiran Fransiskan di Cipanas tidak bisa dipisahkan dari wilayah misi Sukabumi meliputi seluruh karesidenan Banten dan dua kabupaten dari karesidenan Bogor yaitu kabupaten Sukabumi dan kabupaten Cianjur. Hal tersebut tertulis dalam Sacra Congregatio de Propaganda Fide tertanggal 13 Maret 1941 yang memberitahukan kepada Mgr. Willekens bahwa OFM menerima Misi Sukabumi. Mgr. Willekens memberi catatan bagaimana hendaknya rencana reksa pastoral di tatar sunda memperhatikan masyarakat pribumi yang sangat islami supaya reksa pastoral sungguh wajar bagi pelayanan di wilayah misi tersebut, seperti pendidikan, karya karitatif yang sangat mengena pada pelayanan masyarakat.

Reksa pastoral sangat penting bagi kehadiran Gereja, maka  banyak usaha dikerjakan oleh pendahulu dengan semangat misi yang luar biasa untuk menghadirkan kabar gembira bagi banyak orang. Pada mulanya pelayanan melingkupi orang-orang belanda, dalam perjalanan waktu umat yang datang dari jawa tengah yang bekerja di perkebunan mendapat pelayanan rohani. Bertambahnya umat bertambah pula pelayanan yang dilakukan oleh para fransiskan di Cipanas. Reksa pastoral digiatkan untuk pelayanan umat dalam konteks Cipanas menghadirkan kabar gembira tanpa harus membaptis karena situasi unik dangan masyarakat islam yang kuat.

Perjalanan waktu membawa perubahan, jumlah umat bertambah, pelayanan dan pengorganisasian semakin tertata berkat kebijakan dan arahan Keuskupan Bogor yang menaruh perhatian pada reksa pastoral di setiap paroki. Paroki Cipanas berkembang karena peran pastor paroki dan umat dalam mewujudkan semangat kegembalaan  sebagaimana selalu diamanatkan oleh Para Gembala Keuskupan Bogor. Masa Kegembalaan Mgr. Geise sampai Mgr. Paskalis berperan besar dalam memajukan reksa pastoral dengan tetap berpegang teguh pada amanat agung Yesus: mewartakan Kabar Gembira bagi banyak orang. Mgr. Geise sebagai peletak dasar arah pastoral telah menanamkan reksa pastoral yang bersaksi di tengah umat lain dengan semangat pelayanan dan saling menghormati keanekaragaman suku, budaya dan agama sebagaimana ada di tatar sunda ini dengan semoyan Laudate Montes=Hai gunung-gemunung pujilah Tuhan sampai Magificat Anima Mea Dominum=Jiwaku Memuliakan Tuhan.

Tahun 2020 Gereja Katolik Cipanas merayakan 71 tahun hadirnya kebaikan Tuhan. Peristiwa ini tidak sekedar romantisme masa lalu yang dapat membuat  kita gagal move on melainkan tonggak bagi Gereja untuk melanjutkan, mewartakan kabar gembira Tuhan dengan semangat: Magnificat Anima Mea Dominum. Dalam konteks hidup menggereja, Gereja Katolik Cipanas adalah persekutuan umat beriman yang telah ikut ambil bagian dalam mewujudkan sukacita di tengah keragaman suku bangsa, budaya, maka tidak berlebihan bahwa moment 71 tahun Gereja Katolik  Cipanas adalah momen memperkuat komitmen cinta kita akan Allah yang setia dan baik hati, bersatu, bersyukur dan berbagi. Dengan demikian Gereja menampilkan dirinya  semakin berdaya pikat pada Kristus yang telah memberikan daya pemersatu bagi umat beriman yang bersaksi seturut keadaan dan zamanya. Menandai perayaan 71 tahun Gereja Katolik Cipanas, kami mengajak seluruh umat untuk meneguhkan perjalanan iman ini dengan memperkuat komitmen cinta kita akan Gereja Katolik yang kudus dan bersaksi dalam kesatuan dengan Kristus Sang Gembala Agung yang sejati seturut teladan Maria.