6 Oktober – St. Maria Fransiska dari Kelima Luka

6 Oktober
St. Maria Fransiska dari Kelima Luka
1715-1791

RIWAYAT HIDUPNYA

Anna Maria Rosa, demikianlah nama Maria Fransiska ketika dibaptis, lahir di Napoli pada 1715, dari sebuah keluarga yang dalam masyarakat termasuk kelas menengah. Ibunya adalah seorang wanita yang lembut dan saleh. Namun dia harus sering bersitegang dengan sang suami yang bertemperament panas itu. Karena itu, sebelum Anna Maria lahir, dia sangatlah khawatir perihal kelahiran anaknya itu. Tetapi St. Yohanes Yosef dari Salib, yang waktu itu hidup di Napoli, menenangkannya dan menganjurkan supaya anak itu dipelihara dengan khusus, karena anak itu ditentukan dianugerahi kekudusan besar.

Anna Maria nyaris belum berumur empat tahun ketika dia sudah dapat melewatkan berjam-jam dalam doa. Kadang-kadang dia pun bangun pada malam hari untuk maksud itu. Sedemikian besarlah kerinduannya untuk mengetahu kebenaran-kebenaran Iman Katolik, sehingga seorang malaikat menampakkan diri padanya dan  secara teratur mengajarinya. Belum sampai dia mencapai umur tujuh tahun, dia sudah ingin menyambut Komuni. Pastornya terheran-heran akan pengetahuan imannya, juga akan keinginannya yang berkobar-kobar menyambut Roti para Malaikat itu. Dan dia pun merasa diri tidak dapat menolak memberikan keistimewaan itu padanya. Benarlah, tidak lama kemudian dia diizinkan menyambut Komuni itu setiap hari.

Sementara itu, kendati secara fisik dia masih sangat lemah, namun santa yang kecil itu sudah bermanfaat bagi orang tuanya dengan jalan memberikan bantuan dalam pekerjaan mereka. Ayahnya, seorang perajin penganyam tali emas, ingin supaya anaknya itu membantunya  sesegera mungkin. Didapatinya bahwa Maria Fransiska tidak hanya sangat bersedia, tetapi juga orang yang paling cekatan dalam pekerjaan ini.

Maria Fransiska berumur 16 tahun ketika seorang pemuda kaya melamarnya pada ayahnya. Bergembira karena masa depan yang cerah, dengan segera ayahnya itu mengabulkannya.

Tetapi ketika dia mengatakan hal itu kepada Maria Fransiska, dia terkejut mendengar dia, yang tidak pernah melawan ayahnya, menyatakan maksud kuatnya untuk mempertunangkan diri dengan sang Pengantin surgawinya, dan mohon izin untuk menjadi seorang Tertiaris. Dia menjadi sedemikian gusar dan marah, sampai-sampai dia mengambil seutas tali dan mulai tanpa ampun melecuti tubuhnya yang lemah itu, sampai ibunya campur tangan. Lalu dia pun menguncinya dalam sebuah kamar. Maria Fransiska hanya diberi roti dan air dan tak seorang pun diizinkan berbicara dengannya.

Maria Fransiska merasakan dirinya beruntung dapat mempersembahkan kepada pengantin ilahinya itu pencobaan pertama dari kesetiannya. Dia menganggap pencobaan ini sebagai perayaan sebelum pernikahan. Penjelasan-penjelasan yang tulus dari seorang imam membuat ayahnya itu, yang akhir-akhirnya adalah seorang beriman Kristen, menyadari bahwa dirinya telah bertindak keliru. Dia pun memberikan izin kepada puterinya itu mengenakan jubah Tertiaris dan melayani Tuhan sebagai seorang perawan-bakti di rumah, sebagaimana sudah biasa pada waktu itu.

Dipenuhi dengan kegembiraan suci, Maria Fransiska sekarang menerima jubah dan bersama dengan itu namanya ditambahi dengan ‘dari Kelima Luka”. Namanya ini merupakan ramalan bagi hidupnya selanjutnya. Di rumah dia sangat menanggung penderitaan. Ayahnya tidak pernah dapat melupakan bahwa dia telah kehilangan seorang calon menantu yang kaya. Ketika Tuhan menganugerahnya dengan rahmat-rahmat yang luar biasa – kadang-kadang dia dianugerahi ekstase sewaktu dia berdoa dan menderita sengsara Tuhan bersama dengan Tuhan –  saudara-saudaranya sendiri mencacinya sebagai seorang gadungan. Bahkan Bapa Pengakuannya merasa diri wajib memperlakukan dia dengan kasar. Cukup lama dia hanya dapat menemukan penghiburan pada luka-luka Kristus itu.

Akhirnya, Bapa Pengakuannya pun menyadari bahwa Tuhanlah yang sedang mengerajakan hal-hal sedemikian itu dalam diri Maria Fransiska. Sementara itu, setelah ibunya meninggal dunia, Bapa Pengakuannya itu berusaha supaya Maria Fransiska menemukan sebuah tempat tinggal bersama seorang Tertiaris lain. Pada suatu hari, ketika dia sendiri sedang berbaring sakit di sana, dia mengetahui bahwa ayahnya sedang menghadapi kematian. Dia pun mohon kepada Tuhan yang Mahakuasa untuk mengizinkan dirinya menanggung penderitaan kematian dan api penyucian ayahnya itu. Kedua permohonannya itu pun dikabulkan.

Kendati dia terus menerus menderita, Tuhan kita juga menganugerahi Maria Fransiska dengan rahmat-rahmat dan penghiburan-penghiburan yang besar. Dia menerima tanda luka-luka Kristus dan dianugerahi anugerah kenabian dan banyak mukjizat. Ketika Pius VI dimahkotai menjadi Paus pada 1775, Maria Fransiska melihat dia mengenakan mahkota duri. Dua puluh empat tahun kemudian, Sri Paus Pius itu menutup hidupnya sebagai seorang tahanan dalam penjara Revolusi Perancis di Valence.

Maria Fransiska juga meramalkan peristiwa menyedihkan: Revolusi Perancis. Dan Tuhan pun mendengarkan doanya, mohon supaya dia diambil dari dunia ini sebelum revolusi itu meletus. Dia meninggal dunia pada 6 Oktober 1791, sambil mencium kaki yang tersalib. Tuhan memuliakannya dengan banyak mukjizat. Dia dibeatifikasi oleh Paus Gregorius XVI, dan dikanonisasi oleh Paus Pius IX pada 1867.

PERIHAL AJARAN KATOLIK

1.      Apa yang membuat Maria Francis ini begitu yakin bahwa dia tidak akan kehilangan keberanian di tengah-tengah begitu banyak pencobaan yang menimpanya, malahan dia justru semakin maju dalam kesuciannya? Pengajaran katekismuslah yang telah mendukung hal itu baginya. Dia menunjukkan keinginan sedemikian besar untuk memahami pengajaran-pengajaran itu sehingga Allah yang Mahakuasa telah mengutus malaikat pelindungnya mengajarinya sebelum dia sendiri menerima pengajaran dari manusia. Tanpa pengetahuan perihal ajaran Kristiani, sebagaimana diterakan pada hati melalui pengajaran katekismus, orang tidak akan selamat dalam terjangan prahara hidupnya. Tanpa pengetahuan sedemikian itu, kesalehan itu sendiri bagaikan dibangun pada pasir; bila air bah kekacauan menimpanya, dia akan runtuh. Tetapi jiwa yang diajari dengan baik perihal kebenaran Iman kita, seperti rumah dalam Injil: “Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” (Mat 7:25). – Apakah engkau telah menghargai pengajaran-pengajaran katekismus dengan selayaknya?

2.      Renungkanlah bagaimana pelajaran-pelajaran katekismus seharusnya diajarkan kepada anak-anak. Bahkan sebelum anak-anak itu belajar membaca atau pergi sekolah, orang tua dan anggota lain dari rumah tangga itu, bagaikan malaikut pelindung yang kelihatan, hendaknya mengajar anak-anak itu berdoa dan hal-hal iman yang lebih penting, sehingga pengajaran selanjutnya tidak akan menjadi sesuatu yang asing bagi mereka itu. Sekolah dan gereja yang pertama bagi mereka itu seharusnya adalah rumah orang tua mereka. Dan ketika anak-anak itu mulai menghadiri pelajaran-pelajaran di sekolah, orang tua haruslah mendorong keinginan-tahu mereka dengan menanyakan kepada mereka pertanyaan-pertanyaan dan mendengarkan mereka mengulangi pelajaran-pelajaran itu. Apalagi mereka hendaknya tidak lupa mengirim anak-anak itu secara teratur menghadiri pelajaran-pelajaran. Pelajaran-pelajaran itu adalah bagian dari hidup mereka yang paling penting. Roh Kudus berbicara pentingnya hal itu, ketika Dia berkata: “Mereka menerima pengajaran dari mulutmu dan sampai pada berputih rambut mereka akan menghayatinya sebagai kebijaksanaan mereka.” (Pkh 6:18). – Betapa bersalahnya orang tua, yang membiarkan anak-anak mereka tidak tahu bagi hidupnya perihal hal-hal yang paling penting?

3.      Pertimbangkanlah bahwa bahkan pada umur lanjut, kita tidak boleh melalaikan pelajaran-pelajaran katekismus. Kita telah mempelajarinya pada umur muda, tetapi kita harus mempergunakannya seumur hidup. Itulah sebabnya mengapa kita hendaknya sering mempelajari kembali pelajaran-pelajaran itu dan merenungkannya kembali. Seringlah mengambil katekismusmu dan bacalah kembali. Pelajaran-pelajarannya akan berarti lebih banyak bagi kita ketika kita bertambah tua dari pada ketika masih anak-anak. Bila pengajaran-pengajaran umum atau kelompok-kelompok studi diselenggarakan di parokimu, atau suatu seri khotbah perihal pelajaran-pelajaran ini diadakan di gerejamu, janganlah sampai tidak menghadirinya, karena hal-hal semacam itu memberikan pelajaran-pelajaran yang berharga baik bagi yang muda maupun bagi yang tua. Bila orang menerima uang kalau menghadiri pertemuan-pertemuan semacam itu, pastilah, akan ada banyak yang hadir; sekarang ini mereka lebih suka menikmati kenyamanan di rumah. Tetapi Kitab Suci berkata: “Terimalah didikanku lebih dari pada perak; dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan” (Ams 8:10). Ajaran Kristiani berharga lebih besar dari pada emas di dunia ini. Dia mengajar kita bahwa kita ini diciptakan untuk surga dan bukan untuk dunia ini; dan bila kita hidup menurut prinsip-prinsip itu, kita akan masuk ke dalam kerajaan surga, bila kita telah meninggalkan dunia ini.

DOA GEREJA

Ya Tuhan Yesus Kristus, yang bersama dengan banyak rahmat lain telah menganugerahi St. Maria Francis rahmat pengingkaran sepenuhnya atas dunia, anugerahkanlah bahwa melalui jasa dan pengantaraannya, kami juga boleh menjauhi benda-benda duniawi dan merindukan benda-benda surgawi. Engkau yang hidup dan meraja sepanjang segala abad. Amin.

Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, ofm., © 1959 Franciscan Herald Press. Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM.