Dokumen Persaudaraan Fransiskan (OFM) untuk memelihara bumi beserta manusianya, khususnya yang miskin dan papa.
Baru-baru ini, Generalat OFM di Roma menerbitkan sebuah buku kecil, booklet, yang berjudul “The Cry of the Earth and the Cries of the Poor” (Jeritan Bumi dan Jeritan kaum Papa). Booklet ini diharapkan menjadi sebuah sumber inspirasi dan sumber praktek bagi kita semua kaum Fransiskan yang mencakup Ordo I, II dan III, baik yang Regular maupun yang Sekular. Dalam format PDF buku ini setebal 48 halaman, tetapi jangan takut, karena banyak halaman yang sekedar beberapa baris saja sebagai judul atau keterangan.
Booklet ini merupakan penjabaran Fransiskan dari Laudato sì yang begitu bergaung di seluruh dunia itu. Bumi memang sepertinya sudah diabaikan lagi oleh manusia, hanya dipakai sehabis-habisnya, tetapi tidak dipelihara, tidak diperhatikan lagi, artinya: tidak ada lagi di hati manusia yang semakin rakus itu. Demikian juga orang-orang papa dan miskin, semakin tersingkirkan. Bumi dan kaum papa ini menderita berat, menangis dan menjerit-jerit. Tetapi tidak banyak yang memberi perhatian, malah dieksploitir terus menerus. Jangan-jangan oleh para Fransiskan juga….
Laudato sì, bagaikan pengeras suara ikut berteriak menyampaikan jeritan-jeritan yang memilukan itu kepada seluruh dunia. Sudah layak dan sepantasnyalah, kita orang Fransiskan yang mewarisi dan menghayati tradisi Fransiskus yang begitu mencintai alam ciptaan seluruhnya tanpa kecuali itu, memberikan tanggapan yang lebih nyata daripada yang lain. Bukankah Laudato sì itu muncul dari roh dan jiwa semangat Fransiskus dan Fransiskan itu sendiri? Lalu bagaimana?
Booklet ini mencoba memberikan jawaban atas masalah “bagaimana” ini.
Buku ini baru saja terbit. Tanggal Kata Pembuka dari Minister General sendiri bertanggalkan 25 Juli 2016.
Berikut ini ringkasan isinya:
Booklet ini terbagi dalam dua bagian besar, yakni Teori dan Praktek.
Bagian Teori menguraikan empat dimensi ekologi yang harus dipahami dan diperhatikan baik-baik: dimensi Biblis, Eklesiologis, Fransiskan, dan Ilmiah.
Dalam Bagian Praktek, diuraikan tiga langkah yang harus kita lakukan, yakni: pertama kita harus berani mengevaluasi gaya hidup kita yang kita geluti sekarang ini. Ternyata tidak begitu semarak positif, karena terdapat pencemaran dan perubahan iklim, masalah air, hilangnya keragaman hayati, merosotnya mutu kehidupan dan rusaknya tatanan sosial, kepincangan global dan bahwa kita, manusia, hanyalah memberikan jawaban yang kecil dan lemah sekali menghadapi permasalahan-permasalahan lingkungan.
Langkah kedua dalam bidang praktek bebicara perihal menelisik, menemukan dan menetapkan sebuah gaya hidup yang baru. Di sinilah keempat dimensi yang diuraikan di atas itu harus diterapkan: dimensi Biblis, Eklesiologis, Fransiskan, dan ilmiah. Kemudian ditonjolkan bab pertama dari Laudato sì.
Langkah ke tiga: bagaimana kita menghidupi dan melaksanakan sebuah gaya hidup yang baru itu: dimulai dengan sebuah rencana bagi Persaudaraan dan bagi Entitas. Beberapa permasalahan harus diperhatikan: air, energi, barang-barang buangan dan sisa, kertas, transportasi dan makanan.
Booklet dilengkapi dengan ditambahkannya Dokumen-dokumen lain yang bermanfaat dan ditutup dengan sebuah Doa Kristen dalam persekutuannya dengan alam ciptaan.
Booklet ini sedang saya terjemahkan atas prakarsa saya sendiri. Saya pikir, sebenarnya dapat dijadikan bahan pembicaraan dalam Kapitel yang sudah berada di depan mata dan hidung kita. Dapat jadi, tulisan ini terbit, malah sesudah Kapitel usai. Bagaimanapun jua dingin dan senyapnya suasana menjelang Kapitel ini, tidak ada tanda-tanda greget yang hangat (tidak usah menggelegar!), booklet ini tetap bermanfaat bagi mereka yang berminat.
Salam dari Depok, 25 Agustus 2016
Alfons S. Suhardi OFM.
Tinggalkan Komentar