Visitasi Anggota Curia Generalat

Jakarta, OFM – Memasuki bulan April, persaudaraan OFM Provinsi St. Michael Malaikat Agung mendapatkan kunjungan dari para anggota Curia Generalat. Sekretaris Jenderal untuk Misi dan Evangelisasi, Sdr. Francesco Gomes Vargas OFM, Animator Jenderal untuk Misi, Sdr. Dennis Tayo OFM, bersama Direktur Jenderal untuk  Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC), Sdr. Daniel Nicholas Rodrigues Blanco OFM, dan Wakil Direktur Jenderal untuk JPIC, Sdr. Taucen Hotlan Girsang OFM, selama hampir sepekan (2-6/04/2024), berkesempatan mengunjungi sejumlah komunitas dan karya persaudaraan. Selain kunjungan, diadakan pula pertemuan dengan sejumlah Saudara Dina.

Pada Rabu (5/4/2024), bertempat di ruang pertemuan Vincentius Putera, Jakarta, keempat anggota Curia Generalat bertemu dengan para saudara yang berkarya di Paroki, Sekolah, Panti Asuhan, dan JPIC di lingkup wilayah Jakarta. Dalam pertemuan yang dialihbahasakan oleh Sdr. Agustinus L. Nggame OFM ini, Sdr. Francesco OFM menekankan pentingnya kesadaran para Saudara Dina perihal partisipasi dalam misi persaudaraan mondial. “Berpartisipasi dalam misi perutusan merupakan bagian dari tugas kemuridan kita sebagai Saudara Dina” tandasnya. Sementara itu, Sdr. Dennis OFM menjelaskan situasi internal dalam ordo berkaitan dengan misi perutusan, khususnya di daerah periferi. Dari JPIC, Sdr. Daniel dan Sdr. Taucen, menekankan pentingnya networking. Membangun jaringan bukan hanya tentang menganimasi masyarakat korban ketidakadilan dan kerusakan lingkungan, tetapi juga mesti menyentuh  berbagai aspek kehidupan manusia dewasa ini.

Pertemuan para Saudara Dina yang berkarya di Panti, Sekolah dan Paroki seputaran Jakarta beraam keempat tamu dari Curia Generalat. Pertemuan berlangsung di Ruang Rapat Vincentius Putera, Jakarta Pusat.

Dalam kesempatan ini, Minister Provinsi, Sdr. Mikhael Peruhe OFM, memberikan gambaran umum mengenai situasi persaudaraan di Provinsi St. Michael Malaikat Agung dan Fundasi Timor Leste. Beliau juga menjelaskan mekanisme yang memungkinkan para saudara menjalankan tugas perutusan dan pelayanan secara optimal. “Termasuk juga perihal JPIC. Semua Saudara Dina di provinsi ini merumuskan berbagai kegiatan pelayanan dan ritme hidup dalam spirit JPIC, sehingga aspek JPIC termanifestasikan dalam semua segi hidup dan pelayanan para saudara” jelas Sdr. Mike. Ia menambahkan, mekanisme karya dan kegiatan para saudara di komunitas maupun gardianat dirangkum dalam roadmap. “Melalui roadmap inilah kegiatan para saudara dapat diukur, dimonitor, dan dievaluasi. Setiap komunitas dan gardianat melakukan evaluasi bersama setiap bulan” tambah Sdr. Mike.

Menjelang sore, keempatanggota Curia Generalat berkesempatan mengunjungi Padepokan Ciliwung, Condet. Kunjungan ini dikoordinir oleh tim JPIC-OFM Indonesia. Kerja sama dalam bidang ekologi dan dialog antaragama selama beberapa tahun belakangan memudahkan koordinasi di antara dua belah pihak.  Naturalisasi sungai Ciliwung merupakan proyek jangka panjang yang sedang dikerjakan oleh Padepokan Ciliwung. Proyek tersebut dijalankan secara swadaya, tanpa bantuan dari pemerintah.

Menanggapi hal tersebut, Sdr. Francesco memberikan dukungan dan semangat kepada anggota Padepokan Ciliwung. “Karya dan niat baik dari komunitas Padepokan Ciliwung Condet diwartakan kepada banyak orang dengan tetap menggaungkan kabar untuk menjaga dan melestarikan sungai dan alam sekitarnya,” ucap Sdr. Ciko. Hal senada juga disampaikan oleh Sdr. Dennis. Kegiatan seperti ini merupakan hal yang mulia karena orang tetap berusaha menjaga kelestarian alam. “Di tempat ini ada dialog yang terbangun antara JPIC OFM dan Padepokan Ciliwung, yakni adanya persamaan dalam fokus karya dan pelayanan terhadap permasalahan budaya dan ekologi di lingkungan sekitar” tambah Sdr. Dennis.

Menanam pohon di bantaran Sungai Ciliwung sebagai bentuk komitmen untuk merawat Ibu Bumi dan dialog lintas agama

Sebagai simbol cinta lingkungan, usai berdialog, acara dilanjutkan dengan penaman pohon bersama. Varietas Pohon Loa (Ficus Racemosa, atau Cluster Fig) dipilih untuk ditanam di pinggiran sungai Ciliwung. Lokasi penanaman terletak  bersebelahan dengan Padepokan Ciliwung, Condet. Pohon Loa diyakini memiliki fungsi penopang lereng di bantaran Sungai Ciliwung.

Hari berikutnya, Kamis (4/42024), keempat saudara tersebut berkesempatan mengunjungi Ekopastoral Ciloto, Jawa Barat. Mereka didampingi oleh Sdr. Agustinus L. Nggame, OFM. Ketua bidang Ekopastoral Ciloto, Sdr Nasarius Trimuryanto OFM, menjadi pemandu dalam meninjau  kebun Ekopastoral Ciloto, Sindanglaya.

Jumat (5/4/2024), acara kunjungan berlanjut ke Novisiat Transitus Depok. Para Novis secara kreatif menyambut kehadiran para saudara dari Curia dalam upacara penyambutan ala tradisi Sunda, Bajawa, Batak, dan Manggarai. Setelah itu, mereka diajak mengelilingi lingkungan Novisiat seperti, kebun, gua Maria, kandang domba, dan lain sebagainya. Para Novis menjelaskan setiap pos yang dilewati oleh para saudara. Usai berkeliling, kegiatan dilanjutkan dengan pertemuan dan sharing persaudaraan.

Dalam pertemuan itu, Sdr. Dennis, mengajak para Novis untuk setia menjaga hidup doa. “Dengan hidup doa yang baik para saudara akan dimampukan melakukan discerment dengan baik, yang pada akhirnya akan berpengaruh bagi karya kerasulan dan pelayanan sebagai seorang Fransiskan. Novisiat adalah masa yang tepat untuk menguatkan hidup doa kita” jelasnya. Sementara itu, Sdr. Daniel mengungkapkan sukacitanya karena memasuki halaman novisiat yang dipenuhi dengan aneka tumbuhan hijau. “Ini berbeda dengan negara saya ( El Salvador) yang sangat kurang hutannya. Hanya 3% hutan yang kami miliki di negara kami” jelas Sdr. Daniel.

Penyambutan para tamu dari Curia Generalat oleh para Saudara Novis di gerbang masuk kompleks Novisiat Transitus Depok

Di hadapan para Novis, Sdr. Daniel juga membagikan pengalaman panggilan hidupnya. Jika St. Fransiskus Assisi menerima kelima luka Yesus, Stigmata, maka dirinya juga memiliki tiga luka yang memberi kekuatan baginya dalam berkarya di Komisi JPIC Curia Generalat. “Ketiga luka saya adalah, pertama, saya adalah ‘anak perang’ karena ketika dilahirkan negara kami sedang dalam situasi perang saudara yang berlangsung selama 12 tahun. Kedua, semakin sedikit jumlah orang kaya di negara kami dan jumlah orang miskin semakin banyak. Saya [bertumbuh] dalam latar belakang masyarakat yang ditandai dengan kesenjangan sosial yang sangat lebar. Dan, ketiga, negara kami kekurangan hutan karena hanya sekitar 3% hutan di negara kami. Menjadi seorang Saudara Dina berarti juga dipanggil untuk memperjuangkan JPIC, karena bukan hanya Tuhan yang memanggil kita, tetapi Ibu Bumi juga memanggil kita, ” urai Sdr. Daniel.

Sdr. Francesco, pada kesempatan ini juga memberikan dorongan kepada para Novis agar menghidupi semangat kemuridan Yesus. “Kemuridan Yesus berarti hidup menurut Injil Suci. Ketika memasuki Masa Novisiat yang dekat dengan rumah penduduk, banyak pohon hijau, ada juga suara burung di sekitar, mengingatkan kita bahwa menjadi Fransiskan berarti dipanggil untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri” tegasnya. Untuk itu, “menjadi Fransiskan tidak ada alasan bagi kita untuk membeda-bedakan status sebagai imam atau bruder karena kita semua adalah seorang Fransiskan” lanjutnya.

Sore hari, pada pukul 16.00 WIB,  pertemuan dilanjutkan dengan para Saudara Muda bertempat di Aula Antonius Paroki Kramat. Pertemuan  diawali dengan acara penerimaan secara adat Manggarai dan tarian Batak. Sdr. Frumens Gions OFM bertindak sebagai penerjemah dalai pertemuan ini. Berhadapan dengan para tamu, sejumlah pertanyaan disampaikan para Saudara Muda. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab secara antusias oleh para tamu.

Berfoto bersama para Saudara Muda setelah pertemuan.

Beberapa pokok yang dibahas dalam pertemuan ini adalah pertama, berkaitan dengan persaudaraan. Seorang Fransiskan dipanggil tidak hanya untuk mengikuti Kristus seturut teladan St. Fransiskus Assisi, tetapi terutama menjadi saudara bagi yang lain. Kedua, melalui sharing panggilan para saudara dari Curia, para Saudara Muda dikuatkan untuk menjalani panggilan dan siap sedia  mengambil bagian dalam tugas perutusan dan misi persaudaraan. Ketiga, doa menjadi kekuatan utama  Saudara Dina. Melalui doa, seorang Saudara Dina dimampukan untuk ber-discerment dengan baik serta berpihak pada sesama dan alam ciptaan yang termarginalkan (aspek JPIC).

Pertemuan Direktur Jenderal dan Wakil Direktur Jenderal untuk JPIC OFM bersama animator INFO JPIC Regio Jawa dan Keluarga Besar Fransiskan di sekitar Jakarta.

Hari berikutnya, Sabtu (6/4/2024), Direktur Jenderal bersama Wakil Direktur Jenderal untuk JPIC, Sdr. Daniel OFM dan Sdr. Taucen OFM, bertemu dan berdialog dengan para Animator INFO JPIC Regio Jawa dan keluarga besar Fransiskan di sekitar Jakarta (FSE, OFMCap, OFMConv, OFS) di Ruang Agustinus, Paroki Cempaka Putih. Dalam pertemuan ini, Sdr. Daniel OFM dan Sdr. Taucen OFM menggambarkan perjuangan untuk menegakkan JPIC. Kedua saudara ini juga menekankan pentingnya kerja sama lintas keluarga Fransiskan, lintas agama, dan budaya (networking) sehingga perjuangan JPIC tidak hanya menjadi milik keluarga Fransiskan tetapi menjadi milik semua orang. Ketika ada kesamaan visi seperti ini maka semua orang akan berjuang untuk menghormati harkat dan martabat orang lain, memperjuangkan kemanusiaan dan keadilan, sekaligus menjaga keutuhan ciptaan.***

Kontributor: Sdr. Jimmy HR Tnomat, OFM

Ed.: Sdr. Rio OFM

Tinggalkan Komentar