Sejarah Paroki St. Montfort-Badau
Sekilas Profil Paroki
Paroki Badau terletak di wilayah lintas Utara, Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Terdapat PLBN (Pos Lintas Batas Negara) berbatasan langsung dengan wilayah Serawak Timur, Malaysia. Luas wilayah paroki ini adalah kurang lebih 70.000 ha. Batas wilayah Paroki sbb: sebelah Utara berbatasan dengan desa Tajum, Tangit 2; sebelah Selatan berbatasan dengan desa Tingting Seligi, Badau; sebelah Timur berbatasan dengan desa Pulau Majang, Badau dan sebelah Barat berbatasan dengan Lubuk Anto, Malaysia. Paroki Badau merupakan pemekaran dari Paroki Santo Martinus, Banua Martinus sejak tahun 1979. Pusat paroki dapat ditempuh selama 4 jam melalui jalan darat (sekitar 188.7 km) dari kota Putussibau.
Jumlah umat Paroki menurut data terakhir tahun 2019 yang lalu adalah 2.649 jiwa. Mayoritas adalah suku Dayak Iban. Ada juga pendatang seperti suku Dayak Ahe, Dayak Kantuk, Dayak Embaloh, Flores, Timor, Batak dan Melayu. Hampir semua orang Dayak Iban memeluk agama Katolik. Mayoritas suku Dayak Iban tinggal di “Betang” (Rumah Panjang) yang masih dijumpai di kampung-kampung.
Hampir sebagian wilayah Badau ditanami sawit milik perusahaan Sinar Mas Grup sejak tahun 2007 silam.Pekerjaan sehari-hari umat adalah petani ladang dan juga pekerja sawit. Sementara pendatang banyak berkecimpung sebagai pedagang, ASN baik di kantor maupun sekolah. Pedagang di Badau sendiri didominasi oleh orang Melayu; pedagang asli Dayak sendiri tidak terlalu banyak. ASN banyak bekerja di kantor pemerintahan sebagai pegawai dan sekolah sebagai guru. Pendidikan di Badau sudah cukup maju, dari tingkat PAUD/TK, SD, SMP dan SMA telah tersedia dengan baik. Antusiasme orangtua untuk menyekolahkan anak sangat tinggi. Ada yang menyekolahkan anaknya sampai di Pontianak, Malang, Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta.
Paroki Badau sendiri memiliki 15 stasi yakni Stasi Pusat Paroki-Badau, stasi St. Yosef-Seriang, Stasi St. Yohanes Maria Vianney-Tangit 4, stasi St. Fransiskus Asisi-Tangit 2, Stasi St. Yohanes-Tangit 1, Stasi St. Maria-Perumbang, Stasi St. Filipus-Sungai Telian, Stasi St. Fransiskus Xaverius-Semuntik, Stasi St. Maria Immakulata-Kekurak, Stasi St. Herkulanus-Empaik, Stasi St. Fransiskus Asisi-Blok P, stasi Pesayah, stasi Janting, stasi Berangan dan stasi Sebindang. Stasi yang memiliki Gereja adalah Badau, Seriang, Tangit 2, Tangit 4, Perumbang, Sei Telian, dan Blok P.
Sejarah Paroki
Dari sumber-sumber yang tersedia, ada beberapa catatan tentang sejarah masuknya misi Katolik di daerah perbatasan sebagai berikut:
Pertama, wilayah Badau sudah mulai dikunjungi para pastor dari tarekat Pasionis (CP) yang melayani Paroki Sejiram. Pada tahun 1897, Pastor Looymans SJ melaporkan bahwa 467 orang dibaptis dan dicatat dalam buku baptis Paroki Sejiram. Dalam laporannya tsb, terdapat 41 orang yang berasal dari Badau.
Kedua, dalam suratnya kepada Vikaris Provinsial pada 26 Januari 1908, Pastor Eugenius OFMCap mencatat bahwa bersama ‘kontrolir” dari Semitau, ia mengunjungi daerah Batang Lupar pada tahun 1907. Dari Sejiram, mereka melewati danau Seriang dan kemudian ke Batang Lupar (Lanjak). Saat di Lanjak, mereka berkunjung ke beberapa kampung dengan berjalan kaki dan dilanjutkan ke daerah Badau.
Ketiga, sejak menjadi bagian dari paroki Sejiram dan kemudian bagian dari paroki Banua Martinus, seluruh wilayah perbatasan termasuk Badau sesekali dikunjungi oleh para misionaris dari Sejiram dan Banua Martinus. Pada tahun 1979, Badau menjadi paroki mandiri dan memisahkan diri dari Paroki Banua Martinus. Meski sudah sah sebagai paroki dengan memiliki buku baptis sendiri, saat itu paroki belum memiliki pastor paroki. Pada awalnya, paroki Badau dilayani oleh para pastor Montfortan (SMM) dari Banua Martinus. Karena kekurangan tenaga imam, maka pada tahun 1997 paroki Badau diserahkan kepada imam Diosesan Sintang. Pada tahun 1998, RD. Yoseph Dosi Mbele, Pr menjadi pastor paroki yang menetap di Badau.
Berikut ini nama-nama para pastor yang pernah berkarya di paroki Badau adalah:
- Henk Kalter, SMM
- Frans Luiten, SMM
- Peter Hoogland, SMM
- Mateus Juang, SMM
- Boedhy Prihatna, OMI
- Leonardus Miau, Pr
- Vincentius Yakobus, Pr
- Yoseph Dosi Mbele, Pr
- Antonius Ajie Prabowo, Pr
- Benediktus Ari Darmawan, Pr
Sejak 20 Februari 2017 yang lalu, paroki ini dipercayakan pelayanannya kepada fransiskan (OFM). Sdr. Satur, OFM dan sdr. Trimur, OFM menjadi dua saudara “perintis” awal OFM di bumi “Uncak Kapuas” (Kapuas Hulu). Sekarang ini, sdr. Satur, OFM sebagai pastor kepala paroki dan sdr. Hendra, OFM bertugas sebagai pastor rekan.