17 Agustus
St. Rochus dari Montpellier
1295-1378
RIWAYAT HIDUPNYA
Rochus adalah anak tunggal seorang bangsawan kaya di Perancis, yang rupanya pernah menjadi gubernur dari kota Montpellier. Anak ini dianugerahkan kepada mereka sebagai jawaban atas doa-doa orang tuanya yang dilakukan dengan sangat tekun. Kariernya yang akan datang dinyatakan dengan tanda kelahirnnya dalam bentuk salib berwarna merah yang terguratkan pada dadanya.
Orang tuanya mendidik anak itu dalam perilaku yang saleh. Pencobaan diberikan kepadanya, ketika pada umur 20 tahun dia kehilangan kedua orang tuanya. Dia tidak mempergunakan harta karun yang begitu besar yang dia warisi dari orang tuanya untuk kesukaannya sendiri, tetapi dia menjual semua milik pribadinya itu dan membagikannya di antara orang-orang miskin, dan memindahkan kepemilikan real estatenya kepada pamannya. Setelah semuanya itu terlaksana, dia masuk dalam Ordo Ketiga St. Fransiskus, mengenakan pakaian peziarah, dan pergi ke Roma mengunjungi makam-makam para Rasul.
Ketika dia tiba di Acquapendente di Italia utara sekitar tahun 1315, dia mendapatkan bahwa di sana tengah dilanda suatu epidemi yang menimbulkan kurban-kurban yang mengerikan. Rochus tidak tergesa-gesa, sebagaimana akan dilakukan banyak orang lain, takut akan bahaya hidupnya, namun sesuai dengan teladan Kristus dan nasehat dari murid-Nya yang terkasih (1Yoh 34:16), dia menawarkan hidupnya untuk melayani saudara-saudaranya dalam Kristus. Ia pergi ke rumah sakit St. Yohanes, yang dipenuhi dengan orang-orang yang tertimpa bencana itu, dan menawarkan pelayanannya kepada para saudara di sana. Dia juga pergi ke rumah mereka sendiri, mencari mereka yang sakit, melayani mereka tapa istirahat siang dan malam. Tuhan menganugerahkan hadiah atas belas kasihannya yang heroik itu dengan kesembuhan banyak orang hanya dengan Tanda Salib yang diberikannya kepada mereka. Ketika wabah itu reda, Rochus meneruskan perjalanannya ke Roma.
Tetapi di sana juga sedang merebak suatu epidemi. Di samping dia mengunjungi tempat-tempat suci, Rochus lagi-lagi mempersembahkan dirinya dalam perawatan orang sakit dan banyak adari mereka disembuhkan dengan mengherankan. Dia memberikan pelayanan yang sama di banyak kota lain di Italia sampai dia sampai di Piacenza dan dia sendiri terkena penyakit yang mematikan. Di dalam rumah sakit yang sama, di mana dia telah menyembuhkan banyak orang sakit, sekarang dia dipandang sebagai seorang yang menyelundupkan diri, orang asing yang tidak berhak mendapatkan tempat di sana. Supaya tidak menjadi beban bagi orang lain, dia bangkit, meninggalkan rumah sakit itu, dan dengan bantuan seorang staf, menyeret dirinya dengan susah paya ke hutan yang terdekat. Di sana dia sampai di sebuah gubug yang sudah reot, dengan beberapa onggok jerami. Dia pun membaringkan diri dan bersyukur pada Tuhan atas penginapan yang tenang itu.
Allah juga menyediakan makanan baginya. Sebagaimana Allah dulu pernah memelihara Elias, dengan mengirimkan roti kepadanya dengan perantaraan seekor burung gagak, demikianlah sekarang Allah mengirim roti baginya dengan perantaraan seekor anjing dari sebuah rumah kampung yang dekat di situ. Ketika dia menjadi cukup kuat, secara ilahi dia diilhami untuk kembali ke kota kelahirannya.
Perang semakin berkecamuk. Tentara-tentara yang dia temui menyangka dia itu seorang mata-mata. Dia diseret ke hadapan Gubernur Montpellier, yang adalah pamannya sendiri, yang kendati demikian tidak mengenal kemanakannya dalam diri tawanan yang kurus kering itu. Dia pun dijebloskan ke dalam penjara sebagai mata-mata. Rochus dalam pembelaannya tidak mengatkan sepatah kata pun; dia ingin, seperti Kristus, menerima dalam kediamannya itu apa pun yang telah ditentukan surga baginya. Karena hiruk pikuk peperangan, dia pun nyaris terlupakan samasekali, dan tetap mendekam di penjara selama lima tahun. Kematian pun mengakhiri kurungannya itu pada 16 Agustus 1378.
Ketika dia merasa bahwa akhir hidupnya sudah mendekat, dia minta untuk mendatangkan seorang imam guna memberikan sakramen yang terakhir. Ketika imam itu memasuki penjara, dia melihat penjara itu bagaikan disinari dengan cahaya adi kodrati dan tawanan yang kasihan itu diselubungi cahaya yang istimewa. Ketika kematian menyambutnya, nampaklah sebuah sabak pada tembok dan padanya seorang malaikat menulis dengan tinta emas nama Rochus dan suatu ramalan bahwa siapa pun yang akan menyerukan namanya akan terhindah dari malapetaka.
Setelah memperoleh berita tentang apa yang telah terjadi, paman Rochus pun datang ke penjara dan, tidak lama kemudian, juga tiba ibu gubernur itu, yang adalah nenek dari Rochus sendiri. Dia mengenali orang yang meninggal itu adalah cucunya karena tanda kelahiran berupa salib merah pada dadanya. Mereka pun memberikan kepadanya pemakaman yang meriah dan menyuruh didirikan sebuah gereja untuk menghormatinya dan di dalamnya diletakkan makamnya. Penghormatan terhadapnya disahkan oleh beberapa Paus dan dengan segera tersebar ke seluruh Eropa. Dia dikanonisasi oleh Paus Urbanus VIII. Dia diangkat menjadi patron melawan penyakit-penyakit menular.
ST. ROCHUS, PELINDUNG MELAWAN PENYAKIT MENULAR
1. Prediksi bhwSt. Rochus akan menjadi seorang pelindung istimewa melawan penyakit-penyakit menulis telah terbukti sedemikian gamblang, sehingga dia diserukan oleh semua orang Kristen dalam waktu-waktu yang menyedihkan. Pada 1415, ketika sebuah konsili umum diadakan di Constance, tecahlah sebuah epidemi. Diselenggarakanlah sebuah prosesi besar untuk menghormati St. Rochus, memohon pertolongannya, dan dengan segera epidemi pun terkendali. Kita membaca dalam laporan tahunan Ordo Fransiskan bahwa banyak biara dihindarkan dari penyakit-penyakit menular karena devosi yang saleh terhadap sang santo dan setiap hari mereka mendoakan doa permohonan akan perlindungannya. – Tidak dapatkah engkau setiap hari mendoakan sebuah doa sebagai penghormatan terhadap St. Rochus, sehingga dia akan melindungimu dan segenap rumahmu dari penyakit menular?
2. St. Rochus sendiri tidak dianugerahi terhindar dari penyakit yang mengerikan, tetapi kesabaran dan penyerahan dirinya pada kehendak Tuhanlah yang telah memperbesar pahalanya di surga. Karena itu, Tuhan bisa saja mengizinkan keburukan sedemikian itu menimpa kita dan kerabat kita, karena mungkin saja seseorang yang tidak dikenai hal itu tidak akan terbimbing kembali pada Tuhan dan tidak mati dengan baik, dan karena itu tidak memperoleh berkat abadi. Allah kita yang baik itu menimpakan penyakit pada tubuh kita supaya jiwa kita selamat. Bila suatu penyakit menyerang sebuah komunitas, berdoalah dengan sungguh dan hangat kepada St. Rochus, sehingga berkat pengantaraannya jiwa-jiwa orang-orang itu dapat menikmati manfaatnya.
3. Renungkanlah bahwa penyakit-penyakit tertentu dari jiwa kita ini dapat menjalar dan tersebar seperti penyakit menular. Mereka itu jauh lebih buruk daripada wabah yang menyerang tubuh kita. Penyakit-penyakit semacam itu adalah berbagai cela: ketidak-murnian, ketidak-sabaran, cinta kenikmatan tak teratur. Rochus telah melarikan diri dari kesempatan-kesempatan berbahaya dari cela-cela itu dengan semangat yang sedemikian besar, sehingga dia meninggalkan harta karun dan kedudukannya. Dengan demikian, tersembunyi dalam sosok peziarah dan pelayan yang miskin, dia dapat menyelamatkan jiwanya dari dosa. – Pertimbangkanlah dengan cukup sering teladan yang telah diberikannya, dan serukanlah pengantaraannya bagi dirimu sendiri dan sejawatmu demi melawan penularan penyakit tubuh dan jiwamu.
DOA GEREJA
Ya Allah, yang telah mengugerahi St. Rochus dengan janji yang ditulis oleh seorang Malaikat pada sabak: tidak membiarkan seorang pun yang mohon pengantaraannya sampai tertulari oleh penyakit menular; kami mohon kepada-Mu, anugerahkanlah bahwa kami, yang merayakan peringatannya ini, dapat diselamatkan dari setiap penyakit menular baik rohani maupun badani. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, ofm., © 1959 Franciscan Herald Press. Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM