7 Februari
Santa Coletta
1381-1447
RIWAYAT HIDUPNYA
Coletta dilahirkan pada 12 Januari 1381 di sebuah kota kecil di wilayah Corbie, Perancis, dari kalangan rakyat pekerja yang patut diteladani. Dia merupakan seorang anak rahmat, sebagai jawaban atas doa ibunya yang tidak putus-putusnya, karena ketika itu ibunya telah berusia 60 tahun dan masih tetap mandul.
Ketika kedua orang tuanya telah meninggal, Coletta – ketika itu berusia 22 tahun – mendapatkan ijin dari wewenang Gereja untuk hidup menyendiri, tertutup terhadap masyarakat dalam sebuah tempat tinggal yang sempit, langsung menempel pada dinding gereja. Dari situ, melalui sebuah jendela kecil, dia dapat langsung melihat Sakramen Yang Mahakudus. Dia berharap bahwa di tempat itulah dia dapat menghabiskan sisa hidupnya sebagai seorang petapa. Dia pun memeluk Anggran Dasar Ordo Ketiga St. Fransiskus. Sesuai dengan Anggaran Dasar itu, dia berusaha untuk hidup dalam kemiskinan sempurna, mati raga yang berat dan terus menerus berdoa, supaya semakin hari dia dapat semakin menyerupai bapa Serafiknya. Dia menerima banyak penghiburan dari surga, tetapi pada pihak lain, dia juga menderita godaan-godaan yang kejam dan tubuhnya pun disiksa oleh roh-roh jahat.
Tuhan yang Mahakuasa telah menentukan Coletta untuk sesuatu yang luar biasa. Tuhan menimbulkan di dalam dirinya kerinduan untuk memperkenalkan kembali pelaksanaan yang ketat pada anggaran dasar St. Klara, yang waktu itu dilaksanakan oleh banyak biara Klaris dalam bentuknya yang sudah disesuaikan. Perawan yang rendah hati itu berkutat dalam pikirannya kalau-kalau pemikiran itu merupakan ilusi yang ditimbulkan oleh roh kegelapan. Tetapi ilham itu berulang kali kembali, dan ketika dia terus menerus menolaknya, dia tertimpa menjadi bisu dan kemudian buta, sampai dia akhirnya menyerahkan dirinya pada kehendak Tuhan, seperti Saulus sebelum dia mencapai Damaskus. “Tuhan,” dia menangis tersedu-sedu dalam hatinya, “apa yang Kau kehendaki saya perbuat? Saya siap mengerjakan apa pun juga yang Engkau kehendaki dariku.” Seketika itu juga dia pulih dan dapat berbicara dan melihat kembali. Tuhan mengirim kepadanya seorang pembimbing khusus yang membimbingnya untuk melaksanakan hal-hal yang luar biasa. Demikianlah, sesudah dia menjalani retret selama empat tahun, dan dengan kewenangan dan berkat Sri Paus, dia mendirikan satu per satu biara St. Klara, sehingga selama hidupnya mencapai 17 buah. Sesudah kematiannya, biara yang serupa didirikan di negara-negara selain Perancis, di mana anggaran dasar St. Klara yang asli mulai berkembang kembali.
St. Coletta memikul susah payah yang tak terbilang jumlahnya dalam menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya, namun surga mendukungnya bahkan dengan cara-cara yang kasat mata. Banyak mukjizat, termasuk menghidupkan orang yang sudah mati, terjadi sebagai jawaban doa-doanya dan sebagai peneguhan pada karyanya. Demikianlah, pendiri yang agung itu tetap selalu rendah hati, mengnggap segala-galanya sebagai karya Allah itu sendiri, yang seringkali memilih yang terendah di antara umatnya sebagai alat-Nya.
Pada dasar kerendahan-hati ini, dia berusaha mengembangkan dalam biara-biranya semangat doa dan kesederhanaan hati. Dia sangat menghrgai pendarasan Ibadat Suci Harian (Brevir) dengan bernyanyi dalam kor. Pastilah hal ini sebagai kenangan akan praktek yang terjadi di kota kelahirannya. Penghargaan ini ditanamkannya pada sesama suster-susternya. Dia juga dipenuhi dengan semangat berkobar akan keselamatan jiwa-jiwa yang telah tergelincir ke dalam neraka dengan sedemikin cepatnya.
Setelah bekerja keras selama 40 tahun, tibalah saatnya untuk menerima ganjaran kekal. Dia meninggal dunia dalam biaranya di Ghent pada 6 Maret 1447. Pada saat meninggalkan dunia ini, dia menampakkan diri pada beberapa suster di biara-biara yang berbeda. Sri Paus Urbanus VIII memberikan gelar Beata kepadanya, sedangkan Sri Paus Pius VII dengan meriah memberikan kanonisasi padanya pada 1807.
PERIHAL KECANTIKAN TUBUH
1. Roh Kudus berkata: “Banyak orang telah binasa karena kecantikan seorang wanita” (Im 9:9). St. Coletta merenungkan atas kebenaran ini, dan tidak lebih mengkhawatirkan apa pun kecuali bahwa dirinya dapat mengakibatkan orang berdosa, maka dia minta Tuhan, sebagaimana juga St. Lidwina, menghapuskan dari dirinya kecantikan badani. Tuhan telah mendengarkan doanya melalui sebuah mukjizat. Betapa bedanya dengan wanita-wanita muda sekarang ini, yang tidak hanya mau tampil lebih cantik, tetapi terlebih lagi bersusah-payah melalui cara apa pun yang tersedia, demi untuk lebih menonjolkan kecantikan yang mereka bayangkan dan membuat diri mereka lebih menarik. Orang-orang sedemikian itu memasang jerat pada jiwa-jiwa dan menimpakan pada diri mereka sendiri dosa dan keterpurukan. Seorang wanita muda Kristen tidak akan berlaku demikian itu. Barang siapa yang sungguh berbuat demikian, tidak layak lagi menyandang nama Kristen. Tambahan lagi bukanlah gaya Kekristenan untuk membuat seorang gadis kecil menyadari kecantikan dirinya. Dengan cara demikianlah kita membesarkan kecenderungan yang tidak baik pada kekaguman diri. – Apakah engkau perlu menyalahkan dirimu sendiri dalam hal ini?
2 Renungkanlah bahwa kita hendaknya tidak usah begitu berlebihan memperhatikan kecantikan diri. “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia” demikian ucap Orang Bijak (Ams 31:30). Betapa sedikitnya, seringkali, keindahan batiniah berpadanan dengan kecantikan lahiriah, dan betapa cepatnya yang lahiriah itu menghilang! Karena itu Thomas a Kempis (1:7) memberikan nasehat kepada kita: “Janganlah engkau berbangga-bangga akan sosok dirimu atau keindahan tubuhmu, yang dengan penyakit sedikit saja, menjadi layu dan lusuh; tetapi berbanggalah akan kemuliaan dalam Tuhan, yang memberikan segala sesuatu dan ingin memberikan Diri-Nya melampaui segala sesuatu.” “Wanita yang takut akan Tuhan, dialah yang akan memperoleh pujian” (Ams 31:30). – Apakah, siapa tahu, engkau juga memberikan banyak perhatian pada kesmpurnaan badani?
3 Renungkanlah, bahwa bila engkau memiliki kecantikan pribadi, hal itu hendaknya menjadi dorongan bagimu untuk mendapatkan kecantikan jiwa melalui kemurnian hati, kejujuran, keugaharian, kesalehan, cinta sejati pada Tuhan dan sesama. Kalau tidak demikian, maka keindahan tubuhmu hanyalah bagaikan sekedar kulit halus dari buah apel yang busuk. Sebaliknya, bila engkau tidak memiliki keindahan tubuh, engkau masih akan bisa memperolehnya kelak, bila sekarang engkau indah dalam jiwamu, karena pada waktu itulah, sesudah kebangkitan tubuhmu akan indah untuk selama-lamanya. Karena “Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi.” (1 Kor 15:40). Yang satu merupakan pemberian alam, yang lain merupakan buah kebajikan yang telah diperoleh seseorang di dunia ini. Didorong oleh motif-motif kebajikan, St. Coletta telah mohon Tuhan untuk melepaskannya dari keindahan tubuhnya, dan dengan demikian keindahan tubuhnya yang mulia akan menjadi semakin besar pada hari terakhir.
DOA GEREJA
Tuhan Yesus Kristus, yang sungguh melimpahi St. Coletta dengan anugerah-anugerah surgawi, kami mohon kepada-Mu bahwa kami dapat dengan tekun dan semangat mengikuti kebajikan-kebajikannya di dunia ini dan patut untuk ambil bagian bersama dia dalam kebahagiaan di surga. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, OFM, © 1959 Franciscan Herald Press. Penerjemah: Alfons S. Suhardi, OFM