24 Juli – B. Modestino dari Yesus dan Maria

24 Juli
B. Modestino dari Yesus dan Maria

Modestino dari Yesus dan Maria adalah seorang saudara sejati bagi semua orang.
3. “Karena Engkaulah harapanku, ya Tuhan; ya Allahku yang terpercaya, sejak masa mudaku” (Mzm Antar bacaan, 70 [71]: 5). Demikianlah Gereja bernyanyi, dan tetap selalu semarak berkat nafas Roh Kudus. Hari ini, hal itu digemakan oleh B. Modestino dari Yesus dan Maria, seorang Imam Fransiskan dari Ordo Saudara-saudara Dina, seorang saksi unggul akan belas kasih Tuhan, yang telah menumbuhkan harapan di Italia Selatan selama pertengahan pertama abad yang silam.

Semenjak ketika dia masih anak-anak, Tuhan telah berkenan mengungkapkan kepadanya rahasia-rahasia kerajaan surga (bdk. Mat 11:25; Pengantar Injil), dengan membimbingnya menemukan nilai otentik dari orang-orang yang dijumpainya, melalui perhatian yang murah hati bagi orang miskin dan Kristus yang tersalib dalam tindakan pemberian diri kepada sesama.

Saudara Modestino hidup dalam suatu masyarakat yang tersingkir dan menderita secara moral. Dia pun berhasil ikut menghayati secara penuh, pengharapan-pengharapan dan kekhawatiran-kekhawatiran dari mereka yang paling lemah itu. Dia mampu memberikan jawaban pada kebutuhan yang mendalam akan Tuhan yang ditemukan dalam diri saudara-saudara dan saudari-saudari yang haus akan keadilan dan kasih. Karena itu dia menjadi suatu ragi pembaruan dan sebuah tanda hidup akan adanya harapan. Tangan Tuhan sungguh berada padanya dan membuat dia seorang pelayan kasih sayang dan penghiburan bagi kelas masyarakat mana pun. Dia juga menjadi pelayan penuh kesabaran dalam sakramen Pengampunan.

Saudara Modestino sungguh merupakan seorang “saudara universal” yang sejati: setiap orang dapat mempercayakan diri padanya, menemukan seseorang yang bersedia mendengarkan, menerima sepenuh hati dan saling berbagi. Cinta ini membawa dia mampu memberikan dirinya yang sejati, dan dia pun tidak sungkan-sungkan menyediakan dirinya terpapar menghadapi bahaya maut demi menolong saudara-saudara dan saudari-saudarinya itu, yang telah dilanda epidemi kolera. Sungguh, dia mengambil bagian dalam nasib mereka sampai titik akhir hidupnya, dan meninggal dunia sebagai sebuah kurban kasih.

Dari sebuah Homili dari Paus Paulus II; Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM.