24 Juli
Beata Louise dari Savoy
1461-1503
RIWAYAT HIDUPNYA
Pada pesta Kanak-Kanak Suci (28 Desember) tahun 1461, lahirlah seorang putri bagi Beato Amadeus, raja Savoy. Dia akan menjadi lebih mulia lagi bagi dunia karena kemulusan dan kesuciannya lebih dari kelahiran kebangsawanannya. Anak puteri ini adalah B. Louise.
Sejak masa kanak-kanaknya, dia sudah menonjol dalam kesukaannya untuk berdoa dan keheningan. Pada malam vigilia pesta-pesta Bunda Maria, dia berpuasa, hanya makan roti dan minum air. Sesuai dengan harapan ibunya, saudari dari Raja Perancis Louis IX, Louise mengenakan pakaian-pakaian mahal dan permata indah-indah sesuai dengan harkat keratuannya; tetapi di bawahnya dia mengenakan pakaian kasar. Dan dia pun senantiasa memandang pakaian luarnya yang halus-halus mewah itu sebagai peringatan bahwa dia harus menghiasi jiwanya dengan keutamaan-keutamaan.
Louise memiliki kesederhanaan yang sedemikian mulus sehingga kesombongan dan kesia-siaan samasekali asing baginya. Pada kesederhanaan seekor burung merpati itu, dia menyertakan kebijaksanaan yang besar, sehingga dia mampu menghadapi bahaya-bahaya kehidupan istana yang dia temukan setiap hari.
Ketika paman dan pelindungnya, raja Perancis, menginginkan dia menikah dengan pangeran dari Chalon, dia sudah mengambil keputusan untuk mempersembahkan dirinya kepada Tuhan dalam keadaan perawan. Namun Louise percaya bahwa peristiwa lamaran itu, Tuhan mengungkapkan kehendak-Nya bagi dirinya. Karena itu dia menerima lamaran dari pangeran muda yang penuh keutamaan itu.
Dia sangat senang mendapatkan betapa contoh dan kewenangan Louise, isterinya, itu mengendalikan kemewahan yang berlebihan dan kebiasaan-kebiasaan liar sembrono yang mewarnai istana. Dia tidak hanya mengubah kebiasaan-kebiasaan para wanita di istananya, tetapi juga para pria ditaklukkannya kepada kehidupan Kristiani. Bila ada seseorang yang mengumpat atau mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh, maka dia menunutnya untuk mengerjakan pepulih dengan memberikan derma kepada orang miskin. Dia dan suaminya menghadiri pesta dansah dan sandiwara yang diselenggarakan di istananya, tetapi mereka sendiri tidak ambil bagian di dalamnya. Mereka pergi ke sana hanya untuk menjaga agar segala sesuatunya berjalan dengan teratur. Dilaporkan bahwa dia sudah mengatakan apa yang pernah dituturkan oleh St. Fransiskus dari Sales di kemudian hari: “Dansah dan sandiwara itu seperti jamur; yang terbaik pun tidak banyak nilainya.”
Louise baru berumur 27 tahun, ketika dia sudah kehilangan suaminya yang setia. Dia menolak semua tawaran untuk pernikahannya yang kedua, bahkan lamaran-lamaran yang datang dari pelamar-pelamar yang paling terhormat pun. Sekarang dia ingin hidup dalam keheningan dan kesederhanaan yang tinggi dan mempersembahkan dirinya bagi karya-karya pertobatan, kesalehan dan belas kasih Kristiani. Dia memakai harta kekayaannya yang besar itu untuk melaksanakan program cinta kasihnya yang luas.
Anak-anaknya juga tidak ada yang menuntut supaya dibesarkan oleh Louise sebagai ibunya. Karena dia ingin hidup dalam kesatuan yang erat dengan Tuhan, maka dia masuk biara Santa Klara yang Miskin di Orbe, setelah menghadapi banyak halangan. Di sini sang Ratu Puteri itu menjadi contoh segala kerendahan hati, kemiskinan dan penyangkalan diri. Dia menjalani semua perintah-perintah anggaran dasar dan ketaatan dengan sepenuh hati. Dia juga sangat berterimakasih atas teguran-teguran apa pun yang diterimanya. Dia menekuni suatu devosi lembut pada sengsara Kristus dan Bunda Maria. Dari mereka ini dia kadang-kadang menerima anugerah-anugerah khusus.
Suatu penyakit yang serius menyergap Louise ketika dia berumur 42 tahun. Setelah dia menerima Sakramen Terakhir dengan penuh kekhusukan, mulailah sakratmautnya, namun pada ketika itu dia masih mampu mengucapkan kata-kata dari ibadat bagi Bunda Maria:
Ya Sumber Belaskasihan, Bundaku,
melalui dikau Tuhan mengirimkan rahmat-Nya kepada kita,
Bebaskanlah saya dari dosa, dan sampaikanlah bantuanmu
bila saja kegelapan saat maut membuat saya takut.
Kemudian dia menyerahkan jiwanya yang murni itu ke dalam tangan sang Penciptanya pada 24 Juli 1503. Tuhan memuliakan dia dengan banyak mukjizat dan karena itu Sri Paus Gregorius XVI mengesahkan penghormatan padanya pada 1839.
PERIHAL PEMENUHAN TUGAS-TUGAS KITA
1. Pada setiap tahap hidupnya, sebagai anak, isteri, janda dan religius, B. Louise menjadi terkenal karena dirinya tampil sebagai model keutamaan. Karena itu dia layak menerima pujian yang besar. Di hadapan Tuhan nilai sejati seseorang tergantung pada kesetiaan yang diungkapkan dalam menjalankan tugas-tugas yang diembannya pada setiap tahap hidupnya, dan penilaian Tuhan pun akan sesuai dengan ukuran itu. Hal ini berkaitan dengan seorang Bapa Pengakutan dari Kaisar Karolus V, yang sesudah Karolus mengakukan dosa-dosa pribadinya, Bapa Pengakuan itu berkata kepadanya: “Ini adalah pengakuan Karolus; bukan kaisar yang mengaku.” Sang Hakim Abadi pastilah akan meminta pertanggung-jawaban sesuai dengan panggilanmu; dan bila Dia berkata, “Berilah pertanggung-jawaban atas urusanmu” (Luk 16:3), pasti maksudnya ialah tanggungjawab atas panggilanmu, pekerjaanmu, pelayanan yang engkau lakukan selama di dunia ini. Semoga engkau waktu itu akan lulus dalam ujian itu sebagaimana B. Louise. – Sakarang periksalah dirimu sendiri dalam masalah-masalah ini.
2. Renungkanlah bahwa setiap tahap dalam hidup itu mempunyai bahaya-bahayanya sendiri, dan bahwa banyak panggilan membawa kesulitan-kesulitan yang lebih berat daripada panggilan yang sekarang engkau jalankan. Keluguan dan kesederhanaan saja tidaklah selalu mencukupi. Pada kedua keutamaan ini kita harus menambahkan kebijaksanaan, pandangan jauh ke depan dan keteguhan. Tidak peduli betapa besar kesulitan-kesulitan itu, seorang Kristiani tidak boleh putus asa. Di mana kekuatan manusia nampak tidak mencukupi, Tuhan akan datang memberikan bantuan kepada orang yang menjalankan apa yang mampu dijalankannya. “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” (1Tes 5:24). Dalam kebijaksanaan-Nya Tuhan membiarkan prahara-prahara menerjang kita, untuk mencobai kesetiaan kita, tetapi Dia tidak pernah mencobai kita melebihi kekuatan kita. “Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1Kor 10:13). – Mungkinkah bahwa pada masa yang silam, karena engkau kurang beriman pada Tuhan, maka engkau menjadi lemah dan tidak setia?
3. Pertimbangkanlah sarana-sarana yang harus engkau pergunakan pada setiap tahap hidupmu supaya engkau bisa dengan setia memenuhi tugas-tugasmu. Supaya dapat mengetahui tugas-tugas kita dengan baik dan demi memperoleh kekuatan yang diperlukan untuk melaksanakannya, kita harus menerapkan sarana-sarana religius yang sudah tersedia bagi kita: doa harian, mendengarkan Firman Tuhan, dan sering menerima sakramen-sakramen. Untuk menanggulangi kelambanan pribadi kita dan hambatan-hambatan kodrat kita yang sudah jatuh ini, kita harus menyangkal diri kita, sesuai dengan kata-kata Tuhan kita: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk 9:23). Akhirnya, perlulah kita selalu memperhatikan perintah Tuhan yang pertama dan terbesar: mencintai Tuhan di atas segala sesuatu dan sesama kita sebagaimana diri kita sendiri. Hal ini akan menolongmu untuk menjadi setia pada kewajibanmu pada setiap jenjang hidup, sebagaimana B. Louise, sehingga engkau pun pada suatu hari mendengar kata-kata Tuhan: “engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat 25:23).
DOA GEREJA
Ya Allah, Engkau yang telah membesarkan B. Louise menjadi seorang model keutamaan yang mencolok pada setiap jenjang hidupnya, anugerahkanlah kepada kami, bahwa dalam setiap tahap di mana kami Engkau panggil, kami boleh mengikuti teladannya dan dapat layak sampai kepada-Mu. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, ofm., © 1959 Franciscan Herald Press. Diterjemahkan oleh Alfons S. Suhardi, OFM.