2 September – B. Yohanes Fransiskus Burte, Apollinaris Morel dan Severinus Girault

2 September

B. Yohanes Fransiskus Burte, Apollinaris Morel
dan Severinus Girault

RIWAYAT HIDUPNYA
Pada kenyataannya nyaris setiap halaman dalam sejarah Revolusi Perancis itu ternodai dengan darah. Apa yang terkenal dalam sejarah seperti Pembantaian para Karmelit pada tahun 1792, ditambah lagi dengan hampir 200 orang kurban pada kumpulan para martir yang mulia ini. Mereka semua adalah imam, awam dan biarawan, yang menolak mengambil sumpah yang sesat (heretik), dan telah dijebloskan ke dalam penjara di gereja yang berdampingan dengan biara Karmelit di Paris. Di antara imam-imam itu ada seorang Konventual, seorang Kapusin dan seorang anggota Ordo Ketiga Regular.

Yohanes Fransiskus Burte dilahirkan di sebuah kota kecil Rambervillers di Lorraine. Pada umur 16 tahun, dia bergabung pada para Fransiskan di Nancy dan di sana dia juga mengikrarkan profesi meriahnya. Dia ditahbiskan menjadi imam pada waktunya dan selama beberapa waktu mengajar teologi pada anggota-anggota yang lebih muda dari ordonya. Dia juga pernah menjadi pimpinan biara.

Sesudah Paus Klement XIV, yang semula adalah Saudara Dina Konventual, memerintahkan supaya provinsi Fransiskan yang didalamnya Yohanes Fransiskus menjadi anggota, menggabungkan diri dengan provinsi Konventual, Pater Yohanes Fransiskus ditugaskan untuk memimpin biara besar di Paris itu. Dia mendorong saudara-saudaranya untuk menepati Anggaran Dasar dengan sangat saksama. Semangatnya untuk keselamatan jiwa-jiwa luar biasa. Dia dengan berani menjaga dan memperjuangkan hak-hak Gereja dalam kurun waktu sejarah yang kacau balau itu.

Ketika Revolusi Perancis meletus, dia dilaporkan telah mengizinkan imam-imamnya menjalankan tugasnya, setelah mereka menolak mengucapkan sumpah yang keji yang diwajibkan oleh pemerintah itu, yang merupakan tindakan terselubung mengingkari Iman. Dia pun ditangkap dan dipenjarakan bersama dengan imam-imam lainnya dalam biara para Karmelit. Sikapnya yang tegar tetap menolak mengucapkan sumpah melawan agama itu, membuahkan dia menerima kemartiran yang kejam pada 2 September 1792.

Apollinaris dari Posat, yang sebelum masuk biara bernama James Morel, dilahirkan dekat Fribourg di Swis pada 1739 dan menerima pendidikannya dari para Yesuit. Pada 1762 dia masuk Kapusin di Zug dan tidak lama kemudian dia menjadi seorang pengkhotbah yang menonjol, seorang pendengar pengakuan dosa yang banyak dicari dan seorang pengajar unggul bagi imam-imam muda dari Ordonya. Ditekankannya pada pikiran mereka kebenaran bahwa kesalehan dan kepandaian adalah dua mata dari seorang imam, dan kerendahan hati merupakan keutamaan utama dalam hidupnya.

Pada 1788 dia mendapat tugas dikirim ke Timur sebagai seorang misionaris. Karena itu dia bermukim di Paris untuk mempelajari bahasa-bahasa Timur sebagai persiapan bagi tugasnya yang baru itu. Tetapi ketika dia di sana Revolusi Perancis meletus dan karena dia berkeras menolak mengucapkan sumpah kesetiaan, maka dia pun dijebloskan dalam penjara di biara Karmelit dan menderita kemartiran yang kejam pada 2 September 1792.

Imam yang termasuk Ordo Ketiga Regular adalah Beato Severinus, yang sebelumnya bernama George Girault. Keberaniannya yang tak tergoyahkan membuatnya layak menerima rahmat menjadi salah seorang dari martir-martir Kristus itu. Dia dilahirkan di Rouen di Normandia dan bergabung dalam Ordo Regular St. Fransiskus pada usia mudanya. Karena bakat mentalnya yang ulung, dia dipilih menjadi atasan dari ordonya. Dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban imamatnya dia menunjukkan semangat yang mendalam bagi jiwa-jiwa dan sebagai kapelan dari biara St. Elisabet di Paris dia tampil sebagai pimpinan yang bijaksana di jalan kesempurnaan religius.

Dia juga dipanggil untuk mengucapkan sumpah sipil itu. Karena dia tetap menolak berbuat demikian, dia ditangkap dan dimasukkan dalam menjara di biara Karmelit. Di sana sudah terdapat banyak tahanan pengaku iman Kristus yang lain. Pada 2 September, ketika dia sedang mendaras ibadat hariannya di kebun biara itu, orang-orang pembunuh yang ganas merangsek biara dan menjadikan B. Severinus ini menjadi kurban pertama keganasan mereka itu.

Ketiga orang anggota Ordo Fransiskan itu, bersama dengan 182 orang hamba Allah yang lain yang menderita kemartiran pada waktu itu, dengan meriahnya dinyatakan Beato oleh Paus Pius XI, dan Ordo Fransiskan dianugerahi izin untuk merayakan pesta mereka setiap tahun dalam Ofisi dan Misa yang khusus.

PERIHAL SEMANGAT FRANSISKAN

  1.  Semangat Fransiskan itu adalah semangat kesalehan. Karena itu, St. Fransiskus berkata dalam Anggaran Dasarnya bahwa “mereka yang tidak terpelajar, tidak usahlah berusaha menjadi terpelajar.” Fransiskus tidaklah menentang belajar; namun dia ingin menekankan pada saudara-saudaranya bahwa mereka harus waspada terhadap belajar yang sia-sia dan tidak mengagung-agungkan ilmu pengetahuan, tetapi belajar keutamaan dan kesalehan. Para martir yang kita renungkan hari ini adalah orang-orang terpelajar, namun keutamaan dan kesalehanlah yang telah mengajar mereka kebijaksanaan yang benar. Mereka diresapi betul dengan semangat Fransiskan. – Pergilah dan perbuatlah demikian.
  2. Semangat Fransiskan juga merupakan semangat untuk belajar. Karena itu St. Fransiskus menulis kepada St. Antonius dari Padua: “Saya senang bahwa engkau mengajar para saudara ilmu teologi suci.” Dan ketika dia ditanya apakah orang terpelajar boleh diterima ke dalam Ordo, dia menjawab: “Itu sangat menyenangkan saya.” Pengetahuan yang benar muncul dari Kebijaksanaan Kekal dan juga membimbing orang kembali kepadanya. – Berusahalah untuk memperoleh pengetahuan yang benar itu.
  3. Semangat Fransiskan itu merupakan gabungan antara kesalehan dan pengetahuan. Karena itu St. Fransiskus menulis kepada St. Antonius dan berkata: “Semangat kesalehan dan doa hendaknya tidak dipadamkan” oleh belajar itu. Orang yang paling terpelajar dalam Ordo selalu menggabungkan pengetahuan dengan kesalehan. Beato Yohanes Fransiskus dan teman-temannya melakukan hal itu dan mengajar saudara-saudaranya untuk berbuat yang serupa. – Bila panggilanmu memintanya, lakukanlah bagianmu dalam memperoleh pengetahuan, tetapi biarlah kesalehanmu tetap menjadi tujuan utama dalam usahamu itu.

DOA GEREJA
Ya Allah, kami mohon kepada-Mu, mampukanlah kami tetap selalu mencintai Gereja-Mu dengan kesalehan seorang anak. Dalam mempertahankan hak-hak Gereja itulah para martir-Mu yang terberkati Yohanes Fransiskus, Apollinaris dan Severinus telah menderita kematian yang kejam. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.

Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, ofm., © 1959 Franciscan Herald Press. Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM.