Demam ASG

[tab name=’Berita’]Sepulang dari RR La Verna, Padang Bulan, Pringsewu pada Jumat, 30 November 2012, maka Sabtu, 1 Desember sudah ada acara baru, yakni dari pk 10.00 – 13.00. Acara yang dimaksudkan adalah Seminar tentang Ajaran Sosial Gereja.

Ada demam ASG di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Demam ini pertanda baik. Sebab warga Gereja ingin tahu khazanah Gereja, sementara kesadaran akan perlunya pemahaman yang benar dan tepat tentang ASG juga difasilitasi oleh Arah Dasar (ardas) KAJ.

Ardas KAJ antara lain menyatakan, “….. terlibat dalam pelayanan kasih di tengah masyarakat”. Ungkapan ini selaras dengan jiwa ASG. Maka, undangan untuk berbicara tentang ASG dalam rangka seminar tersebut, saya sambut dengan penuh entusiasme.

PENGANTAR

Seminar tentang ASG ini diprakarsai oleh Komisi Kerasulan Kitab Suci KAJ. Pada bagian awal seminar ini, Ketua Komisi, RD Romanus Heri Santoso, menyampaikan sambutan pengantar. Dengan simpatik RD Romanus menyatakan arti-pentingnya ASG dalam rangka Kerasulan Kitab Suci.

Sambutan tersebut segera disusul dengan pemaparan materi ASG. Dengan penuh kesengajaan, presentasi penulis reportase ini berkisar soal pengantar, sehingga judulnya berbunyi: “PENGANTAR KE DALAM ASG”. Mengapa? Hal itu dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan.

Satu. Audience, peserta seminar (60an orang) adalah para wakil dari Komisi KKS setiap paroki di KAJ. Mereka ini mungkin untuk pertama kalinya mengenali ASG, meskipun mereka sudah merasa asing dengan istilah tersebut. Tetapi, sungguh, pengetahuan dasar mereka tentang ASG belum terlalu meyakinkan.

Dua. Sebagaimana judul presentasi tersebut, maka dalam seminar ini disampaikan beberapa pokok yang menjadi benang merah ASG. Inilah pengantar komprehensif tentang ASG. Kalau pun di antara audience ada yang sudah mengetahui ASG dengan tepat, maka pengantar ini sudah tidak diperlukan lagi.

TANDA BAIK

Seminar ini memiliki makna strategis. Sebab memasuki masa Adven ini, Gereja KAJ mengambil tema KEMBALI KE NAZARET, dan hendak menekankan refleksi tentang (kehidudupan) keluarga. Bahkan, Desember ini dinyatakan sebagai BULAN KELUARGA.

Dalam konteks permenungan tentang keluarga ini, ASG bisa masuk dan mengambil posisi, mengingat keluarga juga menjadi salah satu lingkup bahasan ASG. Oleh karena itu, di mata saya, ASG perlu ditempatkan di samping Alkitab. Karena ASG dapat dipahami sebagai pengejawantahan pesan Alkitab dalam dunia masyarkat kita.

Tanpa terasa presentasi dua jam nonstop! Hal itu karena mata audience yang mengungkapkan hati dan budi yang ingin tahu. Sementara itu, penyaji bak dalang yang tiada pernah kehabisan lakon (cerita).

Demam ASG ini terukur antara lain dari umpan balik dari audience. Pertanyaan yang hidup menyangkut perutusan Gereja untuk semakin terlibat dalam dunia; pendidikan moral dan agama di sekolah-sekolah Katolik; Program Ayo Sekolah, dlsb. Selain itu, Kursus ASG sebagaimana selama ini berlangsung di Paroki Santo Paskalis juga diperkenalkan.

Terasa bahwa kesadaran akan masalah sosial dan terutama panggilan Gereja untuk “berkotor tangan-menyingsingkan lengan baju” dalam kondisi masyarakat warga yang mengalami pelbagai beban hidup yang disebabkan oleh ketidakadilan, marginalisasi, kekerasan, konflik etc., semakin menyeruak ke permukaan.

Ini semua merupakan tanda-tanda baik dan positif. Sebab konsekuensi logis sikap beriman akan Allah yang politis dengan mengutus Putera-Nya untuk berinkarnasi, dan yang kini hidup dalam Roh Kudus-Nya, adalah pelayanan penuh kasih pada manusia dan alam semesta. Sebab Allah sungguh menghendaki semua ciptaan-Nya mengalami damai-sejahtera, yakni Syaloom.****

Kontributor: A. Eddy Kristiyanto, OFM[/tab][tab name=’Foto-foto’]

[/tab][end_tabset]

Tinggalkan Komentar