Dia Kakak Saya!

dia-kakak-sayaDi Novisiat Transitus ada kebiasaan pada tiap semester kedua, para novis diberi kesempatan untuk mencicipi kegiatan kerasulan. Kegiatan itu salah satunya adalah menjadi guru sekolah minggu. Secara bergiliran dalam tim-tim kecil mereka mendampingi sekolah minggu.

Pada salah satu hari Minggu, sekelompok novis yang mendapat giliran mengajar, mulai menerangkan kepada anak-anak itu perihal mencintai musuh-musuh sebagaimana diajarkan oleh Yesus, sang Guru. Nah, pada akhir pelajaran ‘bapa guru novis’ ini memberikan penegasan kepada anak-anak, “Nah adik-adik, jadi Yesus mengajarkan kepada kita supaya mencintai musuh-musuh kita. Kita tidak boleh membenci mereka tetapi harus mencintainya. Mengerti adik-adik?”. Serempak mereka menjawab, “Mengerti Frater!”.

Tapi apa yang terjadi? Selesai pelajaran, ada dua anak yang rupanya berkelahi. Maka dengan sigap Frater melerai, sambil mengingatkan pelajaran tadi, “Adik-adik apa yang diajarkan Yesus tadi? Kita harus mencintai musuh-musuh kita toh!”. Spontan salah satu anak itu bereaksi, “Tapiiii dia bukan musuh saya frater, ia kakak saya!…”

Sumber: Taufan, April 2002.