Konser Perdamaian Mengenang 90 Tahun Tarekat Saudara Dina Meraga di Nusantara

Merasakan dan mencermati situasi kecemasan, kegelisahan dan ketidaknyamanan yang tengah melanda hampir semua masyarakat seantero negeri ini, umat paroki St. Paulus Depok bergandengan tangan dengan panitia perayaan mengenang 90 tahun Tarekat Saudara Dina (OFM=Ordo Fratrum Minorum) meraga di Nusantara, mengadakan Konser Agung Perdamaian bertajuk “Journey of Hope, Asa untuk Gereja dan Bangsa”.

Selain mengabadikan 90 tahun OFM meraga di Nusantara, umat Paulus ingin pula mengenang 70 tahun Keuskupan Bogor dan 10 tahun Paduan Suara SPC (Sint Paulus Choir) sehingga tidak heran jika Konser ini disebut sebagai Konser Agung SPC.

Hadir dalam acara tersebut, selain Uskup Bogor, MGR. Paskalis Bruno Syukur, OFM dan para pastor dan suster, juga tokoh lintas agama seperti: Alamsyah M. Djafar Kepala Program Wahid Institut/ Perwakilan Gusdurian Nasional, KH. Muhammad Abdul Madjid tokoh NU Kota Depok dan Pimpinan Pondok Pesantren As Sa’ada serta Eka Wijaya, tokoh senior Agama Khonghucu Kota Depok.

Pada sambutan pembukaan yang ditampilkan secara bersamaan dengan Ketua Panitia Konser, Norbertus Danun, pastor paroki St. Paulus Depok sekalgus Ketua Panitia Nasional Perayaan 90 tahun OFM Indonesia, Pastor Alforinus Gregorius Pontus, OFM di hadapan para tokoh dan lebih dari 300 undangan lintas paroki yang hadir menyatakan, konser tersebut sekalian memperingati 800 tahun pertemuan Santo Fransiskus Assisi dengan Sultan Mesir Al Malik Al Kamil yang terjadi pada tahun 1219.

“Kegiatan ini sekaligus peringatan 800 tahun persahabatan antara Santo Fransiskus Assisi dengan Sultan Mesir Al  Malik Al Kamil yang terjadi pada tahun 1219. Jadi pesan konser ini sangat jelas, menyuarakan perdamaian di Nusantara. Kami, kaum Fransiskan memang mengemban misi meragakan perdamaian di Nusantara,” tutur pater Goris di arena pagelaran lantai 3 gedung Yohanes Paulus II Paroki St. Paulus Depok, Sabtu (30/11/2019).

Lebih lanjut mantan misionaris Thailand ini mengisahkan bahwa perjanjian perdamaian tersebut terjadi di pinggir Sungai Nil ketika Perang Salib kelima berkecamuk. Pertemuan Santo Fransiskus Assisi dengan Sultan Malik menjadi tonggak  perubahan paradigma orang Kristen terhadap saudara muslim-nya.

Fransiskus  Assisi menawarkan cara pandang dan hidup berdampingan antara  Kristen dan Muslim. Peristiwa serupa  terjadi pula di tahun 2019 ini, di mana Paus Fransiskus kembali menawarkan jalan damai dalam kunjungan bersejarah ke Uni Emirates Arab pada 3-5 Februari lalu. Kunjungan itu berbuah Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Berdampingan.

Dokumen tersebut ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Dr Ahmed At-Tayyeb.“Musik adalah bahasa universal, dia menyuarakan perdamaian, itulah sebabnya konser menjadi pilihan dalam peringatan peristiwa bersejarah  itu,” ungkap Pater Gregor menutup  sambutannya.

Seirama dengan Ketua Panitia Nasional 90 tahun, Nobertus Danun Ketua Panitia Konser mewakili Tim Tangguh Penyelenggara: dari garda depan parkir hingga sudut dan lorong belakang panggung, menyampaikan bahwa Konser Syukur Perdamaian ini adalah karsa dan karya anak bangsa. Anak zaman yang punya perhatian pada peziarahan umat yang mendambakan perdamaian di lingkup keluarga, umat lintas agama budaya, dan warga bangsa.

Inti sari pesan Konser Syukur Perdamaian jelas: menyuarakan syukur atas lintasan sejarah perjuangan perdamaian kemanusiaan dalam balutan bahasa universal yaitu musik.

Musik kita mengisahkan 800 tahun lalu, seorang Fransiskus Assisi menjumpai Sultan Malik Al-Kamil. Musik kita merayakan Februari 2019 kala Bapa Paus Fransiskus berpelukan dengan Imam Besar Al Azhar Syekh Ahmed Al-Tayeb.

Dalam lintasan sejarah pula, tahun ini tahun rahmat berlimpah bagi 90 tahun karya perdamaian para Fransiskan di Tanah Air, 70 tahun peziarahan Keuskupan Bogor, dan 10 tahun paduan suara gereja kami, St Paul Choir. Bagaikan simfoni yang didaraskan degan tekun, sungguh-sungguh dan berkomitmen, pesan Konser.

Ketua Panitia mengharapkan agar Syukur Perdamaian tersebut dapat menembus tembok gereja, merangkul Sahabat-Sahabat Lintas Agama, dan warga bangsa di lingkungan rumah serta tempat kerja. Musik kita merangkul siapa pun yang mencintai dialog kehidupan dalam satu atmosfer kebangsaan.

“Simfoni damai ini milik kita. Demikian pula, perdamaian mewujud dalam tindak nyata karya pendidikan dankaritatif para Fransiskan di masyarakat Dayak Meratus, pedalaman Kalimantan Selatan. Konser ini juga didedikasikan untuk karya baru tersebut. Maka, mari….mari kita rayakan pesan perdamaian ini. Dan kita suarakan melintasi banteng hati egois kita bagi persaudaraan insani untuk Indonesia damai. Pacem in terris. Damai di Bumi. Terima kasih” demikian ungkapan hati Norbertus menutup sambutannya.  (ber)

Video Pergelaran Konser Journey of Hope:

Tinggalkan Komentar