Sepanjang jaman banyak Orang Kudus, Paus, para klerus, biarawan-biarawati serta awam memberikan perhatian yang sangat mendalam terhadap Tanah Suci tempat lahirnya kekristenan kita. Ada begitu banyak tempat bersejarah yang terukir dalam Alkitab yang masih berbicara dan menyentuh iman kita sampai hari ini seperti Tempat Kelahiran Yesus, Getsemani, Kalvari dan lain-lain. Dengan alasan itulah selama 20 abad tak henti-hentinya para peziarah mengalir ke Tanah Suci menimba Iman dari sumber-sumber Air Kehidupan.
Dalam perjalanan Ziarah Agung, tahun Millenium Sri Paus Yohanes Paulus II menunjukan kecintaannya yang amat mendalam akan Tanah Suci sebagai sumber Air Hidup yang tak pernah kering. Semua ini dapat ditemukan lewat sejarah, tempat dan batu-batu hidup, yaitu perjuangan dan harapan umat setempat yang turut mengukir imannya dalam kesaksian hidup nyata.
Pada tahun 2011 Sri Paus Benediktus XVI pun terdorong dengan semangat pendahulunya untuk berziarah ke Tanah Suci. Dan pada kesempatan itu bukan hanya tempat, tetapi kesaksian ‘batu-batu hidup’ umat kristiani setempat amat mengesankan bagi Sri Paus. Perjuangan mereka yang hidup dalam tekanan politik, sosial dan ekonomi sungguh merupakan pengorbanan yang amat besar namun penuh dengan Harapan. Maka Sri Paus mengajak dunia untuk bersama-sama memberi dukungan bukan hanya moral spiritual tetapi juga solidaritas dalam bentuk material kepada jemaat-jemaat di Jerusalem dan sekitarnya. Seperti dahulu pun rasul Pulus juga mengumpulkan dana bagi Jemaat di Jerusalem. Dan secara berkala kembali ke Jerusalem membawa bantuan.
Sri Paus Benediktus XVI menyerukan urgentnya solidaritas ini, terutama berhadapan dengan kenyataan eksodus terus menerus umat kristiani keluar dari Tanah Suci diakibatkan oleh berbagai tekanan. Maka para Fransiskan yang dipercayakan oleh Gereja mengemban tanggung jawab mengurus tempat-tempat suci hampir 8 abad lamanya tak terputus diminta untuk tidak hanya memelihara gedung/tempat suci saja, tetapi juga mendampingi kehadiran umat kristiani lokal. Berbagai usaha dilakukan dibidang menyediakan sarana pendidikan, menciptakan lapangan pekerjaan, membangun apartemen-apartemen yang dapat dicicil umat tanpa bunga, sarana kesehatan dan berbagai sarana pengembangan sosial.
Berbagai proyek ini diurus oleh Custodia Terrae Sanctae dan diorganisir secara internasional oleh para Fransiskan yang ditunjuk secara khusus berkarya untuk Tanah Suci. Salah satunya adalah pragram Memorial Hall di Bethlehem. Bethlehem sengaja dipilih sebagai salah satu tanda keprihatinan mendalam. Secara statistik sekitar tahun 1960-an jumlah umat kristen di Bethlehem 70%, namun secara drastis di awal tahun 2000-an tinggal 30%. Sangat mengejutkan.
Bantuan dalam bentuk material seberapapun tentu sangat berarti bagi umat setempat untuk mempertahankan hidup dan kesaksian imannya di Tanah Suci. Maka Sri Paus Benediktus XVI sendiri memulai Proyek Memorial Hall dan memasang namanya di tembok Bethlehem. Inti dari Proyek ini adalah bantuan solidaritas. Dan sebagai rasa terimakasih bagi setiap penyumbang dengan nilai tertentu, namanya akan tertulis pada plakat yang akan ditempel di tembok gereja di Bethlehem.
Bentuk kasih penyumbang juga dapat dalam bentuk-bentuk lain, sumbangan sukarela atau juga dalam Nativity Star Pendant dan Crucifix Pendant. Sebagai tanda terimakasih para Fransiskan di Tanah Suci wajib setiap hari berdoa untuk para donatur di seluruh dunia.
Semoga berkat dari Tanah Suci tetap terpancar ke seluruh dunia.
Kontributor: Sdr. Robert Wowor, OFM
Tinggalkan Komentar