Para Suster Klaris-Pacet Merayakan Pesta Emas dan Perak

Para Suster Klaris-Pacet Merayakan Pesta Emas dan Perak

Peristiwa dalam kata dan gambar

oleh Sr. Bernadette OSC

perak-emas-klaris-1Setelah enam hari para calon pestawati kami yakni Sr. Bernardine dan Sr. Elisabeth mengadakan retret pribadi, hari Sabtu tanggal 31 Januari 2015 mereka menutup retret. Namun mereka tetap tidak diperkenankan untuk memasuki daerah clausura, khususnya ruang yang dipersiapkan untuk memestakan mereka. (retret, mereka laksanakan di bagian rumah/ ruangan yang dipakai untuk para tamu) Inilah ruang yang telah dipersiapkan untuk memestakan para calon pestawati. Ruang makan para suster sehari-hari yang diubah menjadi ruang pesta.

perak-emas-klaris-2Pada pagi hari tanggal 2 Februari 2015, sesudah meditasi bersama di kapel, tepat pukul 06.30 Pestawati diarak dalam prosesi menuju ruang pesta. Perarakan diiringi musik dari pulau Dewata (tempat asal Sr.Bernardine). Sesampainya di ruang pesta kami bernyanyi bersama sebagai ucapan selamat pesta. Selama makan kami mendengarkan dari music box instrumentalia mandarin (Sr. Elisabet berasal dari suku Thio Chiu – mohon maaf bila salah dalam penulisan).

Hari ini adalah hari rekreasi. Karena itu sesudah Ibadat Siang I, kami snack bersama dan menyaksikan persembahan dari anggota Novisiat bagi para pestawati.

perak-emas-klaris-3

Perayaan Ekaristi Pesta Emas dan Perak diadakan pada sore hari pukul 16.30. Perayaan Ekaristi dipersembah­kan oleh P. Martin OFM dan P. Probo OFM, dihadiri oleh keluarga pestawati dan para kenalan suster-suster. Koor dibawakan oleh paduan suara dari anak-anak PA Santo Yusuf.

perak-emas-klaris-4

Saat kedua pestawati memperbaharui janji setia:

perak-emas-klaris-5

Sr. Bernardine pesta 50 tahun hidup membiara, dan Sr. Elisabeth pesta 25 tahun hidup membiara:

perak-emas-klaris-6

Rangkaian acara  tanggal 2 Februari 2015 ditutup dengan makan bersama para tamu undangan di ruang pesta yang biasanya dipakai untuk ruang makan para tamu. Sebelum makan malam ke dua pestawati di minta untuk potong kue dan tiup lilin.

perak-emas-klaris-7

Ucapan terima kasih dan berbagi pengalaman dari Sr. Bernardine

Pada perayaan Ekaristi syukur pesta Emas Sr. Bernardine dan pesta Perak Sr. Elisabeth 2 Februari 2015, pestawati diberi kesempatan untuk menyampaikan dua tiga patah kata sebelum berkat pengutusan.

Inilah yang di-sharing-kan oleh Sr. Bernardine OSC:

 

Pater Martin dan Pater Probo yang saya hormati dan kasihi,
Para sanak keluarga, para Bapak-Ibu, saudara dan saudari,
Para cucu-cucu putera puteri Panti Asuhan Santo Yusuf,
Para putera dan puteri Santo Fransiskus dan para saudariku puteri-puteri Santa Clara yang hadir dalam Perayaan Syukur ini.
Tidak ada kata yang lebih tepat untuk mengungkapkan perasaan kami saat ini, selain kata Terima Kasih.

Maka atas nama Sr. Elisabeth dan atas nama saya sendiri, kami menghaturkan berlimpah terima kasih, atas kehadiran dan kebersamaan kita dalam perayaan syukur ini, atas perhatian, dukungan dan doa-doa anda sekalian.

Saat ini merupakan saat kita untuk berbagi. Berbagi, karena Yesus telah mengundang kita dalam Perjamuan Ekaristi ini. Ia ingin membagikan hidup-Nya kepada kita. Saat ini kita juga berbagi kebahagiaan dan sukacita. Ini dimungkinkan karena kehadiran anda sekalian bersama kami. Sekali lagi kami haturkan terima kasih.

Itulah dua patah kata: TERIMA KASIH,
Inilah yang ingin saya sampaikan kepada anda sekalian.

Namun saya masih ingin berbagi tiga empat patah kata lagi dengan anda.
Tadi, pada awal Perayaan Ekaristi ini, Pater Probo mengatakan bahwa ketika Mudika Paroki live in di biara ini, mereka merasa takut …
Ada juga yang mengatakan kepada saya begini: “Enak ya suster, menjadi seorang suster. Hidupnya tenang, damai, tidak punya masalah, seperti kami-kami ini. Kami kadang-kadang sampai stress karena banyak masalah yang kami hadapi”.

Saudara-saudara, anda bisa menyaksikan, disini ada 18 suster Claris yang hadir. Mereka datang dari berbagai penjuru Nusantara. Sebelumnya kami tidak pernah saling berjumpa. Mereka datang dari Sabang sampai Merauke: dari Papua tapi asal Toraja, dari Pontianak, dari Medan, Lampung, Jakarta, Semarang, Solo, Muntilan, Yogya, Klaten, Flores dan Bali – saya sendiri. Jadi berbagai suku, bahasa, budaya dan karakter bertemu di sini. Dapat anda bayangkan, apakah itu mudah?

Tetapi karena kami mempunyai tujuan yang sama, maka ceritanya menjadi lain dari pada yang bisa kita bayangkan. Banyak orang ingin tahu, ada apa sebenarnya di belakang tembok ini.

Di sinilah dunia kami, medan perjuangan kami. Dengan istilah keren saya mau mengatakan, di sini adalah sebuah perguruan. Kami datang ke sini untuk berguru, untuk belajar kepada Sang Guru. Perguruan apa? Saya namakan ini perguruan Seni Bela Diri. Seni untuk menyelamatkan diri dan orang lain. Di sini kami belajar dan berlatih jurus-jurus seni bela diri. Bukan hanya satu dua tahun tetapi seumur hidup. Jurus-jurus itu bukan seperti jurus pencak silat.

Guru kami adalah Guru Super, Maha Guru, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus. Jurus-jurus yang diajarkan ialah: jurus cinta kasih, rendah hati, belas kasih, pengampunan, saling menerima dan penyangkalan diri dan seterusnya ….

Belajar dan latihan setiap hari dan itu sekaligus sebagai ujian. Hasil ujiannya baru diumumkan pada akhir perjalanan hidup kita di dunia ini.
Sekali lagi banyak terima kasih atas perhatian anda untuk mendengarkan sharing saya ini.

Tinggalkan Komentar