30 April
St. Benediktus Yusuf Cottolengo
(kadang-kadang terdaftar sebagai Yusuf Benediktus)
Benediktus dilahirkan dari kalangan kelas menengah, belajar di seminari di Turino, Italia, ditahbiskan menjadi imam pada 1811. Dia adalah doktor dalam Ilmu Ketuhanan dan masuk dalam Ordo Corpus Christi (Tubuh Kristus) dan menjadi Canon di Gereja Tritunggal di Turino.
Selama beberapa tahun Yosef memperlakukan imamatnya lebih sebagai sebuah karier daripada sebuah panggilan. Pada suatu malam dia dipanggil untuk mengunjungi seorang wanita miskin yang terbaring di tempat tidur karena menderita sakit parah dan sangat membutuhkan pengobatan. Namun dia telah ditolak di mana-mana karena tidak mempunyai uang. Yosef mendampinginya sepanjang penderitaannya itu: mendengarkan pengakuan, memberikan absolusi kepadanya, menerimakan Komuni dan pelayanan sakramen terakhir. Dia pun mempermandikan anak perempuannya yang baru dilahirkan dan menyaksikan kedua-duanya meninggal di tempat tidur. Trauma yang ditimbulkan pada malam hari itu mengubah pandangannya terhadap panggilannya.
Pada 1827 dia membuka sebuah tempat bernaung yang kecil bagi orang-orang sakit dan tuna wisma: disewanya sebuah kamar, mengisinya dengan beberapa tempat tidur dan mencari sukarelawan dan sukarelawati. Tempat itu berkembang, dan dia memperoleh bantuan dari para Bruder dan Suster Santo Vincentius. Selama penyakit kolera merebak pada 1831, polisi setempat menutup tempat itu, karena mereka menduga tempat itu menjadi tempat sumber penyakit tersebut.
Pada 1832 dia memindahkan kegiatannya ke Valdocco, dan menamakan rumah singgahnya dengan Pondok Kecil Penyelenggaraan Ilahi (Piccola Casa). Casa itu mulai mendapatkan dukungan, dan berkembang dengan rumah singgah, panti asuhan, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah dan berbagai program untuk menolong orang-orang miskin, sakit dan berkebutuhan dari berbagai macam jenis. Desa kecil orang miskin ini nyaris seluruhnya bergantung pada dana sumbangan; Yosef tidak mencatat apa yang terjadi, dan menolak tawaran bantuan dari negara. Yosef memimpin kegiatan itu sampai beberapa hari menjelang kematiannya. Casa itu pun tetap barlangsung sampai hari ini, dan setiap hari melayani 8.000 orang bahkan lebih. Dia telah mendirikan empat belas komunitas untuk melayani penduduk setempat; di antaranya Puteri-puteri Cintakasih, Puteri-puteri Gembala Baik, Puteri-puteri Rosario Suci dan Imam-imam Tritunggal Mahakudus.
Pada masa mudanya dia adalah anggota Ordo III Fransiskan, dan tetap terus bekerja demi kepentingan orang-orang miskin.
Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM.