12 Juli
B. Yohanes Wall dan Yohanes Jones
1620 – 1679
RIWAYAT HIDUPNYA
Yohanes Wall, yang dibeatifikasi dengan nama Pater Yoachim dari St. Anna, adalah anak ke empat dari Antonius Wall dari Chingle (Singleton) Hall, Lancashire. Dia lahir pada 1620; ketika masih sangat muda, dia dikirim ke Kolese Inggeris di Douai. Dari sana dia melanjutkan ke Roma, dan di sana dia ditahbiskan menjadi imam pada 1648. Beberapa tahun kemudian dia kembali ke Douai dan memperoleh jubah St. Fransiskus di biara St. Bonaventura. Dia mengucapkan profesi meriahnya pada 1 Januari 1652. Dia mendapatkan penghargaan dari para saudaranya sedemikian tinggi, sehingga dalam beberapa bulan saja dia dipilih menjadi wakil pimpinan biara itu, dan segera setelah itu dia menjadi magister para novis.
Pada 1656 dia bergabung dengan misi Inggeris dan selama 12 tahun dia bekerja di Worcestershire dengan nama Fransiskus Johnson atau Webb, dan memenangkan jiwa-jiwa lebih berkat contoh perilaku hidupnya ketimbang dengan kata-katanya. Di Harvington sampai hari ini masih disanjung-sanjung ingatan akan Beato Pater Johnson ini. Ceritera-ceritera perihal semangatnya yang heroik diceriterakan turun temurun oleh mereka yang dianugerahi mengetahui dan mencintai martir agung ini.
Beberapa tuduhan terhadap pater Wall ketika dia ditangkap adalah bahwa dia telah merayakan Misa, mendengarkan Pengakuan Dosa dan menerima para pentobat ke dalam Gereja. Dengan kebetulan dia ditemukan pada bulan Desember 1678, di rumah Mr. Finch dari Rushock, dan dia pun digelandang oleh opsir kepala polisi. Dia dijebloskan dalam penjara Worchester, dan dikurung disana sebagai tahanan selama lima bulan. Segala kesepian, penderitaan dan kejamnya kehidupan penjara ditanggungnya dengan penuh kesabaran, padahal semuanya itu nyaris hanya sedikit kurang mengerikan daripada kematian itu sendiri.
Pada 25 April 1679, Pater Yohanes dibawa ke pengadilan. Hukuman yang dijatuhkan sudah dapat ditebak sebelumnya. Dia dikirim kembali ke penjara sampai raja sendiri memberi tahu apa yang disukainya terhadap dia itu. Dia pun terkapar di penjara selama empat bulan lagi. Pada masa inilah dia bertekad untuk mempersembahkan hidupnya bila dia harus mencederai imannya, “Tetapi saya katakan kepada mereka,” kata sang martir ini, “bahwa saya tidak akan membeli hidupku hanya dengan seharga mencederai suara hatiku sendiri.”
Salah seorang saudara seordo dari Pater Wall, Pater William Levison, mendapatkan kesempatan berharga melihat martir itu selama empat lima jam pada hari sebelum eksekusinya. Pater William berceritera kepada kita: “Saya mendengarkan pengakuannya dan bercakap-cakap dengan dia dan hal itu membuatnya sangat bergembira dan puas. Selama di penjara itu dia membawa diri benar-benar sebagai hamba Tuannya yang tersalib. Tidak ada yang lebih dirindukan daripada menumpahkan darah demi cintanya pada Tuhannya, yang dilaksanakannya dengan keberanian dan kegembiraan dengan menjadi serdadu Kristus yang tangguh dan pembrani. Hal itu menjadi contoh pendidikan yang besar bagi semua orang Katolik dan kekaguman pada pihak orang-orang Protestan.
Kemartiran Pater Wall terjadi di Red Hill, di atas kota Worcester, pada 22 Agustus 1679. Kepalanya disimpan di biara di Douai sampai pecah Revolusi Perancis dan komunitas itu melarikan diri ke Inggeris. Apa yang terjadi pada kepala itu kemudian tidaklah diketahui. Orang-orang Katolik di Worcester bisa terhibur, karena – sebagai suatu bukti akan kekudusannya – mereka mendapatkan bahwa di atas makamnya selalu ditumbuhi rumput hijau, padahal tempat lain dipemakaman itu gersang. Sebuah salib besar didirikan dalam pemakaman Katolik yang kecil itu di Harvington, sebagai peringatan akan putera kudus dari St. Fransiskus, Pater Yoachim dari St. Anna.
Pater Yoachim dari St. Anna dibeatifikasi dengan nama Beato Yohanes Wall, pada 15 Desember 1929, bersama dengan sesama Fransiskan, Pater Godfrey Maurice Jones, dan 134 kawannya yang lain.
PERIHAL NILAI JIWA
1. Jiwa manusia dimeteraikan dengan meterai kemuliaan. Tuhan menciptakan alam semesta dengan satu kata. “Terjadilah,” kata-Nya, dan sungguh terjadi. Tetapi untuk menciptakan manusia, Tritunggal Mahakudus, dengan sesungguhnya, mengadakan perundingan: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kej 1:26). Dan Tuhan pun menjadikan manusia seperti gambar dan rupa-Nya. “Ingatlah, hai manusia,” St. Bernardus berseru, “martabatmu!” Jiwamu adalah gambar Tuhan. Karena itu Roh Kudus mengingatkan kita: “Jagailah jiwamu dan berikanlah hormat padanya sesuati dengan martabatnya” (Pkh 10:31). Jangan sampai gelembung-gelembung barang duniawi meredupkan gambaran Tuhan yang berada dalam dirimu, jangan pula roh jahat mengotorinya. – Apakah engkau telah memelihara gambaran itu dalam dirimu?
2. Jiwa itu telah dibeli dengan harga yang mahal. Yesus Kristus datang, turun dari surga, hidup di dunia ini selama 30 tahun sebagai seorang miskin, menderita nyeri yang tak terperikan, dan akhirnya mencurahkan darah-Nya yang berharga itu pada salib untuk menebus jiwa-jiwa manusia. Gereja mengingatkan kita mengenai hal ini, ketika Gereja mengajar kita untuk berdoa dalam Litani Nama Yesus yang Kudus: “Berkat segala karya-Mu, berkat jerih payah-Mu, berkat sengsara dan penderitaan-Mu, berkat Salib dan keterasingan-Mu, bebaskan kami, ya Yesus!” Tetapi, bila Yesus berbuat sedemikian banyak demi menyelamatkan jiwa manusia, pengurbanan apa yang terlalu besar dalam usaha kita untuk menyelamatkan jiwa kita? Bukankah seharusnya kita, seturut nasehat sang Rasul (Ibr 12:4), berjuang melawan dosa, bahkan sampai menumpahkan darah?
3. Nilai jiwa mengatasi nilai semua barang-barang ciptaan. Kristus berkata: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Mat 16:26). Jiwa melampaui bobotnya semua benda di bumi ini, semua harta, hormat, dan kakayaan. Beato Yohanes berjuang demi menghargai secara benar barang-barang duniawi, yang tak berharga dibandingkan dengan jiwa kita yang kekal. – Apakah engkau selalu mengungkapkan apresiasi yang benar ini dan memberikan bukti dalam perbuatan-perbuatan?
DOA GEREJA
Ya Allah, yang sesungguhnya telah menciptakan umat manusia dengan menakjubkan, dan masih lebih menakjubkan lagi telah menebus mereka, anugerahkanlah kami rahmat-Mu, sehingga dengan pengetahuan yang Engkau anugerahkan kepada kami, kami boleh melawan keinginan-keinginan dosa dan layak untuk menerima kemuliaan kekal. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, ofm., © 1959 Franciscan Herald Press. Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM.