23 Juli
St. Brigita dari Swedia
1302-1373
RIWAYAT HIDUPNYA
Brigita dilahirkan sekitar tahun 1302 di Swedia dan termasuk keluarga ternama dan saleh. Tidak lama setelah kelahirannya, Brigita kehilangan ibunya yang kudus. Kemudian ayahnya memutuskan untuk membesarkan dan mendidik anaknya itu dengan bantuan seorang bibinya. Sebagai seorang anak perempuan yang masih muda, dia sudah menunjukkan suatu kecenderungan yang teguh bagi hal-hal rohani. Pada umur 10 tahun Tuhan telah mengaruniakan kepadanya penampakan dari Yang Tersalib. Pikiran perihal siksaan yang tak terperikan yang harus diderita oleh Tuhan di Kalvari, mempengaruhi anak ini sedemikian dalam sampai-sampai dia mencucurkan banyak sekali air mata dan mulai saat itu Sengsara Kudus itu menjadi bahan permenungannya.
Dia ingin mempersembahkan keperawanannya kepada Tuhan, tetapi karena ingin patuh pada keinginan sang ayah, dia menikah dengan Pangeran Ulf, seorang pemuda yang kokoh dalam keutamaan dan sangat layak bagi Brigita dalam segala hal. Keduanya menggabungkan diri dalam Ordo Ketiga supaya dapat memperkuat diri dalam karya-karya kesalehan dan laku ulah tapa. Tuhan mengaruniakan delapan orang anak kepada mereka dan Brigita menganggap sebagai tugas yang suci untuk mendidik mereka ini dalam takut akan Allah. Dari antara karya kasihnya, sangat menonjollah pelayanannya bagi orang-orang miskin dan sakit; dia menjaga mereka dengan penuh perhatian, bahkan kadang-kadang membasuk kaki dan mencium mereka.
Dalam perjalanan pulang dari Compostela, di mana mereka mengunjungi makam Rasul St. Yakobus, Ulf jatuh sakit keras di Arras. St. Denis lalu menampakkan diri kepada Brigita pada malam itu dan meyakinkan dia bahwa suaminya akan sembuh. Dia juga meramalkan baginya kejadian-kejadian yang akan terjadi dalam hidup mereka. Tidak lama kemudian Ulf masuk biara Cistersian di Alvastra dan di sana dia meninggal pada 1344 dalam aroma kesucian nan semerbak.
Brigita lalu membagi-bagikan harta kekayaannya di antara anak-anaknya dan orang miskin, lalu mengenakan pakaian kasar dengan tali sebagai ikat pinggangnya. Dan seterusnya dia menjalani suatu kehidupan yang sangat keras. Dia mendirikan sebuah biara bagi suster-suster di Vadstena dan memberi mereka Anggaran Dasar St. Agustinus. Demikianlah dia mendirikan Ordo Sang Penebus. Selanjutnya selama dua tahun lagi dia membagikan hidupnya sebagian di Vadstena dan sebagian lagi di Alvastra, tempat suaminya meninggal dunia. Kemudian, atas perintah Tuhan, dia pergi ke Roma dan di sana dia menjalani keutamaan-keutamaan yang tinggi mutunya. Dia berusaha keras demi kembalinya takhta kepausan (dari Avignon di Perancis) ke Roma dan ditugasi oleh Tuhan memberikan berbagai pesan bagi Paus Innocentius VI, Urbanus V dan Gregorius XI.
Pada 1371 dia berziarah ke Tanah Suci seturut perintah dari Tuhan sendiri. Di sana dia memperoleh rahmat-rahmat yang luar biasa dan dianugerahkan kepadanya suatu pengetahuan perihal misteri-misteri-Nya yang kudus. Sekembalinya di Italia, dia tertimpa sakit keras, yang dia derita selama satu tahun penuh. Dia pun diberitahu lebih dahulu hari kematiannya dan beralih ke kebahagiaan kekal pada 23 Juli 1373, pada usia 71 tahun. Dia dimakamkan di biara Para Klaris yang Miskin di St. Laurensius di Panisperna. Pada tahun berikutnya jenazahnya dipindahkan ke biara Vadstena di Swedia. Berkat pengantaraannya terjadilah banyak mukjizat dan Sri Paus Bonivasius IX memberikan kanonisasi kepadanya.
PERIHAL KERAP KALI MENGINGAT PENDERITAAN KRISTUS
1. Cinta dan rasa haru mendorong St. Brigita merenungkan terus menerus sengsara Kristus. Perasaan yang sama hendaknya mendorong kita berbuat demikian juga. Bila engkau berada dalam keadaan terjepit karena suatu hutang yang besar, dan tiba-tiba dibantu oleh seorang kaya yang baik hati, yang tidak hanya mendampingi kamu tetapi juga membayar seluruh hutangmu itu, maka engkau tak kan pernah meluapakan orang itu. Nah, jiwamu dihukum dengan hukuman kekal karena hutang-hutang yang telah engkau buat karena dosa-dosamu. Lalu Putera Allah tidak hanya mendampingi kamu di hadapan Bapa di surga, melainkan dengan penderitaan-Nya yang pahit dan kematian-Nya pada Salib, Dia telah melunasi semua hutang-hutangmu itu. Tirulah St. Brigita dan semakin ingatlah selalu rahmat ini. “Jangan melupakan segala jasa si penanggung, sebab demi engkau ia telah menyerahkan nyawanya.” (Sir 29:15)
2. Renungkanlah betapa berfaedahnya merenungkan sengsara Kristus. Tidak ada penghiburan yang lebih baik di tengah-tengah penderitaan-penderitaan hidup ini. Apakah engkau sedang ditertawakan dan dianiaya, telah terbaring lunglai karena menderita penyakit, apakah jiwamu khawatir dan sedih, maka arahkanlah pandanganmu pada Penyelamatmu yang sedang menderita. Tataplah Dia dari saat Dia menderita sakratul maut di taman Zaitun sampai Dia menghembuskan nafas-Nya yang terakhir di salib. Apa pun yang sedang engkau derita, Dia telah jauh lebih menderita dan – yang paling memberikan penghiburan – penderitaan-Nya itu telah menghasilkan bagimu kekuatan yang engkau perlukan untuk memikul penderitaanmu dengan sabar dan lebih bermanfaat. Kematian-Nya telah membuahkan penebusan kita, sehingga pada saat kita membutuhkan, – bila jiwa kita tertekan karena karena terbebani oleh dosa yang kita lakukan, – kita boleh dengan penuh kepastian menatap ke atas kepada Penebus kita yang menderita. “Jika seorang berdosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, Yesus Kristus yang adil dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita” (1Yoh 2:1-2). – Apakah engkau telah selalu mencari perlindungan pada Penebusmu yang menderita itu?
3. Renungkanlah cara bagaimana kita hendaknya mengingat kembali penderitaan-penderitaan Penyelamat kita. Kerendahan hati St. Brigita, kemiskinan dan hidupnya yang keras telah mempersiapkan dirinya bagi rahmat yang telah ditanamkan oleh Tuhan Yesus – demikianlah dapat kita katakan – dalam pusat hati St. Brigita. Keangkuhan, mereka yang menganggap diri lebih baik dari orang lain, mereka yang merendahkan orang lain, merupakan bagian dari kelompok orang-orang yang berdiri di Kalvari. Mungkin mereka menangkap arti Salib dan kesengsaraan Kristus, tetapi ingatan akan hal itu tidak membantu mereka, juga tidak menghasilkan buah penebusan bagi mereka. Tirulah keutamaan-keutamaan St. Brigita, dan penderitaan Kristus akan juga membawa penghiburan bagi jiwamu dan engkau akan mencicipi kebahagiaan hidup kekal.
DOA GEREJA
Ya Tuhan, Allah kami, yang melalui Putera Tunggal-Mu telah mengungkapkan rahasia-rahasia surgawi kepada B. Brigita, anugerahkanlah bahwa, melalui pengantaraannya yang penuh kasih, kami, hamba-hamba-Mu, boleh bergembira dan berbahagia dalam perwahyuan kemuliaan-Mu yang kekal. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, ofm., © 1959 Franciscan Herald Press. Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM.