9 Maret
St. Fransis dari Roma
1384-1440
RIWAYAT HIDUPNYA
Dilahirkan pada 1384, Fransis termasuk dalam golongan keluarga bangsawan Roma, ketika berumur 12 tahun dia dinikahkan dengan seorang bangsawan Roma, bernama Lorenzo Ponziani. Sebenarnya dia lebih suka menjadi seorang suster, tetapi dia menaati ayahnya dan menjadi seorang isteri teladan dan ibu dari tiga orang anak. Segera setelah hari perkawinannya dia jatuh sakit keras. Suaminya memanggil seseorang yang berkecimpung dalam perdukunan, tetapi Fransis mengusir dia keluar rumah sampai waktu yang tidak ditentukan. St. Alexis kemudian menampakkan diri padanya dan dia pun sembuh. Sejak waktu itu dia mulai menyadari bahwa malaikat pelindungnya itu hadir dan menolongnya. Malaikat itu akan memberikan sentuhan lembut, bila dia merasa mau berbuat kesalahan apa saja.
Istana Ponziani terletak di wilayah Trastevere kota Roma, dan hanya memutar sudut saja terletak gereja San Francesco a Ripa. Gereja ini diberikan kepada St. Fransiskus pada 1212 oleh Putri kota Roma Giacoma di Settesoli (saudara Yacoba), yang pada 1226 hadir pada saat kematian Si Miskin (Poverello). Menjelang 1414 sekurang-kurangnya, biara Fransiskan yang berdampingan dengan gereja itu, adalah salah satu milik gerakan reformasi Observan dalam Ordo Pertama St. Fransiskus, yang mulai pada 1368 oleh Sdr. Paulus atau Paoluccio dari Trinci dan pada abad berikutnya dipropagandakan oleh orang-orang kudus seperti St. Bernardinus dan St. Yohanes Capistrano. Di San Francesco a Ripa inilah Franceska Ponziani diterima masuk ke dalam Ordo III St. Fransiskus; dan salah seorang imam di sana, Pater Bartholomeus Bondi, menjadi pembimbing rohaninya.
Yang hidup bersama Fransis di istana Ponziani adalah Vanozza, isteri kakaknya. Dia juga dahulu berkeinginan masuk biara sebelum pernikahannya. Dan dia pun bergabung dengan Fransis dalam karya-karya kesalehan dan cintakasih. Berjam-jam dilewatkannya berdua dalam doa di loteng yang tidak digunakan, atau pondok musim panas tua di dalam taman. Pada umur 17 tahun, Fransis melahirkan puteranya yang pertama, Yohanes Pembaptis. Tidak lama kemudian ibu mertuanya meninggal dunia. Fransis lalu diberi tanggung jawab dalam rumah tangga itu dan dia melaksanakan tugas-kewajibannya tidak hanya secara efisien, tapi juga secara sungguh-sungguh Kristen sejati. Selama masa kelaparan dia membagi-bagikan jagung dan anggur kepada orang miskin sedemikian berlimpah-limpah, sehingga suaminya mulai berkeberatan. Tetapi ketika mendapati lumbung yang tadinya kosong, ternyata menjadi terisi kembali dengan empat puluh tumpukan gandum dan sebuah sebuah tempayan kosong menjadi terisi dengan anggur, maka isterinya pun diberinya kebebasan sepenuhnya.
Pada tahun 1410 Roma diserang; dan selama perang saudara yang mengikutinya, malapetaka demi malapetaka menimpa keluarga Ponziani. Lorenzo, yang berperang bersama tentara Paus, terluka; dan setelah Fransis merawatnya hingga sembuh, dia kembali ke medan perang. Yohanes Baptis, putera sulung, ditangkap sebagai sandera, dan tidak kembali hingga perdamaian dipulihkan. Seusai perang, wabah pun merebak, dan anak laki-laki ke dua dan seorang puteri Fransis meninggal dunia karena penyakit itu. Petani-petani dari ladang Ponziani yang terbengkelai mendatangi Fransis, minta makanan. Secara heroik Fransis mencurahkan segenap dirinya untuk memelihara orang-orang sakit, penderita kelaparan, dan mereka yang di ambang maut. Dia pun mengumpulkan sekelompok wanita-wanita kota Roma untuk membantunya dalam karya ini. Sekali waktu dia juga terkena wabah ini, tetapi setelah tiba-tiba sembuh, dia pun segera mengerjakan kembali karya cinta kasihnya itu.
Setelah kematiannya, anak laki-laki ke dua dari Fransis menampakkan diri kepadanya dan membawa baginya seorang malaikat agung untuk menggantikan malaikat pelindungnya. Cahaya malaikat agung itu dapat dia lihat, sehingga dia dapat membaca dengan terang cahaya itu. Bila dia melakukan kekeliruan yang kecil, malaikat agung itu akan menyembunyikan diri, dan sinarnya tidak akan terlihat lagi, sampai Fransis melakukan laku penyesalan.
Tidak lama setelah kembali, Yohanes Baptis menikahi seorang wanita muda yang tingkah lakunya tidak karuan dan sangat tidak menyukai Fransis. Tetapi ketika sedang marah besar, dia tertimpa suatu penyakit yang aneh. Setelah tangan Fransis menenangkan dan menyembuhkannya, dia pun menjadi seorang pribadi yang berubah. Fransis menyerahkan pemeliharaan rumah tangga ke dalam tangannya, dan sejak itu ia mempersembahkan dirinya sepenuhnya bagi karya-karya cinta kasih dalam kota itu. Pada 1425, dia bersama setengah lusin wanita-wanita Roma, sahabat-sahabatnya, menerima pakaian oblat St. Benediktus. Rupanya hal ini tidak membatalkan keanggotaannya dalam Ordo III; karena, pada waktu itu dia dan Vanozza pergi berziarah ke Asisi, berjalan kaki sejauh seratus mil dari Roma ke kota St. Fransiskus. Dekat Asisi, St. Fransiskus sendiri menampakkan diri kepada mereka berdua, dan memberi kedua peziarah yang lapar dan haus itu buah pir yang segar dan mengandung banyak air, dengan memukulkan tongkatnya pada sebuah pohon pir liar.
Pada 1433, setelah Lorenzo meninggal dunia, Fransis dan teman-temannya mendirikan sebuah komunitas religius Oblat. Di sana mereka bekerja dan berdoa bagi Bapa Suci dan perdamaian kota Roma, karena kota itu sekali lagi dalam keadaan huru-hara. Sekembali ke biara ini, sesudah mengunjungi pueranya yang sakit, Fransis tiba-tiba jatuh sakit dan dia pun dibawa kembali ke istana Ponziani. Di sana, setelah tujuh hari, dia meninggal dunia pada 9 Maret 1440. Paus Paulus V memberikan kanonisasi pada 1608. Makamnya terletak di bawah altar utama dalam gua gereja di Roma, yang sekarang bernama Santa Francesca Romana, sebagai tanda hormat padanya. Dia dihormati sebagai pelindung utama bagi semua oblat Benediktin, namun dia juga salah seorang santa terbesar yang mengenakan jubah Ordo III St. Fransiskus.
PERIHAL MENGHARGAI HARTA ABADI
1. Renungkanlah betapa tepatnya tindakan St. Fransis, ketika dia mempergunakan kekayaannya, tidak untuk memberikan suatu hidup bermewah-mewah bagi dirinya sendiri, melainkan dengan berbuat baik bagi sesama dan dengan jalan itu mengumpulkan harta kekayaan surgawi. Bahkan dalam hidup ini dia sudah menikmati banyak kenikmatan yang lebih mulia, dan sekarang harta surgawi yang dia peroleh terdiri dari kebahagiaan dalam hidup kekal. Tuhan kita mengajak kita juga untuk mengarahkan perhatian kita terlebih pada harta milik yang tak kan musnah ini, daripada pada yang mudah lenyap. “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya” (Mat 6:19-20). – Harta kekayaan macam mana yang engkau hendak engkau kumpulkan?
2. Renungkanlah bahwa kepemilikan barang-barang fana tidak dapat membahagiakan kita. Tentu saja, orang yang tidak memilikinya mengira si pemilik itu sangat beruntung. “Mereka telah menyebut orang-orang yang memiliki barang-barang itu, bahagia” (Mzm 143:15). Tetapi mereka yang memilikinya dan menikmatinya, gampang jatuh sakit. Sulaiman berkelimpahan dalam barang-barang duniawi, hidup dalam kemewahan, namun dia berkata: “Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.” (Pkh 2:17). Itu sangat berbeda dengan kekayaan surgawi. Sekali kita memilikinya, hati kita pun menjadi tenteram karenanya. “Saya akan terpuaskan bila kemuliaan-Mu akan nampak” (Mzm 16:15). Bahkan pengharapan akan hal itu memberi hamba Tuhan yang sejati kelezatan cicipan sedemikian, sehingga di tengah-tengah kebutuhan-kebutuhan duniawi, dia sangat bahagia dan terpuaskan. Karena itu Tobias dapat berkata kepada keluarganya: “Kita memang menjalani hidup miskin, tetapi kita akan memilik banyak hal-hal yang baik, bila kita takut akan Allah dan menjauhkan diri dari semua dosa, dan melakukan hal-hal yang baik” (Tob 4:23). – Tidakkah engkau sebaiknya berkeinginan memperoleh kebahagiaan semacam itu?
3. Renungkanlah bahwa kebanyakan orang tidak memberikan nilai yang patut pada harta milik surgawi. Siang malam mereka sibuk merencanakan bagaimana memperoleh harta milik duniawi, dan mungkin berminggu-minggu lewat tanpa ada pemikiran apa pun perihal harta benda surgawi. Mereka bergegas-gegas menerima harta milik fana dan mencurahkkan seluruh tenaganya untuk memperolehnya, tetapi selanjutnya mereka tidak memberikan upaya sedikit pun untuk memperoleh harta surgawi. Bahkan mereka mau meningabaikan hak-hak mereka ke surga demi sejumput kesenangan yang fana itu. Tidakkah harus ditakuti bahwa kata-kata Tuhan kita kepada mereka yang jahat, dikenakan kepada mereka sendiri: “Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.” (Ibr 3:11). – Tetapi masih ada waktu. Mohonkanlah belas kasih Tuhan.
DOA GEREJA
Ya Allah, yang telah memuliakan hamba-Mu Fransis dengan anugerah-anugerah, di antaranya pendampingan yang bersahabat seorang malaikat; kami mohon, perkenankanlah bahwa dengan bantuan pengantaraannya, kami pun diperkenankan memperoleh pendampingan para malaikat. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, ofm., © 1959 Franciscan Herald Press. Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi,OFM.