9 Mei
St. Katarina dari Bologna
1413-1463
RIWAYAT HIDUPNYA
Kelahiran Katarina sudah diberitahukan terlebih dahulu kepada ayahnya yang saleh oleh Santa Perawan Maria, dengan berita bahwa anak itu akan menjadi sinar yang cemerlang menyinari seluruh dunia. Pada pesta Maria Diberi Kabar oleh Malaikat Tuhan tahun 1413, Katarina dilahirkan di Bologna. Ayahnya, Yohanes dari Vigri, masih sekeluarga dengan pangeran dari Este, yang tinggal di Ferrara. Adalah kehendaknya, bahwa Katarina yang mungil itu, yang mempesona setiap orang dengan kecantikan dan kemanisannya, dibawa ke istananya untuk dididik di sana bersama dengan puterinya sendiri. Di sinilah Katarina belajar bahasa-bahasa asing, khususnya Latin, melukis dan segala sesuatu yang termasuk budaya seorang wanita muda dari tingkat tinggi. Dalam dirinya orang kagum akan kebijaksanaan dan wawasannya yang tinggi, yang dipergunakannya dalam membaca karya-karya mendalam dari Bapa-bapa Gereja. Hal itu disertai dengan kesederhanaannya dan kemurnian jiwanya yang sedemikian tinggi sehingga dia lebih dipandang sebagai malaikat daripada manusia.
Istana dengan segala kemewahannya tidak mampu membuat Katarina terpesona. Pelamar-pelamar dari kalangan yang sangat terhormat terpaksa harus mengundurkan diri tanpa harapan sedikit pun akan diterima dalam perkawinan olehnya; kerinduannya hanya dapat terpenuhi dalam mengikatkan diri selamanya pada Yesus Kristus, pengantin hatinya. Ketika dia berumur 17 tahun, dia memperoleh persetujuan dari ibunya – ayahnya sudah meninggal dunia – untuk bergabung dengan kelompok wanita-wanita muda yang saleh di Ferrara, yang menjalani suatu kehidupan religius, tetapi belum mengambil suatu anggaran dasar yang definitif. Di antara mereka, Katarina tampil bagaikan sebuah cermin segala keutamaan, tetapi sementara itu juga dia berada dalam godaan dan cobaan yang sangat bengis dari roh jahat.
Empat tahun kemudian, seorang puteri kerajaan mendirikan sebuah biara bagi komunitas yang berdasarkan anggaran dasar St. Klara ini. Dan beberapa suster yang bersemangat dari Mantua memperkenalkan wanita-wanita muda itu pada peraturan hidup dari Suster-suster Klaris yang miskin. Katarina diberi tanggung-jawab di pembakaran roti; dengan gembira dia melaksanakan pelayanan yang menguras tenaga itu, bahkan ketika panasnya oven membuat matanya sakit, dia tetap menekuni pekerjaan itu selama muder Abdis memintanya.
Pada suatu hari, baru saja dia memasukkan bahan roti ke dalam oven, lonceng berdentang memanggilnya untuk ikut serta dalam ibadat bersama; maka dia pun membuat tanda salib pada roti-roti itu sambil berkata: “Saya mempercayakan kamu kepada Tuhan.” Dia tidak akan kembali sampai lima jam kemudian dan tentulah dia yakin bahwa ketika dia kembali roti-roti itu akan sudah hangus terbakar. Akan tetapi, ketika dia mengeluarkan roti-roti itu dari oven, semuanya dalam keadaan lebih bagus daripada biasanya.
Tidak lama kemudian, dia mendapat kepercayaan menjadi magistra para novis. Dengan sungguh-sungguh dia mencoba menolak, dengan menerangkan bahwa dirinya sama sekali tidak mampu dalam tugas ini; tetapi dia dipaksa oleh ketaatan untuk menerimanya. Keragu-raguannya akan kemampuan dirinya menarik berkat Tuhan dalam usaha-usahanya untuk memberi pengajaran yang baik kepada novis itu. Apalagi, dia sungguh berusaha menerakan pada hati yang masih muda-muda itu, bahwa mereka hendaknya tidak akan merindukan apa-apa selain kemuliaan Tuhan dan pemenuhan kehendak-Nya. Karena itu dia menganjurkan bahwa mereka harus selalu memperhatikan anggaran dasar yang suci itu dan memandang para atasannya sebagai tokoh panutan. Pengalamannya sendiri mengajarkannya bagaimana melindungi mereka dari jerat setan. “Kadang-kadang,” katanya, “setan itu berbisik dalam hati dengan semangat yang terarah pada keutamaan atau praktek kesalehan tertentu, sehingga mereka sangat terdorong untuk melakukan hal itu dengan penuh semangat. Atau juga, setan itu membuat mereka tidak bersemangat, takut-takut, sehingga mereka melalaikan apa saja, karena merasa capek dan jijik. Sungguh perlulah untuk mengatasi kedua jerat itu.” Dia juga mengajar mereka mempergunakan sarana keemasan yang mengantar mereka ke keutamaan yang solid dan kokoh.
Lama sekali dia mengalami kesulitan dalam menghadapi godaan ngantuk dan tertidur selama latihan-latihan rohani. Sekali, ketika dia dengan gagah berani melawan godaan kantuk itu sewaktu menghadiri Misa Kudus, Tuhan yang Mahakuasa mengijinkannya mendengar paduan suara para Malaikat yang sedang menyanyi, setelah Imam mengangkat Hosti Kudus. Sejak itu godaan itu pun dapat diatasi, dan bahkan dia dapat mempersembahkan berjam-jam untuk doa, bahkan pada waktu malam.
Katarina tinggal di biara Ferrara selama 24 tahun dan dia telah mengajar banyak suster dalam jalan kesucian. Sesudah itu dia, atas permintaan kota Bologna, dikirim bersama dengan 15 orang suster lainnya untuk mendirikan sebuah biara serupa di kota kelahirannya. Dia ditunjuk sebagai Abdis, dan melayani komunitasnya dengan kebijaksanaan dan kasih keibuan. Dia sangat memperhatikan suster-susternya yang sakit. Dalam memberikan hiburan rohani bagi mereka, dia berkata: “Suster-susterku yang terkasih, engkau sekarang menjadi pengantin sejati dari Penyelamat Ilahi, yang telah memilih sakit dan derita sebagai bagian hidup-Nya.”
Kendati dia telah sakit-sakitan semenjak berumur 22 tahun, dia tidak pernah mengeluh. Sesekali, ketika dia merasa bahwa tubuhnya yang menderita punya alasan sah untuk mengeluh, dia biasa berkata kepada dirinya sendiri: “O seberkas kerusakan, yang segera akan berubah menjadi debu, mengapa engkau harus mengeluh? Ternyata, rupanya engkau belum belajar menjadi seorang hamba Kristus yang sejati.”
Dengan sangat jeli dan cerdik dia tahu memelihara kedamaian dalam diri sendiri dan di antara para anggota komunitasnya. Karena itu dia juga dikasihi oleh mereka semua. Ketika dia meninggal dunia pada 9 Maret 1463, suara sedu sedan terdengar di setiap sudut biara itu. Namun, bahkan sesudah kematiannya, suster-susternya dibuat penuh kegembiraan berkat pengantaraannya. Jenazahnya, yang telah menjadi bait sebuah jiwa yang begitu murni dan bersih tanpa noda, memancarkan keharuman semerbak. Jenazahnya tetap tinggal utuh, tidak membusuk dan tetap bersifat lentur, bagaikan sebuah tubuh yang hidup. Hal sedemikian ini sekarang masih dapat dilihat di Bologna, mengenakan pakaian yang mahal, yang dipersembahkan oleh Santo Karolus Boromeus dan duduk di atas takhta, dipayungi lengkungan kristal. Mukjizat-mukjizat tak terbilang banyaknya telah dianugerahkan kepada umat beriman yang memberikan penghormatan kepadanya. Paus Clemens XI telah memberikan kanonisasi kepadanya.
PERIHAL KEUTAMAAN KEMURNIAN
1. Pada takhta, tempat sebagai penghormatan bertakhtanya jenazah St. Katarina dari Bologna, terbaca kata-kata yang diucapkan Roh Kudus sebagai pujian kepada kemurnian: “O, betapa indahnya angkatan yang murni, berhiaskan kemuliaan; karena kenangan akan hal itu tak kenal maut. Kemurnian berjaya, dimahkotai untuk selamanya, memenangkan ganjaran atas pertentangan-pertentangan yang bersih” (Keb 4:12). Kemurnian yang bersih tanpa cacat memerlukan suatu perjuangan pada setiap tahap kehidupan, pada setiap masa kehidupan insani; tetapi ganjaran semacam itu sungguh layak diperjuangkan. – Apakah engkau telah dengan setia berjuang demi ganjaran itu?
2. Di lain pihak, renungkanlah betapa ketidak-murnian itu menjijikkan. Sementara kemurnian membuat orang menjadi serupa dengan malaikat dan kadang-kadang menghindarkan mereka dari kehancuran sesudah mati, ketidak-murnian merendahkan mereka pada tingkat setaraf binatang dan kadang-kadang menghasilkan kehancuran, bahkan sebelum jiwa meninggalkan tubuh. Dalam pandangan Tuhan, dalam pandangan sesama manusia dan dalam pandangannya sendiri, orang yang tidak murni itu menjadi sesuatu yang sangat dibenci. Di dunia ini, ketidak-murnian menjauhkan orang dari segala ketenangan hati dan segala jenis kegembiraan; dan bila dia tidak dengan tulus bertobat, dalam hidup kekal dia akan mendapat “bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang” (Why 21:8). – Siapa gerangan yang tak kan ketakutan, pada permulaan yang menghantar ke akhir yang mengerikan itu?
3. Renungkanlah bahaya-bahaya yang menyebabkan rusaknya kemurnian. Kelembutan dan sensualitas yang memanjakan tubuh kita, merupakan bahaya-bahaya yang paling pokok. Dalam selera sensualitas, kita membawa ular yang tertidur dalam dada kita. Bila kita memberinya makan dengan sensualitas, maka tidak akan lama lagi kita akan merasakan pagutannya yang berbisa. Membaca buku-buku yang berbahaya, memandang gambar-gambar yang memalukan, menghadiri permainan-permainan dan tari menari yang sembrono tidak karuan, dan menggabungkan diri dengan teman-teman yang liar, mendorong kecenderungan yang jahat itu semakin menjadi lebih besar. Tidak ada racun yang sedemikian melepuhkan daripada racun ketidak-murnian. Di antara bahaya-bahaya yang sedemikian banyak itu, orang-orang Kristen sungguh dapat berkata bersama dengan sang Rasul: “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Rom 7:24). – Tetapi kita, juga, dapat memperoleh kemenangan berkat bantuan Tuhan dan melalui pengantaraan S. P. Maria, sebagaimana telah diperbuat oleh semua jiwa yang murni, yang sekarang berjaya di surga.
DOA GEREJA
Perkenankanlah, ya Tuhan, bahwa kami, hamba-hamba-Mu, boleh menerima pertolongan berkat pengantaraan perawan suci-Mu Katarina, sehingga kami, karena keutamaan-keutamaannya yang harum semerbak, dapat dengan penuh kegembiraan ditarik ke arah tempat kudus-Mu. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, OFM, © 1959 Franciscan Herald Press. Penerjemah: Alfons S. Suhardi, OFM.