17 November
B. Salomea dari Polandia
1201-1268
RIWAYAT HIDUPNYA
Salomea adalah seorang puteri dari keluarga kerajaan Pangeran Lescon V, dan salah seorang saudari dari Boleslas Si Murni, mempelai perawan dari B. Kinga (23 Juli). Dia dilahirkan di Crakow, ibu kota Polandia, pada tahun 1201. Pada umur tiga tahun, sesuai dengan adat istiadat waktu itu, dia dipertunangkan dengan Pangeran Colman dari Hungaria, salah seorang Saudara dari St. Elizabet dari Thuringia (17 November), dan dikirim ke istana Raja Andreas II dengan maksud supaya dididik menurut idat kebiasaan negara itu.
Gadis kecil itu ternyata menjadi seorang anak yang penuh rahmat dan seorang teladan bagi semua orang yang bergaul dengannya. Ketika hari pernikahannya tiba, kedua pasangan mempelai itu berkeputusan untuk memelihara keperawanan mereka berdua. Mereka mempertahankan janji mereka itu tak tercela sampai pada akhir hidup mereka.
Pasangan yang saleh itu pun saling bersaing dalam praktek-praktek kesalehan dan matiraga. Dengan seizin suaminya, Salome menerima jubah Ordo Ketiga St. Fransiskus dari tangan bapa pengakuannya, seorang Saudara Dina Fransiskan. Mengikuti teladannya itu, banyak puteri-puteri dalam istana tersebut meninggalkan kemewahan dan kesia-siaan duniawi dan istana itu pun berpenampilan layaknya sebuah biara. Bahkan ketika suaminya itu menjadi raja Galicia, dan Salomea, sebagai tambahan pada mahkota yang dia miliki karena kelahirannya, menerima mahkota kerajaan yang lain, dia tetap sebagai puteri St. Fransiskus yang sederhana di dalam Ordo Pertobatan itu.
Raja Coleman gugur dalam peperangan melawan orang-orang Tatar pada 1225. Maka Salomea pun memutuskan untuk membaktikan dirinya kepada Tuhan, dan mempergunakan harta kekayaannya untuk membantu orang miskin dan membangun gereja-gereja. Pada 1240 dia masuk biara Klara yang Miskin di Zawichost. Biara itu kemudian dipindahkan ke dekat Crakow, demi untuk melindunginya dari sergapan orang-orang Tatar dan biara itu terkenal dengan nama St. Maria dari Tangga. Di sini Salomea menghabiskan hidupnya selama 28 tahun, dan dia sangat dihormati oleh para sesama Susternya karena keutamaannya. Pada beberapa kesempatan dia dipilih sebagai Abdis.
Pada usia 67 tahun, pada suatu hari ketika dia menghadiri Misa Kudus, dia jatuh sakit dan diramalkannya sendiri bahwa kematiannya sudah sangat dekat. Sementara dia menasehati mereka yang berdiri mengelilingi ranjang kematiannya, supaya melakukan cintakasih penuh kemurahan hati dan hidup rukun serta dengan setia melaksanakan Anggaran Dasar, dia pun meninggal dunia pada 17 November 1268, dengan dianugerahi dan diperkuat pada saat terakhir itu dengan penampakan Bunda Maria bersama dengan Kanak-kanak Yesus. Sebuah tanda surgawi yang dia terima sebagai mahkotanya yang ke tiga, dan yang terbaik dari ketiganya, adalah kenyataan bahwa pada saat kematiannya itu para suster yang lain melihat bintang cemerlang muncul dari bibirnya dan memancar naik ke surga.
Ketika jenazahnya digali tujuh bulan sesudah pemakamannya, didapati bahwa tubuhnya itu tidak rusak dan memancarkan bau harum semerbak. Kemudian dia dimakamkan dalam gereja Fransiskan di Crakow, di samping suaminya, Raja Colman. Banyak mukjizat terjadi sebagai bukti kesuciannya, dan karena itu Paus Clemens X memberikan beatifikasi kepadanya.
PERIHAL KEMURNIAN HATI
1. Renungkanlah betapa berharganya keutamaan kemurnian hati itu, yang bersinar sedemikian cemerlang dalam diri B. Salomea. Kristus menyatakan Salome terberkati sebelumnya, ketika Dia berkata: “Terberkatilah orang yang murni hatinya, karena dia akan melihat Allah” (Mat 5:18). Terberkatilah jiwa-jiwa yang demikian itu bahkan di sini, di bumi ini, yang dihasilkan dari suara hati yang baik dan terpeliharanya hal-hal yang tertata dengan benar, kendati perasaan-perasaan hati yang kacau balau. Hati yang murni juga memenangkan perasaan-perasaan sesama manusia, sama seperti anak-anak kecil yang dipercayai demikian oleh setiap orang. Namun, berkat yang terbesar dari kemurnian adalah terjaminnya kebahagiaan kekal, karena, kata Kebenaran Kekal, “mereka akan melihat Allah.” – Bukankah kita hendaknya bersemangat untuk memperoleh keutamaan yang berharga itu?
2. Renungkanlah apa yang dapat dihasilkan oleh kemurnian hati. Hal itu tidak hanya mengenyahkan semua yang tidak patut, keinginan-keinginan dan perasaan-perasaan yang tidak murni, tetapi juga mengalahkan semua nafsu yang lain yang dapat menodai jiwa, khususnya ketidak adilan dan kerakusan, kesombongan dan kesia-siaan, kebohongan dan tipu daya. Sebagai jawaban atas pertanyaan seperti, siapa yang akan diizinkan melihat Allah, Pemazmur berkata: “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.” (Mzm 23:5). – Bagaimanakah hal itu pada diri Anda?
3. Renungkanlah bagaimana kita dapat menjaga kemurnian hati itu. Perhatikanlah selalu betapa agung asal usul jiwamu itu. Seseorang yang berasal dari keturunan bangsawan, hanya harus selalu mengingat asal usulnya yang terpandang itu supaya dapat menghindarkan diri dari pekerjaan dan perbuatan yang tidak semestinya. Jiwamu itu berasal dari martabat yang paling tinggi. Dia telah diciptakan oleh Allah itu sendiri sesuai dengan gambaran dan citra-Nya. Maka bila sensualitas, kesombongan atau kerakusan menyerang jiwamu dan mengancam menodainya, berkatalah bersama dengan B. Salomea: “Saya berasal dari keturunan yang sedemikian mulia, saya dilahirkan begitu terhormat, tak patut hanya sekedar tertarik pada hal-hal seperti itu,” dan kemudian usirlah penggoda itu dengan hina. – Akan tetapi, ingatlah selalu akan kelemahanmu, sehingga tidak lalai bersama dengan nabi berseru: “Ciptakanlah hati yang murni dalam diriku, yang Allah!” (Mzm 50:12).
DOA GEREJA
Ya Allah, yang telah menyatukan dalam diri Beata Salomea penghinaan pada kerajaan duniawi dengan kemuliaan keperawanan dalam hidup perkawinan, kami mohon kepada-Mu, anugerahkanlah bahwa dengan jalan meniru teladannya, kami dapat mengabdi-Mu dengan hati yang murni dan sederhana dan layak memperoleh mahkota kemuliaan yang tak kan lenyap di surga. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.
Sumber: The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, ofm., © 1959 Franciscan Herald Press. Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM.