25 Oktober
Frei Galvao (St. Antonio de Santa Ana)
Santo Bangsa Brasilia yang Pertama
1739-1822
KOTA VATIKAN, 11 Mei 2007 (VIS) – Pada jam 9:30 pagi hari ini (2:30 sore waktu Roma) Sri Paus memimpin Misa di “Campo de Marte” Sao Paulo (Brasilia) dan dihadiri sekitar satu juta umat beriman. Selama upacara Kanonisasi B. Antonio de Santa Ana (Antonio Galvao de Franca, 1739-1822), seorang imam Fransiskan yang telah mendirikan “Recolhimento” (Rumah Retret) Bunda yang Tak Bernoda dan Penyelenggaraan Ilahi, yang sekarang terkenal dengan nama Biara Sang Terang. Hari rayanya jatuh pada 25 Oktober.
Bapa Suci memulai khotbahnya dengan memberikan salam yang khusus kepada para Suster Konsepsionis yang, katanya, “telah menyebarkan spiritualitas dan karisma orang Brasilia pertama yang akan diangkat kepada kemuliaan altar”.
“Karisma Fransiskan, yang dihidupi di dalam roh Injil,” dia meneruskan, “telah melahirkan buah-buah yang penting melalui kesaksian (Frei Galvao) sebagai seorang yang menghormati Ekaristi dengan semangat yang berkobar-kobar, sebagai seorang yang dengan hati-hati dan bijaksana membimbing jiwa-jiwa yang mencari nasehatnya dan sebagai seorang yang mempunyai devosi besar kepada Bunda Maria yang Dikandung Tanpa Noda. Dan saudara ini pun selalu memandang dirinya sebagai ‘anak dan hambanya yang kekal’.
“Ekaristi Kudus,” kata Sri Paus, “mengandung semua kekayaan rohani Gereja,” dan orang-orang Kristen “harus berusaha mengetahui iman Gereja melalui pelayan-pelayannya yang tertahbis, melalui teladan yang mereka lakukan dalam melaksanakan ritus-ritus yang telah dibakukan, yang semuanya senantiasa mengarah pada liturgi Ekaristi sebagai pusat dari segenap tugas penginjilan. Para umat beriman, pada giliran mereka, harus berusaha menerima dan menghormati Sakramen yang Mahakudus itu dengan kesalehan dan hormat, serta rindu untuk menerima Tuhan Yesus dengan iman, setelah terlebih dahulu menerima, bila perlu, Sakramen Pertobatan untuk memurnikan jiwa dari segala dosa besar.”
Frei Galvao “terkenal sebagai seorang penasehat, pembawa damai bagi jiwa-jiwa dan keluarga-keluarga, dan seorang pelimpah kasih sayang, khususnya kepada mereka yang miskin dan sakit. … Karena itu pentobatan orang-orang berdosa menjadi kegairahan yang besar dari Santo kita ini.”
“Dipersatukan dengan Tuhan dalam komuni pemersatu agung dari Ekaristi dan diperdamaikan dengan Dia dan orang-orang di sekitar kita, kita pun menjadi pembawa damai yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini. Akan mampukah orang-orang, pria dan wanita, di bumi ini menemukan kedamaian, bila mereka tidak menyadari kebutuhan mereka untuk diperdamaikn dengan Tuhan, dengan sesama mereka dan dengan mereka sendiri?”
“Kemurahan kasih sayang yang begitu besar, yang telah tersohor” dari Santo Fransiskan ini, “tidak mengenal batas,” kata Bapa Suci, sambil menunjukkan bahwa “kegiatan-kegiatan pastoral untuk membangun masyarakat, bila diarahkan demi kesejahteraan orang-orang miskin dan sakit, dalam dirinya membawa meterai ilahi ini,” yakni cinta Allah yang wafat di Salib untuk menebus kita.
“Secara profetis Frei Galvao meneguhkan kebenaran Terkandung-Tak-Bernodanya Bunda Maria. … Santa Perawan yang Tersuci, yang telah mengandung dalam rahimnya Penebus umat manusia dan dipelihara dari semua noda dosa asal, menginginkan menjadi meterai definitif pertemuan kita dengan Tuhan Penebus kita. Tidak ada buah rahmat dalam sejarah keselamatan yang tidak memerlukan pengantaraan Bunda Perawan sebagai sarana yang diperlukan. Pada kenyataannya, santo yang kita rayakan ini, memberikan dirinya sendiri selamanya kepada Bunda Yesus sejak masa mudanya dengan rindu menjadi milik Bunda Maria untuk selamanya, dan dia memilih Perawan Maria sebagai Ibu dan Pelindung dari puteri-puteri rohaninya.”
“Dunia membutuhkan hidup yang transparan, jiwa-jiwa yang jernih, pikiran-pikiran yang murni, yang tidak mau hanya dipandang sebagai obyek-obyek kenikmatan belaka. Wajiblah orang menolak unsur-unsur di media yang menertawakan kekudusan perkawinan dan keperawanan sebelum menikah. … Devosi terhadap Bunda Maria adalah jaminan yang pasti dari perlindungan dan pendampingan keibuan dalam saat-saat pencobaan.”
Pada akhir homilinya, Bapa Suci mengundang umat beriman untuk bersyukur kepada Allah atas anugerah kesucian “yang, bersama dengan iman, merupakan rahmat terbesar yang dapat dianugerahkan kepada ciptaan: kerinduan yang kuat untuk memperoleh kepenuhan cinta kasih, dalam keyakinan bahwa kesucian itu tidaklah hanya mungkin, melainkan juga perlu bagi setiap pribadi selama hidupnya, untuk mengungkapkan kepada dunia wajah Kristus, sahabat kita, yang sebenarnya!”
Sesudah perayaan Ekaristi Kudus, Bapa Suci pergi dengan mobil ke biara Sao Bento dan di sana beliau bersantap siang. Pada sore harinya, sebelum berangkat ke Katedral ”da Se” untuk bertemu dengan para Uskup Brasilia, beliau minta pamit dan mengucapkan selamat tinggal kepada para rahib biara itu.
Santo Antonio de Santa Ana, doakanlah kami!
V.I.S. -Vatican Information Service. Copyright © Vatican Information Service 00120 Vatican City. Used on our website www.franciscan-sfo.org with permission.
Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM.