12 Januari – Beato Bernardus dari Corleone

12 Januari
Beato Bernardus dari Corleone
1605 – 1667

03-bernardus-dari-corleone-1

RIWAYAT HIDUPNYA
Bernardus dilahirkan di pulau Sisilia pada tahun 1605. Ayahnya adalah seorang tukang sepatu dan mengajari anaknya dalam usaha ini. Tetapi sulitlah bagi anak muda yang periang ini untuk merasa tertarik dalam pekerjaan semacam ini. Setelah ayahnya meninggal dunia, dia langsung meninggalkan tokonya dan, terdorong oleh cinta petualangannya, dia memusatkan diri pada permainan pedang. Dia tidak membutuhkan banyak waktu untuk menjadi sangat tangkas dalam memainkan pedangnya. Tubuhnya yang kokoh luar biasa, memampukan dia untuk menghadapi setiap pendatang baru dalam pertandingan.

Semenjak itu dia menghabiskan sebagian besar waktunya dalam berlatih dan dengan penuh semangat menangkap segala kesempatan untuk bertanding dengan pedangnya melawan orang-orang sedaerahnya yang berdarah panas.

Kendati cara hidup semacam itu menjauhkannya dari Tuhan, namun banyak sifat-sifat kebangsawanan terlihat pada Bernardus. Dalam menghadapi perselisihan-perselisihan, dia suka memihak orang-orang yang sudah tua dan membela orang-orang yang lemah dan tersingkir yang menghadapi kekerasan. Dia sering dengan khusuk mengunjungi salib yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat, dan diusahakannya bahwa lampu di depan patung itu selalu menyala. Apalagi, dengan riang gembira dia berdevosi kepada St. Fransiskus. Tuhan dan St. Fransiskus segera membimbingnya untuk menyadari betapa amburadulnya perjalanan hidupnya yang sedang dia jalani.

Bernardus pernah ditantang untuk suatu duel yang penuh dosa. Sewaktu duel itu dia telah melukai lawannya sampai ajal. Untuk menghindari balas dendam, dia lari mencari perlindungan. Dalam keterjepitan ini, sebagaimana biasa terjadi, rahmat mulai bisa mengetuk hatinya. Bernardus pun mengikuti panggilan itu. Dia mengakui tingkah lakunya yang telah lalu dan yang berbahaya dan tak bertuhan itu, meratapinya dengan pedih, dan mengambil keputusan untuk mengubah sama sekali temperamennya.

Demi untuk memberikan silih atas dosa-dosanya, dia mohon diperkenankan diterima menjadi bruder Kapusin. Dan pada 13 Desember 1632, dia menerima jubah sucinya. Bila pada masa terdahulunya Bernardus mempergunakan anggota tubuhnya untuk maksud tujuan yang tidak karuan, maka sekarang dia mempergunakanya untuk kurban pepulih demi keselamatan. Tuju kali sehari dia mencambuki badannya sampai berdarah-darah. Dia membatasi tidurnya hanya selama tiga jam, dan berbaring pada sebilah papan yang sempit, dengan sebongkah kayu di bawah kepalanya. Dia berpuasa, paling-paling hanya makan sebatas roti dan air. Bila ada yang enak-enak diletakkan di depannya, maka dia hanya mendekatkan makanan itu ke mulutnya untuk merangsan seleranya, tetapi langsung diletakkan kembali tanpa mencicipinya. Kendati hidupnya yang keras itu, dia tetap melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak menyenangkan dan meribetkan dirinya, yang sudah menjadi kewajibannya.

Tuhan yang Mahakuasa memperlihatkan perkenanan-Nya pada cara hidup Bernardus itu, dan dia pun dilimpahi dengan rahmat-rahmat yang luar biasa, khususnya rahmat untuk berdoa dengan kekhusukan yang membara. Bernardus memperlihatkan cintanya yang istimewa kepada Bunda Tersuci, dan mengajak saudara-saudara lain untuk berbuat yang sama. Kerap kali Bunda Maria menampakkan diri padanya dan meletakkan Kanak-kanak Yesus pada pelukannya. Tambahan lagi Bunda Maria menganugerahkan kepadanya pengetahuan akan hari kematiannya empat bulan sebelum hal itu terjadi. Dia meninggal di Palermo pada 12 Januari 1667.

Tertarik oleh kemasyhuran kesuciannya, pada waktu pemakaman berkumpullah begitu banyak orang yang mengelu-elukan pujian pada yang meninggal, sehingga peristiwa itu lebih merupakan prosesi kemenangan daripada iring-iringan pemakaman. Karena banyak mukjizat yang terjadi di makamnya ini, maka Paus Clement XIII memberikannya beatifikasi pada tahun 1767.

PERIHAL PERLUNYA ULAH TOBAT
1. Pertimbangkanlah ulah tobat berat yang telah dilakukan oleh Beato Bernardus sesudah pertobatannya. Dia mengerti apa yang telah dikatakan oleh Bapa-bapa suci dan Gereja Katolik, bahwa bila kekudusan yang telah diterima dalam pembaptisan tidak dipelihara, maka tidak ada jalan lain kecuali penyesalan dan pertobatan. Kemungkinan besar kita telah melakukan dosa yang lebih besar daripada yang telah diperbuat oleh Bernardus. Bila demikian maka kita harus menjalankan ulah tobat yang lebih besar, seimbang dengan besarnya kesalahan yang telah kita perbuat. Atau apakah engkau menyangka bahwa engkau tidak usah melakukan ulah tobat apa pun? Hal itu sungguh merupakan ilusi yang menyedihkan, sebagaimana St. Yohanes tuliskan: “Bila kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada dalam diri kita” (1 Yoh 1:8). Inilah sarat pertama untuk pertobatan, yakni bahwa kita secara jujur mengakui kedosaan kita dan dengan segenap hati menyesali kegagalan kita itu. – Apakah masih memiliki sekurang-kurangnya rasa penyesalan ini?

2. Renungkanlah kata-kata Tuhan kita: “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (Luk 13:5). Dengan cara bagaimana? Dengan kematian yang tiba-tiba. Tuhan kita mengatakan kata-kata itu setelah dilaporkan kepada-Nya bahwa sejumlah orang tertentu telah meninggal dengan kejam. Kesabaran Tuhan sungguh ada batasnya. Seandainya Bernardus telah tidak mengikuti panggilan rahmat itu, mungkinkah dia binasa dalam dosa-dosanya itu? Karena itu perhatikanlah himbauan ini dengan baik: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu” (Ibr 3:8). Bukankah belum lama berselang ini engkau telah mengikuti panggilan untuk bertobat?

3. Renungkanlah bahwa pertobatan meminta lebih dari hanya sekedar pengakuan bahwa kita telah berdosa dan bersedih atasnya. Pendahulu Kristus (Yohanes Pembaptis) mendesak kita: “Hasilkanlah, karena itu, buah-buah pertobatan yang layak” (Luk 3:8). Suatu penghinaan terhadap Tuhan minta dilakukan pemulihan. Bila engkau tidak dapat melakukan ulah tobat seperti yang dilakukan oleh Bernardus, tentulah engkau dapat melakukan pengurbanan-pengurbanan kecil pada rasa kenikmatan badani dan kelemahan daging. Waktu Prapaskah mengajak kita pada praktek-praktek semacam ini. Lakukanlah karya-karya kasih dan kesalehan dalam semangat tobat supaya keadilan ilahi dilunakkan dan terimalah dengan gembira hati dalam semangat tobat setiap salib dan penderitaan yang Tuhan ijinkan menyelinap dalam jalan hidupmu.

DOA GEREJA
Ya Tuhan, yang telah mengijinkan Beato Bernardus, Pengaku-Iman-Mu, mencolok dalam cintakasihnya yang unggul dan ulah tapanya yang mengagumkan; anugerahilah kami, berkat pengantaraannya, bahwa kami boleh mencintai-Mu dengan segenap hati dan menghasilkan buah pertobatan yang layak. Demi Kristus Tuhan kami. Amin.

Sumber:The Franciscan Book of Saints, ed. by Marion Habig, OFM, © 1959 Franciscan Herald Press. Diterjemahkan oleh Sdr. Alfons S. Suhardi, OFM