22 September – St. Ignatius dari Santhia

22 September
St. Ignatius dari Santhia

St. Ignatius dari Santhia lahir pada 5 Juni 1686 di Santhiá, di wilayah Vercelli di Italia Utara. Dia meninggal di Turino pada 21 September 1770. Dia adalah seorang imam Kapusin, yang setia pada semangat Fransiskan, khususnya dalam ketaatan, kesederhanaan dan kerendahan hati. Dia terkenal dalam bakatnya untuk memberikan bimbingan rohani dan kepedulian terhadap perkembangan rohani umat beriman. Dia juga dijuluki sebagai “Bapa orang-orang berdosa dan orang-orang hilang”, karena kemampuannya yang khusus untuk bergaul dengan mereka yang menderita “sakit rohani”.

Dia dipermandikan dengan nama Lorenzo Maurizio, sebagai anak keempat dari enam saudara yang berasal dari keluarga tingkat atas Belvisotti. Dia menerima pendidikan awalnya dari seorang imam yang baik, yang mengilhami dan menolongnya menemukan panggilannya masuk menjadi imam. Pada 1710 dia ditahbiskan sebagai imam diosesan. Setelah enam tahun melayani sebagai imam diosesan, dia bergabung dengan Saudara-saudara Dina Kapusin. Ketika itu dia mendapat kritik tajam dari keluarga dan parokinya. Mereka tidak mengerti mengapa dia mengambil keputusan yang demikian itu. Dalam Ordo Kapusin Ignatius akhirnya menemukan ketenangan batin, yang telah dia cari dalam kesederhanaan hidup Fransiskan. Pada 24 Mei 1717, dia mengikrarkan profesi religiusnya dan sejak hari itu dia bagaikan boneka dalam tangan atasan-atasannya. Dia memulai perjalanan rohaninya dengan menjalani tugasnya dipindahkan dari biara yang satu ke biara yang lain di wilayah Savoy Italia Utara. Dia berbahagia dipindahkan ke sana ke mari dalam ketaatan dan merasa terhormat dapat melayani saudara-saudaranya itu. Dia samasekali siap mengerjakan apa pun yang “diselenggarakan Tuhan”. Pada 1727, Ignatius dikirim ke biara di Torino-Monte, dengan tanggungjawab mengurus sakresti dan sebagai bapa pengakuan bagi kaum awam. Tugas perutusan ini dia laksanakan sepenuhnya selama 24 tahun. Kemudian dia dipindahkan kembali ke Turino setelah melayani sebagai magister para novis dan kepala almusenir angkatan bersenjata Kerajaan Savoy. Dalam tugas pelayanan ini dia memperlihatkan kepedulian kebapaan bagi orang lain dan kebijaksanaan rohani yang dia pelajari pada kaki Dia yang Tersalibkan. Tidaklah usahlah menunggu lama-lama sebelum para religius, imam, umat beriman dan pendosa yang paling keras pun mulai berdatangan ke biara itu, untuk mengadakan pengakuan dan menerima bimbingan rohani.

Pada 1731, dia dikirim ke biara di Mondovi, dan di sana dia menjadi magister novis dan wakil pimpinan biara itu. Dia ditugaskan di novisiat itu selama 14 tahun dan keinginan satu-satunya adalah membuat para novis itu menjadi pengikut Kristus yang sejati dan putera-putera St. Fransiskus yang taat. Ajarannya dibangun atas dua pilar: mencintai para novis dengan cinta ilahi dan mengajar lebih dengan teladan daripada dengan kata-kata. Sepanjang hari, siang dan malam, kapan saja, dia selalu tersedia bagi para novisnya yang memerlukan pertolongan dan dia mengenal setiap orang dari mereka itu. Dia menempatkan pendidikan mereka sebagai prioritas tertinggi.

Pada 1744 dia harus meninggalkan novisiat itu dan pergi ke Turino karena dia menderita sakit mata yang misterius yang berkembang sampai hampir buta. Kemudian sakitnya itu dapat disembuhkan sebagian, sehingga dapat kembali pada pelayanan yang aktif.

Pada 1743-1746 pecahlah perang di Piedmont. Hal ini mengakibatkan banyak orang-orang yang terluka dan mewabahnya suatu epidemi. Raja Sardinia-Piedmont, Charles Emmanuel III, minta para Kapusin memberikan pemeliharaan medis dan rohani bagi berbagai rumah sakit. Pater Ignatius dijadikan kepala kapelan dan memberikan pendampingannya selama dua tahun di rumah sakit Asti, Vinovo dan Alessandria. Dia memberikan teladan dalam aktivitas dan kesalehan yang tanpa mengenal lelah, merawat dan menyembuhkan dalam semangat cinta injili yang sejati.

Ketika Piedmont kembali menjadi damai, sekali lagi dia kembali ke biaranya di Turin-Monte dan di sana dia akan tetap tinggal selama 24 tahun sebagai pembimbing rohani dan bapa pengakutan. Dia mengunjungi orang-orang sakit dan mengumpulkan uang dan makanan bagi mereka yang membutuhkan.

Dia meninggal dunia di Turin-Monte pada 21 September 1770. Dia sering berkata: “Surga itu tidak dibangun bagi para pemalas. Karena itu mari kita mulai bekerja!” Kepada semua orang, saudara-saudara religius dan kaum awam, dia mengajarkan jalan kesucian dan jalan penyerahan diri dalam tangan Tuhan, dengan teladan dan kata-katanya. Pada 17 April 1966, Paus Paulus VI memberikan beatifikasi kepada Ignatius dan Santhiá ini.

Sumber: Website Vatikan. Diterjemahkan oleh: Alfons S. Suhardi, OFM.