Pada hari Senin, 20 September 2021 yang lalu saudara-saudara Gardianat Damietta Kramat berkumpul di ruang rapat PA Vincentius Putera untuk mendengarkan sharing Sdr. Titus tentang “Sustainable Living”. Sustainable living pada dasarnya adalah cara hidup yang kita jalani agar tetap memberi ruang hidup yang layak bagi generasi sesudah kita. Kalau bicara tentang “sustainable living”, ada 3 hal yang selalu harus ada di benak kita: 1). Mengurangi jejak karbon kita dengan cara meminimalisir penggunaan sumber-sumber daya alam; 2). Memegang falsafah “segala sesuatu yang berasal dari alam sudah seharusnya dapat kembali kepada alam (decomposed); 3). Memegang falsafah bertindak dengan sadar bahwa saya mau mengurangi personal dan societal impact pada kerusakan bumi.

Untuk menghayati gaya hidup sustainabel, kita perlu mengubah pola pikir:

  1. Chew your bitesize; miliki yang betul-betul aku butuhkan saja;
  2. Tidak perlu menimbun banyak barang; coba periksa lemari-lemari pakaian dan bertanyalah mana saja yang sebenarnya saya sering pakai, mana yang kurang sering dipakai;
  3. share kelebihan ke orang lain
  4. hidup sederhana: selalu kritis terhadap diri sendiri.

Atau dengan kata lain, memilih hidup sederhana demi mencintai semua ciptaan.

Salah satu dampak kerusakan lingkungan yang parah adalah penggunaan plastik karena plastik tidak bisa dengan mudah didaur ulang oleh alam. Apa yang terjadi? Prosesnya seperti sebuah siklus. Plastik-plastik yang kita gunakan entah dalam bentuk kemasan peralatan mandi, kosmetik, bungkus makanan yang terbuat dari plastik akan terdegradasi menjadi mikroplastik. Lalu, karena pengolahan limbah yang belum terlalu baik, sebagian besar terbawa ke laut dan kemudian termakan oleh ikan yang tidak bisa membedakan apakah itu plankton atau mikroplastik. Tidak menutup kemungkinan ikan-ikan yang sudah terkontaminasi ini akhirnya sampai di meja makan komunitas-komunitas kita yang pada gilirannya akan memengaruhi kesehatan tubuh kita.

Supaya siklus ini terputus, salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah mengurangi penggunaan plastik. Misalnya, dengan membawa kantong belanjaan yang dapat dipakai ulang. Seruan ini sebenarnya pasti sudah sering kita dengar. Pertanyaannya: sudahkah kita melakukannya? Sdr. Titus menambahkan satu langkah praktis yang baru, sekurang-kurangnya baru saya dengar, yakni memanfaatkan SIKLUS. SIKLUS adalah sebuah aplikasi berbasis HP yang menghubungkan kita dengan para motoris-motoris SIKLUS yang berkeliling menawarkan isi ulang kebutuhan sehari-hari seperti minyak goreng, sabun mandi, detergen, pembersih lantai/kamar mandi, pelicin pakaian, cairan pencuci piring. Dengan cara isi ulang ini sekurang-kurangnya kita ikut gerakan mengurangi sampah-sampah plastik rumah tangga karena kita memanfaatkan kembali wadah yang sama.

Di akhir pertemuan, Sdr. Titus membagikan “hadiah” berupa sabun yang dibuatnya sendiri. “Ini salah satu bentuk sustainable living ……  memperpanjang uang saku karena nilai per satuannya jauh lebih murah dibanding kalau beli”, katanya.

1 Komentar

Tinggalkan Komentar