Hantu Jahat !

Beredar ceritera tidak resmi diantara para postulan di Pagal sekian tahun yang lalu bahwa ada hantu yang bergentayangan di kompleks postulat, khususnya pada malam hari. Sebagai orang Timur yang dibesarkan dan dididik dalam budaya hantu – kendati dikatakan keliru oleh ajaran resmi Katolik – cukup banyak postulan yang mempercayai ceritera itu dan menjadi takut keluar kamar pada malam hari. Maklumlah, waktu itu belum ada PLN dan diesel listrik dimatikan pada jam 10 malam.

Tetapi para postulan tidaklah usah berkecil hati dalam hal ini, karena sang magisternya (nama dan identitas lengkap diketahui oleh pencerita) tidak lebih berani daripada anak buahnya. Aneh bin ajaib pada suatu sore, sang magister penakut ini mempunyai ide yang gila juga. Diajaknya dua orang postulan yang dipandang setia untuk bersama-sama melihat hantu malam itu. Entah karena rasa ingin tahu, atau keberanian yang luar biasa, atau ketaatannya kepada magister, kedua orang postulan ini menyanggupi untuk bangun pada jam 12 malam dan bersama-sama menanti kedatangan hantu.

Bangunlah mereka pada tengah malam itu dan sambil berselubung sarung penahan dingin mereka bertiga keluar dengan formasi ketat: magister harus selalu di tengah. Sesampai di emperan, mereka duduk dan magister tetap harus di tengah. Dia ini ternyata tidak hanya membawa sarung, tapi juga selimut. Maka diusulkan supaya selimut ini dipakai bertiga bersama-sama dan terjadilah: ketiga sosok manusia iseng ini dililit dengan sehelai selimut, duduk berhimpit-himpitan. Tentu saja: magister tetap harus di tengah-tengah. Paling hangat dan paling aman. Dasar penakut!

Setelah saling geser dan saling ingsut beberapa kali, tiba-tiba tercium bau. Bukan segar harum semerbak, tapi busuk pekat dan kental menjejal masuk ke hidung. “Menusuk hidung” masih terlalu lemah untuk melukiskan gerumuhnya gejala alam ini. Segera sang magister menggumam lemah “Aih, Ius (bukan nama sebenarnya) kentut”. Yang dituduh lebih memilih diam tak protes, kiranya untuk menghindari lebih banyak “hantu busuk” masuk ke dalam paru-paru.
Mungkin karena tidak tahan pada bahu busuk itu, atau mungkin juga karena takut akan “kuntilanak” yang baru saja “lewat”, magister mengusulkan untuk kembali saja ke kamar tidur. Ketiga manusia iseng ini pun bangkit dan pergi kembali ke kamar masing-masing. Formasi tetap dijaga: magister di tengah.

Pagi harinya, si Ius bertanya kepada si Uis (bukan nama sebenarnya), “Tadi malam itu, kamu yang kentut ya!?”. Dengan tegas – karena udara sekitarnya tidak lagi berbau busuk – disangkalnya, “Bukan saya, mungkin kamu ya!”. Si Ius pun menyangkalnya; lalu mereka berdua tersenyum kecut sambil bergumam, “Kalau begitu magister sendiri yang … Dasar hantu jahat.”

Hantu memang tidak mereka lihat, tapi satu hal yang pasti mereka alami: bau busuk pekat menyembul dari tengah sarung dan selimut. Inilah si hantu yang mau disuguhkan magister …
(diceriterakan kembali oleh Alfons)

2 Comments

  • haahahahahahahahahahahaha…………………
    jadi inget cerita hantunya tante dora.
    waktu itu tandor( tante dora) nakut2in pater mikael peruhe.
    huahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaha
    itu aja dlu, kl mau taw lebih lengkap, tanya sama pater mikael atw langsung ke tante dora.

    hehehehehehehehe
    salam persaudaraan,

  • Hahahaaaaaaa…..
    KIsah ini membuat saya ingat lagi ttg masa postulat di Pagal.
    Memang mitos ttg “hantu” masih hidup saat saya di Postulat.
    Cukup bnyk yg yakin dgn cerita-cerita seperti itu.

Tinggalkan Komentar