Jakarta, OFM ― Tiga belas Saudara Dina yang telah memasuki usia purna karya (kelompok umur enam puluh lima tahun ke atas) berkumpul dan berdinamika bersama di Rumah Doa St. Maria Guadalupe, Duren Sawit, Jakarta Timur. Mereka datang dari sejumlah daerah, seperti Jakarta, Depok, Puncak, Flores, Kalimantan dan Lampung. Sejumlah saudara telah benar-benar memasuki masa purna karya. Beberapa di antaranya lagi masih terlibat dalam menangani karya parokial dan pendidikan. Acara yang dikoordinir oleh Moderator Ongoing Formation (OGF), Sdr. Mateus L. Batubara, OFM ini berlangsung sejak Kamis siang hingga Jumat siang (5-6/ 10/2023).

Temu Purna Karya menjadi kesempatan bagi para saudara untuk saling berbagi cerita.
Sdr. Stanislaus Sukartanto, OFM ditunjuk menjadi fasilitator dalam pertemuan ini. Analogi roda berputar menjadi materi pengantar Sdr. Tanto. Beliau mengumpamakan hidup sebagai roda yang berputar. Masa tua ibarat poros roda. Meskipun perputarannya tidak sekencang bagian jari-jari terluar, bagian poros berperan penting dalam mengatur perputaran seluruh bagian roda. Aktivitas pelayanan menjadi makin berkurang tapi kebijaksanaan makin bertambah. Dari poros ini mengalir kekuatan dan tenaga menuju bagian terluar roda. “Masa tua itu adalah masa pandhita, masa pandai menempatkan diri dalam seluruh gerak karya persaudaraan,” jelas Sdr. Tanto. Meskipun telah purna karya, para saudara tetap dapat memberikan sumbangan bagi persaudaraan. Sumbangan itu bisa berupa kerasulan doa maupun teladan dan inspirasi nilai-nilai kehidupan.

Sdr. Subagi OFM sedang menikmati permainan piano Sdr. Feliks Kabupung OFM. Bakat lama yang jarang dilihat oleh para Fransiskan muda.
Materi Sdr. Tanto menjadi pengantar bagi sesi sharing. Setiap saudara membagikan refleksi dan pandangan perihal memaknai masa purna karya. “Masa purna karya adalah momen untuk semakin menghayati hidup dalam hadirat Allah, demikian ungkap Sdr. Aleks Lanur OFM. Bagi Sdr. Martin Harun OFM masa purna karya berarti masa berkarya secara sempurna karena semua pelayanan diatur secara personal. “Saya mengatur sendiri deadline bagi pekerjaan saya,” ungkapnya. Dalam menjalani karya di Magalau, Sdr. F. X. Sutarjo OFM membagikan sedikit pengalaman tentang pentingnya inner power sebagai “pemandu” dalam menghadapi setiap tantangan berkarya. Sementara itu, Sdr. Yustinus Semiun OFM menjelaskan pengaruh penting proses formasi dan pola hidup semasa muda dalam menjalani masa purna karya. Acara hari pertama berakhir dengan ngobrol santai.

Sdr. Bambang OFM sedang membagikan tips-tips seputar kesehatan bagi para saudara. Pentingnya mendengarkan bisikan “saudara keledai”.
Seusai Ibadat Pagi dan Perayaan Ekaristi pada hari kedua, acara dilanjutkan dengan sesi bersama Sdr. Albertus Bambang Tri Margono, OFM, seorang Fransiskan-dokter yang sedang bertugas di RS St. Yusup, Boro. Pada sesi ini Sdr. Bambang memberikan materi dan tips-tips seputar menjaga kesehatan di usia purna karya. Para saudara mesti memahami “saudara badan” dalam perspektif sebagai orang yang telah memasuki usia lanjut. Fisik tidak lagi sama ketika masih muda dulu sehingga perlu keseimbangan antara menjaga kesehatan dan menjalankan karya pelayanan. Sharing seputar kesehatan jasmani ini diwarnai dengan canda tawa antarsaudara.
Menjelang tengah hari, acara ditutup dengan evaluasi bersama. Secara khusus, disampaikan harapan mengenai perhatian persaudaraan terhadap para saudara yang telah purna karya. Tak lupa, sebelum berpisah, para saudara berfoto bersama.
Kontributor: Sdr. Vincent OFM dan Sdr. Rio OFM
Tinggalkan Komentar