Nico Dister dilendoti cewek? Di taman? No way, man! Tapi ini sungguh terjadi dan sempat menggunjingkan hampir seluruh umat Sentani. Memang terjadi di gereja Sentani, bahkan terjadi di altar sewaktu dia mempersembahkan Ekaristi pada hari Minggu.
Pada waktu kolekte usai, sebagaimana biasa ada seseorang petugas yang mengantarkan hasil kepedulian hati umat itu ke depan dan meletakkannya di dekat altar. Waktu itu yang mengantarkannya adalah seorang wanita yang setengah baya. Tetapi betapa anehnya, setelah meletakkan persembahan pada tempatnya, dia langsung pergi mendampingi Sdr. Nico yang sedang mendoakan prefasi (tidak menyanyikannya, karena Nico kan tidak bisa menyanyi). Tidak hanya berdiri disampingnya, tapi malah semakin dekat dan sepertinya nglendot pada Nico. Tentu Nico kita ini yang telah mempersenjatai diri dengan “baju zirah iman dan kasih dan berketopongkan pengharapan keselamatan” (1Tes 5:8) merasa terusik juga; tapi untunglah kesabarannya sungguh nyaris tanpa batas. Umat yang mengikuti misa tentu saja sama sekali tidak terhibur dengan “tontonan konselebrasi” semacam itu. Majulah seorang bapak yang terpandang untuk menyelamatkan Sdr. Nico dari lendotan si Hawa baru ini, dan untunglah dia mau mengikuti ajakan si bapak ini.
Sesudah misa, dia datang lagi, dan tanpa ba-bi-bu langsung masuk ke dalam mobil yang membawa Nico ke pasturan. Sepanjang jalan dia diam seribu- bahasa. Sesampai di Pastoran, ditanyai dimana rumahnya; dia memang menyebutkan salah satu alamat, tetapi sesampai didepan rumah yang disebutkan, dia tetap saja duduk tak mau keluar, dengan mulut tetap terkunci. Akhirnya Sdr. Nico yang kesabarannya bak Lautan Pasifik itu membawanya kembali ke gereja. Dan disana masih ada beberapa orang yang kelihatan gusar kesana kemari. Ternyata mereka ini saudara-saudara “sang Hawa” ini yang mencari-carinya. Maka Sdr. kita Nico pun menyerahkannya kepada mereka dengan keterangan seperlunya.
Mereka pun sambil membongkok-bongkok penuh penyesalan minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Sdr. Nico akan hal yang tiak mengenakkan ini, karena saudari mereka ini, demikian kata mereka kepada Nico, memang sudah seminggu mengalamai depresi mental bin stres berat.
(dimuat dalam Taufan edisi November 1999)
bagaimana dan apa syaratnya untuk menjadi biarawan OFM?
Terima Kasih
GBU
syarat administratif untuk menjadi biarawan OFM secara umum:
1. Sudah dibaptis secara katolik dan sudah menerima sakramen penguatan
2. Jika bukan dari seminari menengah, sertakan surat pengantar dari pastor paroki Anda.
3. Jika berasal dari seminari menengah, sertakan surat pengantar dari rektor seminari Anda.
syarat lainnya:
memiliki motivasi yang kuat untuk menjalani hidup bakti mengikuti Kristus dengan cara yang ditunjukkan oleh St. Fransiskus Assisi.
Jika ingin live-in beberapa hari terlebih dahulu untuk mengenal lebih dekat cara hidup biarawan fransiskan silahkan Anda kontak beberapa rumah biara terdekat dengan lokasi Anda yang terdapat di link ini : https://ofm.or.id/ofm-indonesia/
Untuk mendapat gambaran lebih lengkap tentang proses pendidikan OFM silahkan saudara akses link berikut ini: https://ofm.or.id/mereka-disebut-saudara-dina/
Jika masih ada yang ingin ditanyakan silahkan kirim pesan di sini: https://ofm.or.id/kirim-pesan/
Semoga Roh Kudus membimbing saudara dalam proses perjalanan hidup pribadimu.
salam,
framinor.
slamat malam para saudara fransiskan. saya ingin bertanya mengenai tes gelombang II untuk tahun ini kpan diadakan ? trima kasih. Tuhan memberkati