(Seklumit Sharing Solidaritas dari Yogya)
Dampak bencana gunung Merapi – Yogyakarta dirasakan juga oleh para saudara Fransiskan di Biara Santo Bonaventura (Bitora), meskipun – thank God – tidak menjadi pengungsi. Kami kebagian debunya. Aktivitas kuliah di Fakultas Teologi Wedabhakti (FTW) dan IPPAK, tempat kuliah para saudara muda, terhenti, karena menjadi pos pengungsian.
Para saudara di Bitora, berkoordinasi dengan KEKANTA (Keluarga Fransiskan Yogyakarta) dan donatur-donatur kenalan para saudara-saudari melayani para pengungsi. Semangat solidaritas sangat terasa. Semua saudara, dengan cara tertentu mau terlibat. Para saudari Klaris pun ikut peduli: tidak hanya doa yang mereka panjatkan, tetapi juga aksi mengetuk hati para donatur dan kenalan mereka agar turut bersolidaritas membantu korban Merapi. Terima kasih atas kebaikan hati para saudara dan saudari.
Inisiatif solidaritas mulai muncul ketika Kampus FTW yang terletak sekitar 23 KM dari Merapi, “terpaksa” menjadi salah satu pos pengungsian. Secara praktis para saudara mulai menggalang solidaritas dengan mengetuk hati para saudari fransiskan untuk menyumbangkan uang dan materi serta tenaga yang dapat diberikan kepada para pengungsi. Sejauh ini beberapa hal telah dilakukan oleh KEKANTA:
-Memberikan makanan siap saji (nasi bungkus) bagi pengungsi, untuk sarapan/makan siang/malam. Setiap komunitas diminta menyediakan nasi bungkus sesuai kesanggupan mereka, lalu dikumpulkan dan didistribusikan ke pos pengungsian.
-Sejauh ini ada beberapa kebutuhan yang sudah terdistribusi: pakaian layak pakai, selimut, handuk, underware. Ada juga makanan ringan: susu, kopi, gula, teh, mie instant; serta perlengkapan mandi. Saudara Rahmat Simamora, Jon Kore (Joko) dan Gino, tiga driver yang sangat diandalkan. Saudari-saudari para suster SFD (Fransiskanes Van Dongen) menyediakan mobil L-300-nya untuk mengangkut sumbangan dan mengantar para relawan fransiskan. Beberapa sekolah dan Rumah Sakit milik para saudari OSF-Semarang menjadi tempat penampungan para pengungsi.
-Saudara-saudara OFM juga mencoba menghubungi keluarga-keluarga dari para saudara OFM yang tinggal di sekitar lereng Merapi. Ada yang dapat dikontak dan dikunjungi, ada pula yang hanya dikontak saja untuk tahu keadaannya – syukur kepada Tuhan kalau sudah save.
Ada cukup banyak pos pengungsian, tetapi banyak juga relawan – sebagaimana bisa Anda simak dari laporan media-media. Hari-hari pertama KEKANTA berkoordinasi dengan posko di FTW. Dalam perjalanan aksi, pos FTW terkoordinasi dengan baik. Kenapa tidak?! Relawan utama posko ini kan para dosen dan mahasiswa Filsafat – Teologi yang sehari-hari menyuarakan betapa pentingnya pemanusiaan manusia yang, katanya, justru harus menjadi lebih kuat di saat ada pengalaman chaos. Inilah saatnya mereka mewujudkan pemikiran mereka!
Sampai saat kami menulis berita ini, para saudara muda OFM masih tetap ikut serta melayani di FTW secara bergantian: 07.30 – 14.00/ 14.00 – 22.00/ 22.00 – 07.30. Ada juga beberapa relawan lainnya yang membantu. Stok makanan dan minuman lebih dari cukup. Karena pos FTW sudah ‘stabil’, KEKANTA juga bergerak ke daerah “Moon Island” alias Muntilan. Hari-hari ini Muntilan tergolong “kota mati” – paling kurang sejauh mata pelapor memandang: hewan dan pohon mati, lampu padam, kebanyakan pasar dan toko pun tutup, aktivitas manusiapun terhenti. Debu tebal muntahan Merapilah yang mematikannya.
Di Muntilan, mula-mula KEKANTA bergerak ke pos tertentu yang membutuhkan bantuan, atau mendrop material ke pos-pos besar – yang kemudian dialirkan ke pos lain terdekat. Tempat-tempat umum seperti Gedung Sekolah Van Lith, Aula Gereja dan Rumah Sakit, misalnya, dijadikan pusat penampungan. Sejak Minggu 7 November sampai berita ini kami tulis, pelayanan KEKANTA terpusat di SMP Marganingsih – salah satu Sekolah karya Suster Fransiskan – Semarang (OSF – Semarang). Para saudari dan saudara melayani dan berbagi kisah dengan para pengungsi di sana secara bergantian.
Rapat KEKANTA 7 November 2010 memikirkan lebih jauh soal Tanggap Merapi ini: Bagaimana nasib para pengungsi pasca-bencana nanti, mengingat bahwa banyak diantara mereka yang kehilangan rumah, tanaman dan hewan peliharaan. Sekarang mereka “nyaman” di ruang pengungsian, namun tidak tahu harus melakukan apa ketika kembali ke kampung halaman. Sambil melanjutkan aksi solidaritas yang sudah ada, KEKANTA memutuskan pembuatan proposal ke komunitas-komunitas Fransiskan Yogyakarta maupun donatur yang dikenal, atau pihak lain yang terketuk hatinya, sebagai persiapan pelayanan pasca-bencana. KEKANTA juga mengharapkan uluran tangan saudari dan saudara sekalian.
Anda dapat menghubungi Biara Santo Bonavenura di nomor telepon 0274-566021,
atau menyalurkan bantuan ke rekening: BRI Cabang Yogyakarta Cik Ditiro, no. 029-01-085150-50-1 atas nama Biara Santo Bonaventura, Jln. Legi 142- Papringan, Yogyakarta.
Salam solidaritas,
Andre Atawolo, OFM
Ikut prihatin dan hanya bisa berdoa bagi mereka dan para penolong. WARKATINTA (Warga Katolik Indonesia di Thailand) berkumpul untuk mengumpulkan dana, Sdr. Damai memimpin missa untuk itu. Dana disalurkan lewat Provinsial Sr. Dominikan di Maguwo. Harap tetap tekun melayani mereka. Salam. Sdr. Tarjo