Depok, OFM―Bertempat kompleks Novisiat Transitus, para Novis OFM mendapatkan pembekalan tentang pastoral terhadap kelompok disabilitas. Pembekalan yang berlangsung selama dua hari, Sabtu dan Minggu (11-12/03/2023) tersebut, diberikan oleh tim KOMPAK (Kumpulan Orang Mau Pelajari Ajaran Kristus) Disabilitas. Enam orang tim KOMPAK yang hadir adalah Ibu Clemensa, Ibu Cicilia Anna, Ibu Josephine Maria, Ibu Maria Alodia, Saudari Veronika Tata, dan Ibu Anastasia. Secara antusias mereka mendampingi 13 Novis dengan materi seputar pengalaman melayani para penyandang disabilitas.

TIm Kompak Disabilitas (berbaju t-shirt orange) berfoto bersama dengan para Novis
Pater Oki Dwihatmanto, OFM, Magister Novis, dalam sambutannya menjelaskan kegiatan pembekalan tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan Saudara-Saudara Dina, khususnya Novis, dalam upaya menghadirkan Gereja bagi penyandang disabilitas. Kegiatan bersama tim KOMPAK ini merupakan agenda tahunan Novisiat yang dijalankan pada semester dua. Bukan tanpa alasan, pastoral untuk kelompok disabilitas merupakan amanat dari Kapitel Provinsi tahun 2019 yang mesti diwujudkan.
Selama dua hari, kegiatan berlangsung intens, sejak pagi hingga sore hari (pkl. 08.30-18.00). Secara kreatif tim KOMPAK membawakan materi sehingga para Novis merasa bosan. Hari pertama, tim mengawali pertemuan dengan drama singkat tentang upaya penyandang disabilitas berinteraksi dengan dunia sekitar. Setelah perkenalan, para Novis disuguhkan materi tentang disabilitas. Pendiri KOMPAK, Ibu Clemensa menjelaskan bahwa disabilitas yang dilayani KOMPAK adalah tuna netra, tuna rungu-wicara, tuna daksa/fisik, tuna grahita, spectrum autis, dan mental disorder. Bentuk-bentuk disabilitas tersebut dipaparkan satu persatu oleh tim beserta cara untuk berinteraksi dengan mereka.

Para Novis sedang menyimak pemaparan materi dari tim KOMPAK Disabilitas. Agar dapat menghadirkan Gereja bagi penyandang disabilitas perlu memahami cara mereka berinteraksi dengan dunia.
“Kita harus tahu dulu, siapa mereka. Kalau tuna netra, bicaranya hati-hati, karena keadaan psikis mereka sensitif. Kalau tuna rungu dan tuna wicara, jangan asal bicara karena percuma, mereka kesulitan mendengar. Jadi kita harus tahu bahasa isyarat, latih oral, dan bisa juga memakai teks,” jelas Ibu Clemensa. Para Novis juga diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman hidup bersama penyandang disabilitas. Kegiatan hari pertama diakhiri dengan tes psikologi para Novis terutama berkaitan dengan mental disorder.
Kegiatan hari kedua cukup menguras energi. Fokus pegiatan hari kedua adalah simulasi interaksi dengan penyandang disabilitas. Beberapa Novis diminta untuk “bermain peran” sebagai penyandang disabilitas dan yang lain berlatih untuk membantu penyandang disabilitas. Tujuannya agar para Novis dapat memiliki gambaran perihal menjadi penyandang disabilitas serta cara untuk berinteraksi dengan mereka meskipun melalui simulasi singkat. “Para frater perlu berhati-hati supaya tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi teman-teman disabilitas yang dilayani,” tegas Saudari Tata, mentor dalam simulasi ini.

Para Novis mempelajari sejumlah bahasa isyarat. Bahasa isyarat menjadi modal penting dalam membangun relasi dengan penyandang disabilitas.
Meskipun menguras energi, kegiatan hari kedua berakhir manis. Para Novis terkesan dan bersyukur atas pengalaman perjumpaan dengan tim KOMPAK Disabilitas. Menutup rangkaian kegiatan, Pater Oki menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim KOMPAK dan pada para Novis yang setia mengikuti kegiatan. “Ini adalah bekal bagi kalian terutama dalam menghadirkan Gereja bagi disabilitas”, tegas Pater Oki kepada para Novis. Sebagai akhir seluruh kegiatan, Pater Oki OFM memberikan kenangan kepada tim berupa kalung Tau diikuti dengan “Berkat Bapa Fransiskus” yang dinyanyikan oleh semua Novis.
Kontributor: Sdr. Evaldus Ndulu (Novis)
Ed.: Sdr. Rio, OFM
Tinggalkan Komentar