Persaudaraan Fundasi St. Antonio de Lisboa, Timor Leste, pada tahun 2024 ini mendapatkan anugerah berlimpah melalui kunjungan Minister General OFM, Br. Massimo Fusarelli, OFM bersama rombongan. Ini adalah kunjungan perdana Minister General OFM ke Timor Leste, setelah 36 tahun Fransiskan hadir di Bumi Lorosae. Selama tiga hari (5-8/08/2024), Minister General menyaksikan dinamika kehidupan para Saudara Dina di Fundasi Timor Leste. Selamat datang di Bumi Lorosae, Minister General!
Penyambutan
Minister General bersama rombongan tiba pada tanggal 5 Agustus 2024 melalui jalur udara. Kedatangan beliau disambut penuh sukacita. Ketika turun dari pesawat di Bandara Internasional Nicolau Lobato, Minsiter General dan rombongan disambut oleh Presiden Fundasi dan dewan. Pengalungan bunga oleh empat fransiskan cilik menandai penyambutan.
Sdr. Massimo Fusareli OFM, Sdr. John Wong OFM, Sdr. Baptist D’Sousa OFM dan Sdr. Daniel Nahak OFM disambut melalui pintu VIP Bandara Nicolau Lobato. Setelah mengisi buku tamu, rombongan penjemputan bersama Minister General meneruskan perjalanan ke Rumah Biara Fomento II, Gardianat Rivotorto, Dili. Di depan biara, rombongan disambut dengan seremoni meriah, mulai dari ritual sargala (sambutan dengan bahasa Daerah Mambae), pengenaan pakaian adat bagi Minister General sebagai simbol seorang raja (baca: pemimpin), pengalungan tais, hingga penerimaan dengan tarian tebedai. Selanjutnya, di depan Kapela Biara Fomento II, diadakan ibadat penerimaan yang dipumpin oleh Presiden Fundasi, Sdr. Nicolau José Florentino OFM. Selepas seremoni penyambutan tersebut, rombongan beristirahat untuk makan siang dan persiapan untuk rangkaian acara sore hari.
Pertemuan-Pertemuan
Pada sore hari, dimulai tepat pukul 16.00 WIT, acara berlanjut dengan agenda pertemuan. Dua pertemuan diselenggarakan yakni bersama Familia Franciscana Timor Leste (FRATILES) dan kaum muda (Juventude Franciscana – JUFRA). Pada pertemuan bersama FRATILES, hadir perwakilan dari konggregasi Fransiskan, yakni SFSC, Divina Providencia, Vitoriana, Conceipcionista, FSGM, FCJM, OSF Semarang, OFM, OFMCap dan lain sebagainya. Pertemuan berlangsung dengan tema “Berjalan Bersama untuk Membangun Hidup.”
Pada kesempatan itu, Sdr. Massimo Fusarelli OFM mengingatkan kembali para Fransiskan perihal sejarah awal St. Fransiskus Assisi. St. Fransiskus Assisi mendengar suara dari salib dan melaksanakannya. Suara itu meminta Fransiskus untuk pergi dan memperbaiki Gereja Allah yang semakin Rusak. Beliau menjelaskan bahwa panggilan para Fransiskan adalah untuk berjalan bersama dalam membangun Gereja Kristus.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa membangun Gereja Kristus berarti membangun Gereja yang hidup. Hal tersebut dimulai dengan membangun diri sendiri, komunitas, dan Gereja yang lebih luas. Ia mengajak para Fransiskan untuk bekerja sama sebagai saudara guna membangun hidup bersama yang lebih baik. “Terinspirasi dari St. Fransiskus Assisi, kita dipanggil untuk mengingat kembali bahwa kita adalah saudara dan saudari, karena kita mempunyai satu Bapa yaitu Allah Bapa,” jelas beliau.
Sdr. Massimo juga mengingatkan keluarga besar Fransiskan untuk berjalan bersama dalam semangat sinodalitas sebagaimana diharapkan oleh Gereja universal. Keutamaan yang dibutuhkan dalam sinodalitas adalah saling mendengarkan dan berbelas kasih. Sdr. Massimo juga berkesempatan mendengarkan sharing hidup dan karya kerasulan para Fransiskan-Fransiskanes di Timor Leste.
Pada pertemuan kedua, Sdr. Massimo asik bercengkerama dengan kaum muda (Juventude Franciscana – JUFRA). Sekitar 60 orang muda hadir dalam pertemuan ini. Mereka datang dari berbagai tempat di mana para Saudara Dina berkarya, yakni Paroki Fatuberliu, Paroki Alas, Kapela Fomento II, Kapela Aimeti Laran, serta Stasi Fatumea.
Sdr. Massimo mengawali pertemuan dengan menyapa dan menanyakan nama orang muda satu per satu. Hal itu dilakukan bukan tanpa alasan. “Nama adalah tanda. Setiap nama berkaitan dengan satu pribadi. Allah memanggil setiap pribadi bukan memanggil kerumunan manusia. Dari kisah Injil kita mendengar bagaimana Yesus memanggil para murid-Nya. Ia memanggil mereka dengan nama mereka masing-masing,” jelas beliau.
Selanjutnya beliau menekankan di hadapan orang muda bahwa mereka mesti memiliki mimpi. Hal ini perlu karena orang muda hidup pada zaman di mana orang tidak lagi memiliki harapan dan mimpi. Orang merasa seperti hidup hanya untuk hari ini. Sebagai orang beriman, apa lagi beriman pada Yesus Kristus, orang muda mesti hidup dalam pengharapan. Berharap pada pribadi Yesus Kristus yang tidak hanya menderita dan wafat di kayu salib tetapi juga bangkit dari antara orang mati.
Berikutnya, dalam sesi tanya jawab dengan orang muda, beliau juga menjelaskan perihal perlunya upaya mendamaikan dua aspek penting dalam hidup manusia, yakni akal budi dan hati. Terkadang orang hanya menekankan akal budi (rasionalitas). Akibatnya, aspek rasa dan kepedulian terhadap sesama menjadi kecil. Hal ini dapat berarti hilangnya rasa kemanusiaan. Lantas, sebenarnya, setiap orang mesti menjaga keseimbangan antara akal budi dan hati.
Meniru cara berpikir Allah
Seluruh rangkaian pertemuan ditutup dalam perayaan ekaristi. Umat di sekitar Biara Fumento II turut hadir. Perayaan ekaristi dirayakan secara konselebran dalam Bahasa Portugis. Minister General menjadi konselebran utama didampingi oleh 20-an imam. Hadir juga Mgr. Marco Sprizzi, perwakilan Nunciatura di Timor Leste. Para Saudara Dina dari Atambua juga ikut ambil bagian. Dari segi pertimbangan jarak dan waktu, mengikuti visitasi Minister General di Timor Leste dibandingkan di Jakarta adalah pilihan tepat.
Menguraikan perikop Injil tentang penggandaan roti dan ikan dalam homilinya, Sdr. Massimo mengatakan bahwa setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap realitas yang sama. Demikian juga terjadi pada saat Yesus menggadakan roti. Ia tergerak oleh rasa belas kasihan. Beliau mengatakan bahwa dalam hidup sehari-hari, seringkali manusia merasa terlalu miskin (baca: selalu kurang) sehingga hasrat untuk berbagi diurungkan.
Yesus mengajarkan para pengikutnya untuk senantiasa saling berbagi kendati yang dimiliki hanya sedikit. Panggilan hidup pengikut Kristus adalah saling berbagi dan memberi perhatian terutama kepada mereka yang miskin dan yang membutuhkan. Menjadi pengikut Kristus berarti mengikuti logika/cara berpikir Allah, yakni untuk saling berbagi dan memperhatikan satu sama lain, bukan bersikap egois dengan senantiasa mengutamakan diri sendiri.
Seusai misa, acara dilanjutkan dengan Cultural Night. Sembari santap malam bersama umat dan tamu yang hadir, Minister General juga menikmati suguhan tampilan kesenian para Saudara Muda, anak-anak, serta kaum muda. Tampilan tari tradisional dan musik modern mewarnai kemeriahan acara visitasi Minister General pada hari pertama. Acara ditutup dengan menari bersama.
Tinggalkan Komentar