Hari Studi Dosen Teologi Driyarkara

Para dosen ProdiT Driyarkara yang menghadiri Hari Studi di Samadi Klender. Tidak tampak dalam gambar Rm. Riki Maulana Bauwarsa.

Para dosen ProdiT Driyarkara yang menghadiri Hari Studi di Samadi Klender. Tidak tampak dalam gambar Rm. Riki Maulana Bauwarsa.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Program Studi Teologi, dosen-dosennya mengadakan hari-hari studi, yang berlangsung dari 23 s/d 25 Agustus 2013.  Acara ini berlangsung di Samadi Klender, Jakarta Timur.

Sesungguhnya, saat ini jumlah dosen tetap Program Studi Teologi pada Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, ada puluhan orang. Kita daftarkan secara acak nama-nama mereka ini: BS Mardiatmadja SJ, Ign L Madya Utama SJ,  Yohanes Purbo Tamtama (imam KAJ), Adrianus Sunarko OFM, Petrus K. Aman OFM, Vitus Rubianto Solichin SX, A Eddy Kristiyanto OFM, A Nugroho Widiyono SJ.

Selain itu, ada dosen-dosen muda, yang statusnya sampai saat ini adalah Calon Dosen Tetap. Mereka ini adalah A Purnomo OFM, J Ferry Susanto dan Riki Maulana Bauwarsa (keduanya imam KAJ), A Widhiwiryawan SX, Frumensius Gions OFM.

Dalam Hari-hari Studi ini hanya sembilan dosen yang hadir. Mereka yang tidak hadir, tentu, memiliki alasan yang masuk akal dan dapat ditoleransi.

PRODIT DRIYARKARA

Pembahasan yang menyerap konsentrasi dan intensif adalah bagaimana meningkatkan daya tarik Program Studi Teologi? Ada indikasi yang memperlihatkan bahwa Program Studi  Teologi (selanjutnya disingkat ProdiT) kurang menarik minat banyak kaum awam. Mengapa? Karena, output ProdiT dalam hal ini lulusan-lulusannya tidak dibekali dengan keterampilan dan keahlian yang siap pakai, dan terutama tidak akan bergerak dalam lapangan kerja yang menghasilkan uang. Lain halnya dengan lulusan ekonomi, hukum, teknik, dlsb.

Ada fakta yang tak terbantahkan, bahwa frater-frater yang karena statusnya studi Teologi di ProdiT,setelah mereka tidak lagi menjadi calon imam dan keluar, banyak yang tidak meneruskan studi di ProdiT, melainkan pindah ke ProdiF (Program Studi Filsafat). Mengapa? Karena mereka menduga bahwa lulusan ProdiT tidak “bisa dipakai untuk mencari makan”.

Diungkapkan, bahwa secara realistis bertambahnya jumlah mahasiswa  (awam) reguler tingkat Sarjana (S1) tidak akan memperlihatkan tanda-tanda yang signifikan. Maka, yang dibidik adalah mahasiswa reguler (awam) yang sudah mapan secara ekonomis.  Ada simptom yang menunjukkan bahwa Jakarta dan sekitarnya memiliki kebutuhan sangat tinggi pada pendalaman pengetahuan iman dan refleksi atasnya, yakni teologi.

Fakta memperlihatkan bahwa ada beberapa mahasiswa (awam) tingkat sarjana, yang belajar teologi dengan serius. Kini saatnya kaum awam Katolik mengenali dengan lebih baik refleksi iman yang perlu.  Maka ProdiT menawarkan TuAK (Teologi untuk Awam Katolik). ProdiT mulai tahun 2014 akan “menyongsong bola”, menyapa umat, menawarkan “pendalaman iman atas asas-asas kekatolikkan”.

Materi dan model teologi untuk awam harus diracik dengan menarik. Materi itu antara lain mengenai “Dengan Tubuh ke Surga” (teologi moral), “Allah versus Senayan” (teologi politik), “Bahaya Maria: Mengapa Sejumlah Aliran Menolak Maria” ( teologi sistematik). Setiap materi selalu dibahas dengan memperhatikan dimensi alkitab, doktrin, dan hal-hal praktis/pastoral.

Pada saatnya, jika evaluasi atas pola “menyongsong bola” bernilai positif, ProdiT akan melebarkan sayap ke dekenat-dekenat. Sejumlah perangkat yang dapat diajak kerjasama telah siap. ProdiT hanya berpandangan, bahwa saatnya telah tiba untuk mempengaruhi, mendorong, dan memotivasi umat untuk berteologi demi mempertanggungjawabkan iman.

Sejumlah asumsi keliru yang beredar dalam masyarakat gerejawi selama ini, kiranya sudah waktunya untuk diubah. Asumsi itu, misalnya bahwa STF Driyarkara, khususnya ProdiT itu hanya untuk (calon) imam, bruder, dan suster; teologi itu sulit dan mengawang; teologi itu  tidak membuat “dapur mengepulkan asap”, dlsb.

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG

Rangkaian syering, diskusi, dan pertukaran gagasan selama hari-hari studi ini dirasakan sangat positif, sehingga kesempatan yang sama pada tahun 2014 pun telah dirancang. Kami semua sadar dan yakin, bahwa hari studi seperti ini merupakan sesuatu yang perlu, bagaikan sebuah on-going formation untuk para dosen ProdiT.

Dengan salah satu butir gagasan yang matang, yakni mendekatkan teologi kepada umat, para dosen ProdiT hendak mendharmabaktikan ilmu dan kewibawaannya  demi pelayanan yang lebih baik. Secara tidak langsung, para dosen hendak memperkenalkan siapakah PROGRAM STUDI TEOLOGI pada STF Driyarkara itu dalam rangka mencerahkan budi,  menajamkan nurani, dan mendorong aksi insan Kristiani dalam dinamika masyarakat.

Diharapkan “ProdiT Driyarkara”  semakin memenuhi dan menjawab tantangan zaman Ibukota Jakarta dan sekitarnya.  Inilah sebentuk promosi sehat, supaya ProdiT dikenal dan disayangi. Semoga tidak bakal ada lagi celoteh, “Kami tak kenal ProdiT Driyarkara, maka kami tak sayang!” Celoteh lama itu akan hilang tak berbekas dalam waktu tidak terlalu lama. Semoga! ****

Kontributor: Sdr. A. Eddy Kristiyanto, OFM

 

2 Comments

  • awam tulen (bukan D/O dari suatu konggregasi)yang sekolah teologi di STF Driyarkara pada umumnya adalah yang sudah mapan dan sekolah di sana tidak dengan tujuan cari kerja dengan ijazah yang diperolehnya, tapi kerinduan untuk belajar lebih banyak/ingin tahu tentang Allah dan Gerejanya karena pengetahuan ini tidak didapat di paroki masing”, walaupun sekarang sudah ada PIKAT di paroki saya. Apa hasilnya? Yang jelas, dengan sekolah disana, mengkoreksi pengertian yang selama ini keliru; menambah wawasan dan pengetahuan baru, termasuk didalamnya menengok berbagai macam sepak terjang para frater yang konggregasinya berbeda; dengan demikian relasi yang terbina antara diri sendiri dengan Allah, sesama dan alam sekitar menjadi lebih baik. Kesadaran untuk berpartisipasi dalam kerajaan Allah meningkat dan saya tidak pernah menyesal sekolah disana, walaupun tidak mudah untuk orang yang berdomisili di Bintaro. Terima kasih banyak, Tuhan memberkati.

  • “Nyatanya memang lulusan teologi susah cari kerja karena lapangan kerja bidang teologi terbatas, apalagi tidak mendapat Akta IV. Menjadi tidak susah karena pribadi yang terbentuk baik dan dibutuhkan dalam dunia kerja, disiplin, mau belajar, siap menanggung risiko, kreatif, inivatif, kreatif, dll. Maka, pendidikan karakter baik langsung maupun tidak langsung diperlukan. Saya mendapatkan yang terakhir ini juga di STF Driyarkara.” Ini kutipan langsung dari SMS yang dikirimkan oleh salah seorang lulusan Program Studi Ilmu Teologi, setelah membaca reportase ini. Saya menyalin SMS dengan tidak meminta izin terlebih dahulu. Maka, nama pengirim SMS tidak saya tuliskan. Selamat bekerja keras dengan penuh suka cita.

Tinggalkan Komentar