Komitmen Menjaga Ibu Bumi sebagai Rumah Bersama

Minister General dalam dialog antariman sedang menyampaikan perspektif Fransiskan terkait ekologi.

Jakarta, OFM – Pada hari Rabu, (14/8/2024) pagi, bertempat di Pura Adhitya Jaya, Rawamangun, Jakarta Timur, Minister General, Sdr. Massimo Fusarelli OFM bersama Sdr. John Wong OFM, Sdr. Baptist D’souza OFM, Minister Provinsi, Sdr. Mikhael Peruhe OFM, dan para Saudara Dina berkumpul bersama sejumlah tokoh agama dan keyakinan dalam dialog antar agama dan kepercayaan.  Acara berlangsung dari pagi hingga siang hari, pukul 09.00-13.00 WIB. Pertemuan ini merupakan bagian dari salah satu agenda kunjungan Minister General di Indonesia. Pertemuan yang dikoordinir oleh para Saudara Dina yang berkarya di JPIC OFM Indonesia ini menghadirkan beberapa tokoh lintas agama dan keyakinan serta pegiat sosial sebagai narasumber di antaranya Dini Pramita Pramita (Jaringan Advokasi Tambang), Pdt. Matias Filemon Hadiputro, M.Fil (Pendeta Gereja Kristen Jawa), Dr. Budhy Munawar Rachman (Dosen Islamologi dan Filsafat Islam Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta) dan Nissa Wargadipura (Islam), Bhante Atthadhiro Thera (Budha Sangha Theravāda Indonesia), Dr. Untung Suhardi (Hindu) dan JM I Wayan Gelgel (Pura Adhitya Jaya), Prof. Dr. Chandra Setiawan (Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia), dan Nasrin Astani (Nawruz-Aliran kepercayaan Baha’i).

“Kita bisa melihat, di beberapa tempat, dunia dan agama seperti sedang berkonflik, tapi masalahnya bukan pada agamanya. Ini adalah instrumen politik bukan agama. Agama adalah kesempatan untuk bersama saling menghormati, dan kita memerlukan beberapa kesamaan pandangan, jelas Sdr. Massimo dalam pemaparannya.” Menurut Sdr. Massimo, perhatian pada ekologi menjadi “titik temu” bagi berbagai agama dan keyakinan untuk saling mengenal dan bekerja sama serta membantu agar masyarakat semakin bertumbuh.  “Agama bukan halangan, bukan pula batasan. Ia adalah peluang dan landasan utama bagi perjuangan ekologi integral, manusia, dan kehidupan sosial. Oleh karena itu, perjumpaan dan dialog ini sangat penting rasanya bagi saya untuk saling mengenal dan bekerja sama,” tegas Sdr. Massimo.

Mendengarkan secara seksama pemaparan tokoh agama lain terkait persoalan ekologi

 

Beliau mengungkapkan pula rasa bahagianya dengan diadakannya dialog lintas iman dan kepercayaan ini. Dialog yang membahas persoalankemanusiaan dan ekologi adalah bagian dari upaya untuk membangun masa depan dan kesejahteraan bersama yang lebih baik. “Ada rasa damai dan saling menerima, hidup bersama, serta dalam dialog begitu tergambar kesatuan, orang-orang di Indonesia hidup bersama dalam perbedaan-perbedaan. Di tempat lain, negera lain, keberagaman adalah suatu hambatan untuk persatuan (unity). Di sini saya melihat anda sebagai warga negara dengan saling toleransi, saling menerima, karena anda memiliki pilihan pada beberapa nilai untuk dibagikan. Ada kesamaan budaya saya temukan di Afrika dan Amerika Selatan, tetapi di sini sangat spesifik. Saya sangat tersentuh dengan Indonesia, dan ini saya harap jadi pijakan bagi dunia,” ungkap Sdr. Massimo.

para peserta dialog menyaksikan tampilan tari tradisional Bali dan Dayak.

Sementara itu, narasumber lain dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan mengungkapkan pandangan iman dan agama mereka berkaitan dengan ekologi dan upaya menghargai alam ciptaan di sekitarnya. Tanpa kecuali,  para narasumber mengangkat topik persoalan ekologi dan kemanusiaan sebagai masalah yang serius dan memprihatinkan di negeri berbhinneka ini. Semua sepakat bahwa persoalan ekologi bukan persoalan spesifik keyakinan tertentu tetapi persoalan lintas keyakinan. Selain dialog gagasan, di sela-sela acara terdapat tampilan tari Sufi dan tari tradisional Bali dan Dayak. Ini sekaligus menjadi kesempatan memperkenalkan keberagaman seni Nusantara kepada Minister General.

Dialog ini ditutup dengan penandatanganan deklarasi komitmen bersama untuk menjaga “bumi sebagai rumah kita bersama” di tengah sejumlah persoalan krisis ekologi saat ini.  Butir-butir komitmen yand dideklarasikan antara lain, pertama, mewujudkan cara hidup yang berlandaskan semangat persaudaraan di tengah keberagaman. Kedua, menghormati dan menjunjung tinggi martabat setiap individu, terutama mereka yang terpinggirkan atau termarjinalkan. Ketiga, menegakkan keadilan ketika terjadi diskriminasi, korupsi, dan eksploitasi. Keempat, mewartakan terus-menerus nila-nilai perdamaian di tengah masyarakat luas. Kelima, menjaga bumi sebagai rumah bersama dengan menjalani gaya hidup sederhana dan menghargai kesucian atau kesakralan alam. Keenam, menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat, dan berkelanjutan, dan ketujuh, menjamin terpenuhinya hak-hak masyarakat adat dan generasi mendatang, melestarikan kearifan lokal, serta memastikan kesejahteraan bumi.

Berpose bersama sebagai Saudara Dina di depan pintu Pura

Selain para narasumber dari berbagai latar belakang keyakinan, acara ini juga dihadiri oleh berbagai pihak dengan latar belakang keyakinan yang beragam pula. Selain itu, sejumlah awak media turut hadir meliput kegiatan ini. Setelah dialog, Minister General berkesempatan diwawancarai oleh sejumlah wartawan dan stasiun TV Nasional.

Kontributor: Sdr. Jimmy HR Tnomat OFM

Ed.: Sdr. Rio OFM

Tinggalkan Komentar