Psikosomatis – Apa Itu?

Rubrik Saudara Bambang Menjawab berisi konsultasi  seputar kesehatan yang diasuh oleh Sdr. Bambang Trimargono OFM – seorang fransiskan sekaligus dokter yang berkarya di bidang kesehatan.

 

Pertanyaan:

Bruder, apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan ‘psikosomatis’ dan mengapa selalu dikaitkan dengan kesehatan fisik orang? Terimakasih! (Sdr. Haward)

 

Jawaban:

Psikosomatis terdiri dari dua kata yakni psyche (pikiran, jiwa, atau roh) dan soma (tubuh). Istilah Psikosomatis ini digunakan untuk menyatakan keluhan fisik (soma) subjektif disebabkan dan diperberat/diperparah oleh adanya gangguan jiwa (psyche) seperti stress, takut, cemas atau depresi.  Pada gangguan psikosomatis ini, terdapat gangguan fisik dan semakin parah dengan adanya gangguan jiwa tersebut. Contohnya seseorang yang mengalami sakit lambung karena adanya luka, akan mengeluhkan sakit lebih hebat pada saat mengalami stress, kecemasan, atau gangguan jiwa tersebut. Begitu juga dengan orang yang menderita tekanan darah tinggi, dengan adanya gangguan jiwa tersebut, tekanan darahnya makin tidak terkontrol dan makin berat. Namun, pada saat gangguan jiwa tersebut berkurang/hilang, keluhannya pun berkurang dan bahkan tidak muncul keluhan.

Fenomena gangguan psikosomatis ini menunjukan adanya hubungan pengaruh yang cukup dekat antara psyche (jiwa/pikiran) dan soma (tubuh). Pada struktur otak, terdapat organ yang berfungsi sebagai penghubung antara sistem hormonal dan sistem saraf yakni hypothalamus.

Hypothalamus ini merangsang hormon untuk menghasilkan hormon di kelenjar pituitary melalui sinyal saraf dan mengedarkannya ke seluruh tubuh. Pada saat muncul gangguan stress, saraf simpatis akan teraktivasi dan memicu dihasilkannya hormon catecholamine (hormon stress). Hormon stress ini meningkatkan sensitivitas rasa perasaan seseorang akan adanya ancaman seperti keluhan fisik. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika luka yang kecil dapat dirasakan seakan-akan seperti luka yang hebat. Namun, mekanisme terjadinya hal tersebut masih belum begitu jelas.

Keluhan psikosomatis tersebut dapat diredakan dengan metode psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif. Metode ini bertujuan melatih cara berpikir (fungsi kognitif) dan cara bertindak (perilaku). Dengan metode ini, diharapkan penderita dapat mengubah sudut pandang akan permasalahan atau situasi yang menantang dalam hidupnya.  Bersama dengan hal itu, cara bereaksi terhadap permasalahan pun akan berubah. Jika diperlukan, dokter dapat menambah dengan memberi obat antidepresan untuk kasus psikosomatis yang relatif lebih berat.

Selain gangguan psikosomatis, ada lagi istilah yang mirip yakni gangguan somatisasi. Istilah gangguan somatisasi digunakan untuk menyatakan adanya keluhan fisik tetapi tidak terbukti adanya gangguan/kelainan fisik yang dikeluhkan dari pemeriksaan medis. Pada gangguan somatisasi ini, orang mengeluhkan berbagai jenis gejala fisik yang berbeda-beda dan tidak berkaitan di saat yang bersamaan. Misalnya menyatakan nyeri kepala, nyeri perut, nyeri kaki dan nyeri mata pada saat bersamaan. Gangguan somatisasi ini dapat ditegakkan jika berlangsung lebih dari 6 bulan.

1 Komentar

Tinggalkan Komentar