Siap Diutus Menjadi Pelayan yang Go Public

Sukabumi, OFM — Pada Senin hingga Rabu (10-12/03/25), Sdr. Gabriel Rionaldi Wijaya Emar, OFM dan Sdr. Stefanus Harkam Nampung OFM menjalani triduum di Rumah Retret St. Lidwina, Sukabumi. Keduanya mempersiapkan diri sebelum menerima tabhisan diakonat pada tanggal 20 Maret 2025 mendatang. Selama 3 hari, didampingi Sdr. Effendy marut OFM, keduanya mendalami materi-materi berkaitan dengan hakekat menjadi seorang pelayanan.

Sesi pertama dimulai pada Senin, 10 Maret 2025, Pukul 20.00 WIB. Pada sesi tersebut, Sdr. Fendy, OFM memberikan pengantar tentang ikhtiar memelihara karisma sebagai pelayan yang Fransiskan. Menurutnya, merenungkan identitas panggilan tidak terlepas dari dimensi kongnitif dan realita lapangan. Proses permenungan perlu melibatkan kesadaran dengan terus belajar kerendahan hati dalam kehendak Allah dan komitmen terhadap panggilan yang telah dipilih. Hal tersebut membantu setiap orang untuk mencapai transendensi diri melampaui aktualisasi diri sehingga mencapai harapan bahwa setiap orang adalah pendosa yang dikasihi Allah.

Sesi kedua berlangsung pada Selasa, 11 Maret 2025 serta terbagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama di pagi hari, Sdr. Fendy menjelaskan pendasaran Kitab Hukum Kanonik (KHK) kanon 1008 dan 1009 tentang tahbisan. Lebih lanjut, merujuk pada perikop Luk. 8:4-15, Sdr. Fendy menjelaskan perihal disposisi sikap setiap pelayan. Terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu tanah dan benih. Tanah menjadi hal yang perlu mendapat perhatian utama sebab menggambarkan disposisi  manusiawi setiap pribadi. Disposisi tersebut merupakan titik tolak untuk mencapai kekudusan personal.

Berfoto bersama setelah Perayaan Ekaristi penutupan kegiatan triduum.

Pada bagian kedua dan ketiga, di sore dan malam hari, Sdr Fendy mengantar kedua saudara merefleksikan perikop Luk. 5:1-11. Pada dua bagian pertemuan ini, Sdr. Fendy mengajak kedua calon Diakon mendalami pokok refleksi perihal menjembatani idealisme pelayanan dan keadaan aktual dalam pelayanan. Selain itu hal penting lain yang dibahas adalah perilah menciptakan suasana persaudaraan di medan karya.Setiap pribadi Fransiskan adalah pencipta persaudaraan bukan penikmat persaudaraan. Menjadi pencipta persaudaraan tidak terlepas dari dimensi interpersonal dan intrapersonal tiap pribadi.

Sesi ketiga dilaksanakan pada Rabu, 12 Maret 2025 serta terbagi dalam dua bagian. Pada dua bagian pertemuan yang terjadi dari pagi hingga siang hari ini, Sdr. Fendy menyajikan materi perihal dasar pelayanan seorang Diakon. Pelayanan sebagai diakon menjadi awal bagi seorang pelayan tertahbis untuk go public. Ini merupakan langkah awal yang memiliki konsekuensi besar. Seorang Diakon akan tampil di depan umum dalam setiap pelayanan yang dilakukan.

Oleh karena itu, sikap rendah dan tunduk (AngTBul pasal 7 ayat 2) menjadi poin penting untuk membangun sikap keredahan hati khas fransiskan. Penyangkalan diri dan hidup dalam perspektif syukur akhirnya membuat setiap orang tidak dipanggil untuk mencapai prestasi heroistik, tetapi memberi kesaksian sukacita sebagai pribadi yang dicintai, dipilih, dan selalu dikuatkan oleh rahmatNya. Sukacita karena diterima Allah menumbuhkan pola pikir yang bersifat growth mindset dan sense of belonging terhadap persaudaraan. Kegiatan triduum ini ditutup dengan perayaan ekaristi bersama yang dipimpin oleh Sdr. Mateus Leonardus Batubara, OFM, koordinator on going formation persaudaraan OFM Indonesia .

Kontributor:  Sdr. Aldi, OFM

Ed.: Sdr. Rio OFM

Tinggalkan Komentar