Tahun 2019 ini merupakan tahun yang istimewa bagi Persaudaraan OFM Provinsi St. Mikael di Indonesia. Bertepatan dengan 800 tahun Damieta (peristiwa perjumpaan St. Fransiskus dan Sultan Malik al-Kamil), OFM Indonesia juga merayakan 90 tahun kehadirannya di bumi nusantara.
Judul di atas merupakan tema dari perayaan ini. Kata “meraga” dikaitkan dengan judul buku “Khresna Mencari Raga” karangan Sdr. A. Eddy Kristiyanto OFM. Buku ini diterbitkan 10 tahun lalu, dalam rangka 80 tahun kehadiran (kembali) OFM di Indonesia. Dalam buku tersebut, Sdr. Eddy menyampaikan sejarah kehadiran Fransiskan OFM di Indonesia. Para pinisepuh Sunda di Jawa Barat memberikan gelar Khresna kepada para Fransiskan. Gelar ini diberikan karena para Fransiskan memiliki ciri-ciri lahiriah seperti Khresna. Kalau Khresna sekujur tubuhnya berkulit hitam dan mengenakan badong (aksesoris di punggung), maka para Fransiskan mengenakan jubah berwarna hitam-coklat dengan kap di punggung. Kini, Khresna itu sudah meraga dalam diri para saudara Fransiskan.
90 tahun kehadiran OFM di Indonesia dihitung sejak 5 misionaris sejak Provinsi Para Martir dari Gorkum – Belanda tiba di Batavia pada 21 Desember 1929. Mereka menumpang kapal P.C. Hooft. Kelima misionaris tersebut adalah Victorinus Beekman, Floribertus Schneider, Azarius de Kok, Paschalis Heitkonig, dan Michael Lunter. Setelah mendarat, mereka langsung diantar ke gereja Katedral Maria Assumpta dan menghadap pimpinan Gereja di Jakarta, Mgr. A. van Velzen. Kehadiran 5 saudara OFM ini menandai kembalinya Saudara Dina ke bumi nusantara. Kenapa disebut kembalinya?
Sebenarnya, sejak 6 abad sebelumnya, Fransiskan sudah hadir di bumi nusantara. Data sejarah menunjukkan bahwa sekitar tahun 1323-1325, beato Odorikus Pordeone OFM dalam perjalanan misinya ke China singgah di Sumatra (Barus), Jawa, Kalimantan.
Kehadiran Fransiskan berikutnya berkaitan dengan penjelajahan Bangsa Eropa mencari rempah-rempah. Tercatat kehadiran Fransiskan dari Portugis pada tahun 1512 di Ambon, 1285-1599 di Blambangan dan, tahun 1563-1678 di Sulawesi. Pada masa tersebut, misi Fransiskan belum menemukan tanah yang subur untuk tumbuh dan berkembang. Baru pada tahun 1929, Fransiskan kembali hadir di bumi Indonesia dan keberlanjutannya tetap terjaga sampai sekarang.
90 tahun meraga di Nusantara, sekarang ini para Fransiskan berkarya di 9 keuskupan. Karya dan pelayanan para pengikut si miskin dari Assisi ini meliputi karya paroki (17 paroki), karya persekolahan, karya pendidikan calon imam, panti asuhan dan asrama. Selain itu ada juga advokasi dan animasi terkait keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan, pastoral lingkungan hidup, pastoral orang sakit dan saudari maut, serta pastoral kitab suci, karya misi, pendampingan retret dan rekoleksi, konseling, dsb.
Perayaan 90 tahun kehadiran OFM di bumi nusantara ini menjadi momen yang tepat bagi para Fransiskan untuk bersyukur, berefleksi, mengevaluasi diri dan akhirnya menatap masa depan. Mempersiapkan hidup dan karya pelayanan injili yang sesuai konteks zaman, mencoklatkan nusantara. 21 Desember 1929 – 21 Desember 2019, PROFICIAT…
Oleh: Oki Dwihatmanto, OFM
Tinggalkan Komentar