Cerita dari Kali Mulya

Gardianat San Damiano Depok, Senin 29 November 2021 mengadakan ziarah bersama ke makam para Saudara Dina di Kali Mulya. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai momen untuk memperingati hari arwah yang jatuh pada 2 November, yang sekaligus disatukan dalam peringatan Orang Kudus Fransiskan 29 November. Peserta ziarah terdiri dari Komunitas Pastoran St. Paulus Depok dan Komunitas Novisiat Transitus Depok (Nostrade). Tepat pukul 06.15 para saudara komunitas Nostrade (para novis dan magisternya) berjalan kaki menuju halte depan RS Hermina untuk menanti angkot D10. Saudara Ignas berangkat dari Seminari Stella Maris Bogor. Sementara saudara Alex dan saudara Wiwin (Komunitas CDR) dijemput oleh para saudara dari Komunitas Pastoran.

Setiba di pemakaman Kali Mulya, para saudara langsung menuju ke Musoleum untuk bersiap diri merayakan Misa bersama. Para Novis melakukan pemanasan untuk sejumlah lagu yang akan dibawakan dalam Misa. Perayaan ekaristi dipimpin oleh saudara Anton Widarto, selaku gardian. Dalam kotbahnya, beliau menegaskan bahwa kita harus senantiasa hidup sesuai Anggaran Dasar sebagaimana yang telah dihayati oleh para saudara yang mendahului kita. Selain itu, hendaknya diyakini juga bahwa para saudara itu telah menjadi orang kudus di surga dan senantiasa mendoakan kita.

Setelah perayaan Ekaristi, para peziarah mengunjungi satu-persatu makam para saudara, sambil menabur bunga dan menyalakan lilin. Saudara Alex dan saudara Alfons menjadi narasumber utama dalam menjelaskan riwayat hidup para saudara yang beristirahat di pemakaman ini. Beberapa kali novis-novis berdecak kagum dengan kisah hidup para saudara yang sangat menarik sebagaimana diterangkan kedua narasumber tersebut. Namun, ada juga perasaan kaget dan terharu dengan kepergian beberapa saudara yang dinilai sangat tragis, seperti ditabrak atau hilang tenggelam di laut. Diceritakan pula mengenai beberapa hal lain seperti: saudara pribumi pertama yang menjadi Fransiskan, kisah awal mula pemakaman Kali Mulya, dan bagaimana tulang para saudra yang sudah dikubur lebih dari 20 tahun sekarang disimpan dalam “altar” di pemakaman ini. Banyak pesan yang diterima para novis menjadi inspirasi yang menguatkan panggilan mereka menjadi Fransiskan. Pesan-pesan itu antara lain mengenai keteguhan hati, keuletan, kesetiaan, kesederhanaan, dan kerendahan hati para saudara dalam setiap tugas pelayanan mereka baik sebagai imam maupun bruder dimana pun mereka ditugaskan.

Pater Ignas sesekali bercakap dengan makam para saudara yang telah meninggal. Ia menyapa mereka dengan caranya sendiri yang unik dan lucu. Pater Alex banyak bercerita mengenai magisternya, Cletus Groenen, yang dulu sangat akrab dengannya, seperti adik dan kakak. Pater Alfons, sambil mengedit foto Pater Berto yang telah dipotretnya, ikut melucu bersama para novis yang lain seraya sesekali menjawab beberapa pertanyaan yang mereka ajukan.

Peziarahan ini ditutup denga doa satu kali Salam Maria dari 24 saudara yang hadir. Setelahnya para saudara beristirahat bersama sambil menikmati makanan dan minuman ringan yang disediakan umat yang tinggal di sekitar area pemakaman. Bruder Wiwin memainkan peran utama dalam menghibur para saudara dengan lelucon-lelucon cerdasnya. Suasana keakraban terjalin indah bersama para umat yang ikut bergabung. Canda ria bersama ini diakhiri dengan pemberian singkong sebagai buah tangan dari umat kepada para Novis.

Pada akhirnya, para peziarah berpamitan pulang seraya mengucapkan terima kasih kepada umat yang telah banyak membantu dalam kegiatan gardianat ini. Pater Alex dan Bruder Wiwin diantar pulang oleh komunitas pastoran. Sedangkan para novis dan magisternya, diantar pulang dengan dua kendaraan umat.

Sdr. Gebi dan Sdr. Avin

Tinggalkan Komentar