Connect With Nature, Hari Kedua Temu OMK

Hari kedua Temu OMK Lintas Paroki yang dilayani Para Fransiskan, Rabu (5/6), bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.  Diakon Jerry Ranus, OFM mengingatkan peserta akan peringatan penting ini saat membawakan rekoleksi pada pagi hari pukul 08.30-09.19 WITA. “Selain peringatan Orang Kudus, Uskup dan Martir Bonifasius  (680-754), hari ini juga merupakan peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.”

“Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2019 adalah connect with nature (berinteraksi dengan alam). Tema ini mengingatkan kita sebagai makhluk yang tidak bisa terpisah dari alam semesta. Manusia hanya bagian kecil dari alam semesta yang begitu luas ini.”

Mengutip pernyataan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si, Diakon Jerry OFM menambahkan, “ Kita bukan Allah, bumi sudah ada sebelum kita dan telah diberikan kepada kita (LS, 67). Dunia ini sudah ada sebelum kita. Jangan sok (baca: angkuh). Jangan sombong!”

Diakon asal Welu, Manggarai Timur ini menjelaskan sejumlah fakta krisis lingkungan global yang mesti mendapat perhatian serius umat manusia pada zaman ini. Beberapa di antaranya adalah polusi tanah, air, dan udara. Selain itu, juga terjadi perubahan iklim ekstrem, permasalahan sampah, mentalitas ‘pakai-buang’, serta rusaknya kenekaragaman hayati.

Ia menantang peserta untuk berkontribusi menyelamatkan bumi dan peradaban manusia yang terancam akibat kerusakan ekologi . “Mari kita masing-masing bertanya. Apa yang sudah saya buat? Apa yang bisa saya buat? Apa yang akan saya lakukan untuk menyelamatkan bumi dan peradaban manusia?”

Berinteraksi dengan Alam

Usai rekoleksi, peserta diajak untuk berinteraksi dengan alam (connect with nature). Sesi ini dilakukan dengan pendampingan khusus dari  tim Ekopastoral Fransiskan. Koordinator Bidang Ekopastoral JPIC OFM Indonesia, Sdr. Andre Bisa OFM mengemukakan, “setelah mendengar dan merenungkan  Sabda Allah dalam rekoleksi, kami mengajak teman-teman semua untuk mendengar sabda alam.”

Tim Ekopastoral Fransiskan mendampingi peserta dalam melakukan kegiatan konservasi, pembuatan pupuk organik, dan budidaya tanaman hortikultura. Kegiatan konservasi  dilakukan di dua tempat, yakni di Golo Waso dan Wae Kondo. Konservasi dilakukan dengan cara penanaman anakan pohon dan pembuatan lubang resapan air (biopori). Peserta dipandu untuk membuat bokasi (pupuk organik) di rumah pupuk. Sementara di lahan kering, peserta diajak untuk  terlibat dalam proses budidaya tanaman hortikultura seperti wortel, kol, pakcoi, mentimun, bayam, picai dan lain sebagainya.

Pastor Andre juga mengajak peserta untuk merayakan ibadat peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia bersama alam di empat tempat tersebut. Teks ibadat tematis Hari Lingkungan Hidup Sedunia disediakan oleh tim Ekopastoral.

Konservasi di Golo Waso

Dalam perjalanan menuju bukit Golo Waso, sekitar empat kilo meter dari Pagal, Enne, OMK asal Paroki St. Fransiskus Assisi Karot menyampaikan komentarnya, “dari jalan  raya peserta menanjak melewati setapak. Capek sekali dan berkeringat, tetapi semuanya terbayar dengan pemandangan indah yang dapat disaksikan ketika sampai di atas puncak bukit. Indah sekali. Keren!”

Kegiatan selanjutnya adalah konservasi di Golowaso, tepatnya di area perkebunan Ordo Fransiskan Sekular (OFS). Peserta menanam anakan pohon dan membuat lubang bioporidi sekitar pohon pada sejumlah titik tanam yang sudah disiapkan. Salah satu anggota OFS yang ikut serta dalam kegiatan ini, Bapak Simon Moses OFS, mengungkapkan harapan dan mimpinya, “Semoga dengan kegiatan ini, anak-anak muda semakin mencintai bumi ini. Siang ini kita menanam pohon di Golo Waso. Saya punya mimpi, suatu saat nanti Golo Waso  menjadi salah satu destinasi wisata rohani di wilayah ini,” ungkap Bapak Simon.

Konservasi Mata Air Wae Kondo

Pada saat bersamaan, kegiatan konservasi juga dilaksanakan di mata air Wae Kondo, sebelah timur wilayah pusat Paroki Kristus Raja Pagal.  Arsi, OMK asal paroki St. Fransiskus Assisi Tentang memberikan komentar singkatnya sehubungan dengan kegiatan ini. “Kegiatan ini terasa menarik karena melalui kegiatan ini saya dilatih untuk menanam pohon dan melakukan konservasi mata air. Dengan cara ini saya bisa berkontribusi secara nyata dalam melindungi Ibu Bumi.”

Sementara itu, Bruder Rahmat Simamora, OFM menggambarkan perjalanan bersama peserta menuju lokasi. “Dengan anakan pohon di tangan, peserta diarahkan oleh tim ke lokasi tanam yang sudah disiapkan. Peserta harus melewati jalanan yang terjal dan licin. Ada peserta yang terpeleset dan jatuh akibat jalanan yang licin tetapi itu yang membuat acara tanam pohon ini seru!”

Setelah melakukan konservasi, peserta diarahkan ke kantor Ekopastoral, tidak jauh dari Wae Kondo. Bertempat di green house untuk penangkaran benih, peserta kembali masuk dalam permenungan sabda untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup sedunia. Ibadat masih dipimpin oleh Diakon Jerry Ranus, OFM. Setelah membacakan Firman Tuhan, Diakon Jerry mengajak peserta untuk meresapkan Sabda Tuhan di tengah keheningan Ekopastoral yang memang berlokasi jauh dari pemukiman warga.

Belajar Membuat Pupuk Organik

Selanjutnya, bertempat di tempat pembuatan pupuk peserta didampingi staf Ekopastoral Bapak Jeni dan Bapak Ani Saju. Peserta dibimbing secara bertahap untuk mengenal praktek pembuatan pupuk organik.  “Ada lima bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan bokasi, antara lain sekam padi, dedaunan hijau, jerami padi, batang pisang, serbuk kayu, abu dapur abu dari penggilingan. Pada tiap lapisan pupuk, ditaburi MOL (mikro organisme local) guna mempercepat proses pelapukan bahan dan memangkas waktu pembuatan pupuk, jelas Bapak Jeni. ”

Pupuk bokasi yang dihasilkan oleh Ekopastoral selama ini bisa digunakan untuk berbagai jenis tanaman. “Bisa untuk segala jenis tanaman, seperti pohon cengkeh, padi, tanaman hortikultura dan sebagainya. Pokoknya semua bisa!” ungkap Bapak Ani.

Praktek di Lahan Kering

Berlokasi di area lahan kering Ekopastoral, Bapak Didet, salah satu staf Ekopastoral, memandu peserta dalam serangkaian aktivitas. Salah satunya, para peserta dibimbing untuk memasukan benih ke dalam wadah yang sudah disiapkan. Benih akan tumbuh dalam 21 hari sebelum akhirnya dipindahkan ke bedengan.

Peserta lain diberi tugas untuk mengangkut pupuk, menaburkan masing-masing dua genggam di tiap lobang tanam, dan menanam benih sayuran yang sudah siap tanam. Selain itu, ada juga yang dibimbing untuk menyiapkan bedengan dan  menyiangi rumput sekitar bedengan.

Kontributor: Sdr. Johny Dohut, OFM

Sumber: http://jpicofmindonesia.com/2019/06/connect-with-nature-hari-kedua-temu-omk/

Foto-foto
Para peserta belajar menanam sayuran organik pada bedengan yang telah disiapkan

Para peserta belajar menanam sayuran organik pada bedengan yang telah disiapkan

Para peserta sedang belajar membuat bokasi (pupuk organik) bersama staf Ekopastoral.

Para peserta sedang belajar membuat bokasi (pupuk organik) bersama staf Ekopastoral.

Belajar mempersiapkan benih tanaman

Belajar mempersiapkan benih tanaman

Menanam anakan pohon di area konservasi

Menanam anakan pohon di area konservasi

Tinggalkan Komentar