Visitasi Minister General pada hari ketiga (07/11/2024) ditandai dengan sejumlah pertemuan. Berbeda dengan hari sebelumnya, pada hari ini pertemuan dikhususkan bagi para Saudara Dina. Semua saudara, dari Postulan hingga Saudara Tua mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Minister General dan berbicara secara intens perihal dinamika hidup sebagai Saudara Dina. Pasca pertemuan, Minister General berkesempatan untuk mengunjungi sejumlah komunitas dan tempat karya para Saudara Dina di Fundasi St. Antonio de Lisboa.
Sharing Persaudaraan
Pertemuan pertama terjadi antara Minister General dan semua Saudara Dina. Pada pertemuan ini, para saudara berkesempatan membagikan kisah pelayanan dan hidup sebagai Fransiskan. Presiden Fundasi, Sdr. Nicolau OFM mendapatkan kesempatan pertama untuk melaporkan perkembangan persaudaraan Fundasi. Secara garis besar, beliau menjelaskan awal mula misi Fransiskan di Timor Leste terjadi atas undangan Uskup, Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo, SDB. Para Saudara Dina datang untuk mewartakan injil dengan kekhasannya sendiri. Berupaya menghidupkan Injil melalui cara hidup mereka. Para misionaris awal tidak hanya mewartkan Injil denagn kata-kata tetapi juga dengan cara hidup di tengah umat.
Hal tersebut menjadi inspirasi sekaligus humus bagi pertumbuhan dan perkembangan persaudaraan Fundasi. Hingga tahun 2024, terhitung para Saudara Dina berjumlah 60 orang, termasuk Saudara Muda. Jumlah ini merupakan kekayaan dan harapan bagi persaudaraan OFM di Fundasi. Tantangannya adalah meningkatkan mutu hidup bersama sebagai Saudara Dina.
Setelah Sdr. Nicolau, sharing berlanjut kepada saudara lain. Sdr. Virgilius OFM, pelayan Gardianat La Verna, Atambua berkisah tentang pelayanan di tengah umat Paroki Laktutus. Perhatian pada ekologi menjadi kekhasan pastoral para Saudara Dina di Atambua, baik di Kuneru maupun di Laktutus. Setelah itu minister mendengarkan sharing singkat dari para saudara mengenai sukacita dan harapan para saudara di masing-masing komunitas atau gardianat.
Pesan Minister General
Dalam pertemuan tersebut, Minister General menyampaikan sejumlah pesan. Pertama, berkaitan dengan proses formasi yang mesti diperhatikan kualitasnya. Kualitas yang dimaksud adalah perihal cara hidup yang khas sebagai Saudara Dina. Jumlah panggilan yang subur merupakan anugerah tetapi kualitas hidup sebagai Saudara Dina juga perlu diperhatikan. Lantas, proses formasi perlu memakai pendekatan personal kepada para Saudara Muda, bukan pendekatan secara masal (formasi kerumunan). Beliau juga menekankan perlunya formasi personal dan bina lanjut (on going formation).
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa cara hidup para Fransiskan adalah menjadi saudara dan dina. “Kita dipanggil untuk pertama-tama menjadi saudara, bukan menjadi imam,” ungkapnya. Beliau menyatakan keheranan akan jumlah Saudara Muda yang banyak tetapi tidak banyak yang memilih untuk menjadi Bruder. Dalam nada yang menantang beliau berkata secara tegas, “menjadi imam bukan di OFM tempatnya karena ada seminari yang menjadi tempat yang baik untuk membina imam-imam masa depan yang lebih baik. Sekali lagi, kita dipanggil untuk menjadi Saudara Dina.”
Kedua, beliau menjelaskan misi antarbangsa (ad gentes). Panggilan menjadi Fransiskan bukan hanya anugerah untuk Timor Leste. “Kita semua, yaitu Saudara-Saudara Dina bukan hanya untuk Timor Leste tetapi juga perlu keluar dari negara dan budaya kita untuk misi ad gentes. Secara tersirat beliau menjelaskan perihal kebutuhan akan misionaris. Namun, motivasi seorang Fransiskan untuk menjadi misionaris mesti berasal dari dalam hati yang tulus. Seorang misionaris juga mesti terbuka untuk belajar berbagai bahasa dan budaya.
Ketiga, beliau kembali mengikatkan para Saudara Dina perihal Kristus sebagai pusat hidup para Fransiskan. Perayaan 800 tahun stigmata St. Fransiskus menjadi momen bagi para Fransiskan untuk kembali berefleksi perihal relasi mereka dengan Kristus. Peristiwa stigmata menunjukkan bahwa Fransiskus termeteraikan oleh salib Kristus. Pusat hidup para Fransiskan adalah relasi dengan Kristus.” Maka kita mesti mempunyai waktu untuk berdoa secara pribadi, untuk misa dan devosi,” jelas beliau.
Keempat, beliau menjelaskan perihal cara berada para Fransiskan di tengah umat Allah. Beliau mengajak para saudara untuk senantiasa setia berada di tengah umat Allah. Beliau dengan tegas menolak cara hidup yang cenderung eksklusif. Pada bagian akhir pertemuan, beliau secara khusus bertatap muka dengan para Postulan dan Novis. Dalam pertemuan tersebut, beliau berbicara perihal motivasi panggilan menjadi Fransiskan. Ia mengharapkan sekaligus mengingatkan para Novis dan Postulan untuk menjadi Saudara Dina yang baik di masa mendatang.
Kunjungan Singkat
Pasca pertemuan, beliau mengunjungi sejumlah tepat karya dan komunitas para Saudara Dina di wilayah Fatuberliu. Sejumlah tempat yang dikunjungi adalah Ekopastoral Weto’o- Dotik, Komunitas Postulan dan Novis, lokasi Novisiat baru, Collegio de Assis, serta asrama putera. Kunjungan tersebut berlangsung singkat. Menjelang sore, setelah makan siang, rombongan kembali ke Dili.
Pada malam hari, Sdr. Massimo mengadakan pertemuan secara khusus dengan para Saudara Muda di Dili. Setelah itu, beliau juga berjumpa Presiden Fundasi bersama dewan. Seluruh rangkaian acara visitasi berakhir pada malam hari. Keesokan harinya (08/08/2024), Minister General dan rombongan meninggalkan Timor Leste. Visitasi berikutnya adalah wilayah Flores. Para Saudara Dina di wilayah Flores telah menanti.
Kontributor: Frei Marciano A. Soares, OFM
Ed.: Sdr. Rio OFM
Tinggalkan Komentar