Ekaristi Online Banyak Maknanya

Salah seorang umat sedang mengikuti perayaan ekaristi online yang diselenggarakan oleh Gereja Paroki St. Paskalis, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Seiring meluasnya pandemi Covid-19, Gereja Katolik mondial, baik pimpinan Gereja universal yaitu Paus di Vatikan, maupun banyak Gereja lokal di berbagai Konferensi, memutuskan dan sudah mulai merayakan Ekaristi dan mendaraskan Rosario melalui teknologi live streaming.

Berkat kemajuan teknologi, kita dapat berpartisipasi dalam perayaan atau ritus-ritus liturgi yang kita butuhkan. Sebagai umat Katolik, kita juga patut bersyukur bahwa Gereja memiliki kesatuan ritus Lituergi Ekaristi, sehingga kita tidak bingung ketika mengikuti Ekaristi Live Streaming dari Gereja manapun di seluruh dunia.

Situasi Khusus. Pertama perlu dipahami bahwa di sini kita sedang berbicara tentang perayaan Ekaristi dalam situasi khusus, bukan situasi biasa atau normal. Ciri khusus yang dimaksud, selain terkait bahaya pandemi Corona, juga faktor teknis, yaitu bahwa pelaksanaan Ekaristi secara online sangat bergantung pada ketersediaan jaringan internet dan sarana digital yang dimiliki.

Namun situasi khusus juga dapat dimengerti dengan kasus yang relevan dengan Gereja Indonesia. Dengan pandemi ini banyak dari kita mulai menyadari adanya kehausan akan pelayanan Ekaristi di Gereja. Bayangkan bahwa bertahun-tahun lamanya lebih banyak saudara-saudari kita di banyak wilayah yang bertahan dalam ‘situasi khusus’ karena mendapat pelayanan sakramen hanya dua atau tiga kali dalam waktu setahun. Situasi khusus ini mendorong tumbuhnya rasa solidaritas dengan komunitas Gereja lokal lainnya.

Berpartisipasi, bukan sekedar menonton. Partisipasi yang dimaksud ialah adanya Imam Katolik merayakan Ekaristi yang disiarkan secara live, dan di saat yang sama umat berpartisipasi melalui media digital, tentu sejauh dapat dijangkau. Frase di saat yang sama menegaskan bahwa orang partisipasi ketika perayaan Ekaristi itu berlangsung, bukan menonton sebuah film atau video tentang perayaan Ekaristi.

Ini mirip saja ketika seorang yang sakit serius atau terhambat oleh alasan lain, sehingga tidak mendapat pelayanan Ekaristi Paskah dari Gereja lokalnya, tetapi dapat mengikuti dengan niat hati seluruh siaran langsung perayaan Ekaristi dari Basilika Santo Petrus di Vatikan. Orang ini bukan sekedar menonton sebuah video tantang Ekaristi, tetapi berpartisipasi secara spiritual atau batiniah dalam sebuah perayaan Ekaristi Gereja.

Communio Spiritual. Dalam situasi khusus ini, akhir-akhir ini istilah communio spiritual atau persekutuan spiritual menjadi populer. Makna yang terkandung dalam istilah itu ialah bahwa, meskipun Ekaristi tidak dapat dirayakan dalam bentuk kehadiran secara menubuh, Ekaristi itu tetap sah, sebab communio atau persekutuan Gereja yang merayakan Ekaristi tidak melulu badani atau material, tetapi juga spiritual dan batiniah.

Jadi, meskipun tidak ada kontak secara indrawi antarumat maupun antara umat dan Imam selebran, mereka semua tetap bersatu karena satu iman dalam Kristus, dan karena itu bersatu secara batiniah dan spiritul. Sebab pusat Perayaan Ekaristi adalah Yesus Kristus sebagai Penyelamat kita:

Antara Paus Fransiskus yang merayakan Ekaristi di Vatikan sana dan seorang umat di pedalaman Flores sana misalnya, terdapat sebuah ikatan batin: keduanya bersatu dalam Gereja Katolik, Satu, Kudus dan Apostolik.

Penting kita ketahui bahwa communio spiritual bukan ide yang tiba-tiba muncul karena situasi khusus seperti sekarang ini. Dimensi ini justru melekat pada makna Ekaristi. Sejak Yesus mengatakan ‘Inilah Tubuh-Ku, ambillah dan makanlah’, ‘inilah Darah-Ku, ambillah dan minumlah’, lalu berkata: ‘Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku’ (Bdk. 1Kor 11: 23-26, Luk 22: 15-20, Mrk 14: 22-25, Mat 26: 26-29), Ia sendiri telah meletakkan dengan kokoh dasar spiritual bagi persekutun Gereja dalam Perayaan Ekaristi. Amanat Ekaristi keluar dari mulut Yesus.

Jadi situasi khusus sekarang ini justru membuka kesadaran kita bahwa communio spiritual itu justru akar dari seluruh hidup Gereja. Ketika jemaat awal mengalami situasi khusus, yaitu dikejar-dikejar, ingatan mereka akan kata-kata dan pesan Yesus pada Perjamuan Akhir itulah yang menjadi dasar ikatan batin mereka. Ekaristi Gereja baru menjadi meriah sering perkembanga Liturgi. Tetapi fondasinya ialah Kristus kepala Gereja.

Communio spiritual juga terkait dengan ikatan batin dalam keluarga atau komunitas kita. Mengikuti perayaan Ekaristi live streaming bersama anggota keluarga atau komunitas kecil menjadi sebuah kesempatan untuk merasakan kedekatan, seperti pengalaman jemaat-jemaat awal. Dengan menjadi solid dalam komunitas kecil, kita turut berpartisipasi membangun persekutuan yang lebih luas: solit demi sebuah solideritas.

Atau sebagai sebuah Paroki, ketika tidak dapat hadir bersama di Gereja, ada sebuah kerinduan untuk berkumpul kembali. Keterpisahan karena ancaman virus justru menumbuhkan harapan akan sebuah persaudaraan.

Ekaristinya Sah. Pertanyaan yang sering diajukan ialah apakah perayaan melalui live streaming itu sah? Bukankah kita tidak menerima Tubuh Kristus dan memakannya? Ekaristi live streming itu sah. Tentu dalam situasi khusus ini, jelas bahwa hal yang paling kita rindukan, yaitu menerima Tubuh Kristus dalam rupa hosti kudus tidak atau sulit untuk dipenuhi. Sebagai makhluk inderawi kita merasa ada kekurangan besar.

Namun kekurangan ini tidak perlu menjadi alasan untuk meremehkan makna Ekaristi live streaming, atau menjadi pesimis. Kekurangan ini menjadi kesempatan bagi kita untuk berdoa mengundang Tuhan hadir dalam hati kita. Communio tanpa menerima hosti menjadi saat untuk lebih sadar bahwa makna simbol itu memang terbatas, tidak mutlak, dan hanya kasih Tuhan yang tidak dibatasi oleh simbol; bahwa kita makhluk terbatas dan sering kali menuntut tanda, namun kita dikasihi Tuhan tanpa batas ruang dan waktu.

Imam Katolik, Materi dan Forma Ekaristi. Menurut keyakinan Gereja Katolik, sebagaimana diajarkan dalam Teologi dan Hukum Gereja, syarat-syarat yang menentukan validitas Sakramen Ekaristi adalah tugas Imam atau Uskup sebagai wakil diri Kristus (in persona Christi) serta Materi dan Forma Ekaristi.

Santo Paulus menyebut Ekaristi sebagai “Perjamuan Tuhan” (1Kor 11: 20). Dengan istilah itu ia mau menegaskan bahwa dalam Ekaristi yang menjadi sentral adalah diri Kristus sendiri: Kristus adalah tuan rumah, Ia menyediakan hidangan, dan Ia sendiri adalah hidangannya. Dalam hal ini peran Imam sebagai wakil Kristus menjadi penting, karena mewakili diri Kristus sendiri.

Ensiklik Paus Pius XII, Mystici Corporis Christi pada 1943 menekankan bahwa Gereja hidup oleh misi Kristus dan Roh Kudus (MCC. 67). Sebagai sebuah persekutuan jemaat, Gereja dikepalai Kristus sendiri. Sebab itu Gereja digambarkan sebagai Tubuh Mistik Kristus.

Apa yang dimaksudkan dengan materi dan forma? Materi Ekaristi ialah roti dan anggur yang akan dikonsekrir atau diubah oleh Imam dalam kuasa Roh Kudus menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Sedangkan Formanya ialah seluruh DSA yang dibawakan oleh Imam atau Uskup. Dalam Ekaristi, ketika Imam telah mengkonsekrir roti dan anggur dengan mengucapkan seluruh Doa Syukur Agung, maka Ekaristi itu valid. Dalam pengertian teologis, valid berarti bahwa Tuhan sungguh hadir secara nyata (realis praesentia) bagi seluruh Gereja.

Gereja Katolik meyakini bahwa juga ketika seorang Imam merayakan Misa privat (Misa tanpa umat), ia merayakannya dalam persekutuan dengan seluruh Gereja. Fungsi imamat khusus pada imam melampaui batas waktu dan tempat. Imam yang diberi kuasa memimpin Ekaristi tidak bertindak atas nama kepentingan pribadi. Ia mengerjakan apa yang dilakukan Gereja. Tindakan Imam menghadirkan tindakan Kristus sendiri.

Ekaristi yang Sederhana namun Bermakna. Dalam situasi khusus ini kita tentu tidak perlu mengharapkan sebuah perayaan meriah, dengan melibatkan banyak petugas liturgi. Misalnya dengan menggunakan sistem teleconference untuk menghubungkan petugas liturgi dari tempat-tempat yang berbeda.

Kiranya cukup saja beberapa petugas yang semuanya berada di dekat imam, yang tanpa kesulitan dapat melakukan tugas rangkap juga. Umat lain yang mengikuti dari rumah atau komunitas dapat berpartisipasi dalam keheningan dan sebuah kesadaran batin yang lebih kuat. Dengan demikian communio spiritual memang mendapat tempat utama, dan tidak diganggu oleh kecenderungan aktivisme dalam Ekaristi.

Menjadi Gereja Inklusif. Ekaristi dalam situasi solid dan hening seperti sekarang ini membuka kesempatan bagi kita untuk memaknai Ekaristi tidak hanya pada ritus-ritus atau simbol-simbol belaka.

Mar kita ingat bahwa tindakan dan kata-kata Yesus pada Perjamuan Akhir bukan drama bagi para murid. Di banyak kesempatan Ia telah mewujudkan pelayanan dan pemberian diri. dengan kata lain, Yesus sendiri tidak memisahkan ritus yang Ia buat pada Perjamuan Akhir dengan sikap konkret-Nya sehari-hari kepada sesama.

Teladan Yesus itu relevan bagi kita sekarang. Bagi seorang Kristiani, Ekaristi tidak selesai sebagai ritual di altar saja, melainkan mengalir sebagai “Ekaristi dunia” (Osborne). Ekaristi menguatkan kehidupan, dan hidup yang kita jalani adalah kehidupan di dalam dunia, di mana kita menjadi roti yang dipecahkan bagi sesama.

Selain itu, dalam Ekaristi, mari kita memohon secara khusus perubahan sikap kita sendiri kepada ibu semesta. Semesta kita telah terluka oleh sikap eksploitatif kita. Dunia kita adalah dunia berkebutuhan khusus, dunia yang disable. Epidemi virus dapat diartikan sebagai tanda bahwa bumi berharap agar manusia bertobat dari sikap konsumersime, dan sebaliknya lebih banyak terlibat memulihkan keseimbangan eksositem dunia.

Sdr. B. Andreas Atawolo, OFM

(Sumber: https://andreatawolo.id/2020/03/ekaristi-online-banyak-maknanya/)

Tinggalkan Komentar