Refleksi ini disampaikan oleh Minister General, Sdr. Massimo Fusarelli OFM di hadapan para Fransiskan -Fransiskanes yang bergiat dalam bidang pelayanan JPIC dalam pembukaan Tahun Kidung Segenap Ciptaan yang diadakan oleh Kantor JPIC OFM di Roma. Pertemuan diadakan secara daring pada tanggal 13 Januari 2025.
Pendahuluan
Pada tahun 2025 ini, segenap keluarga Fransiskan merayakan 800 tahun Kidung Segenap Ciptaan (Il Cantico delle Creature). Sebuah teks yang tetap mempertahankan keindahan puitisnya dan kekuatan profetiknya. Kita ingat, Santo Fransiskus menulis kidung ini di San Damiano ketika matanya hampir buta dan badannya melemah karena penyakit. Dalam penderitaannya, ia mengubah rasa sakit menjadi pujian universal.
Sumber Fransiskan mencatat bahwa pada saat itu, Fransiskus tidak tahan cahaya matahari atau panas api. Namun, ia tetap mengenali kehadiran Pencipta yang menghidupkan dalam ciptaan. Bahkan dalam kondisi itu, ia menyanyikan ciptaan sebagai saudara dan saudari, mengajak mereka bergabung dalam paduan suara besar untuk memuji Allah Yang Maha Tinggi.
Makna dan Pesan Kidung
Kidung ini merajut ciptaan dalam tarian pujian dengan bahasa yang sederhana. Ciptaan digambarkan berpasangan: matahari dan bulan, angin dan air, api dan tanah. Matahari, angin, dan api dipandang sebagai unsur maskulin, sedangkan bulan, air, dan tanah sebagai unsur feminim. Penggambaran ini menunjukkan kedekatan mendalam antara manusia dan ciptaan, melampaui dualisme zaman Fransiskus. Pada masa itu, gerakan Katarisme memisahkan kehidupan rohani yang dianggap baik dari dunia materi yang dianggap negatif. Santo Fransiskus melampaui pandangan ini dengan memberikan nilai penuh pada realitas ciptaan sebagai manifestasi kemuliaan Ilahi.
Kidung ini menjadi puncak hidup Santo Fransiskus yang sepenuhnya mengikuti Kristus. Penderitaannya bersatu dengan Kristus, berubah menjadi pujian universal tentang persaudaraan dan kontemplasi keindahan. Kedalaman refleksi teologisnya terlihat jelas dalam ayat tentang “saudari maut badani,” di mana Fransiskus menerima kematian sebagai saudari. Visi ini tetap relevan bagi zaman kita, yang menghadapi tantangan penyakit, penuaan, dan kematian dengan keresahan yang semakin meningkat. Transformasi rasa sakit menjadi rasa syukur adalah pesan penting bagi dunia yang dilanda perang, krisis migrasi, eksploitasi sumber daya, ketidaksetaraan, dan perubahan iklim.

Minister General sedang menyampaikan sambutan dan refleksi dalam Perayaan Pembukaan 800 Tahun Kidung Segenap Ciptaan di Assisi pada 11 Januari 2025 lalu
Panggilan untuk Bertindak
Dalam segala penderitaan ini, Kidung segala Makhluk mengajarkan bahwa rasa syukur dan pujian tetap mungkin. Ini bukan sekadar puisi, tetapi panggilan untuk mengakui keterhubungan semua makhluk. Kidung mengingatkan kita bahwa memuji Sang Pencipta berarti membangun harmoni di antara manusia dan menghadapi kematian sebagai pembukaan menuju kehidupan bersama Allah.
Kidung ini menjadi seruan untuk membangun jembatan, mempromosikan budaya non-kekerasan, dan melindungi ciptaan, termasuk manusia yang paling lemah. Fransiskus menolak kekerasan terhadap manusia atau ciptaan atas nama Tuhan. Ia mengingatkan bahwa perdamaian dan harmoni hanya dapat dicapai melalui kasih, pengampunan, dan rekonsiliasi.
Tiga pesan kunci yang relevan untuk zaman ini
1. Visi Persaudaraan Universal
Ketika Santo Fransiskus menyebut matahari sebagai saudara dan bulan sebagai saudari, ia tidak sekadar bermetafora. Ia menegaskan kebenaran teologis bahwa semua ciptaan terhubung dalam rencana ilahi. Gagasan ini sejalan dengan ekologi integral yang diangkat Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’, di mana kepedulian terhadap Bumi tidak terpisahkan dari keadilan sosial dan perdamaian. Jeritan bumi adalah jeritan orang miskin, dan kita tidak dapat menanggapi yang satu dengan mengabaikan yang lain.
2. Kemampuan Melihat Keindahan dan Kehadiran Ilahi dalam Situasi Penderitaan
Santo Fransiskus menulis Kidung Segenap Ciptaan saat sakit parah. Begitu pula kita dipanggil untuk melihat harapan di tengah krisis, seperti solidaritas terhadap migran, gerakan kaum muda untuk iklim, dialog lintas agama, dan ekonomi solidaritas. Semua ini adalah tanda harapan meski dalam kesulitan.
3. Hubungan antara Kontemplasi dan Aksi
Ayat tentang perdamaian yang ditambahkan Fransiskus untuk mendamaikan Uskup dan Podestà Assisi mengajarkan bahwa kontemplasi sejati harus diwujudkan dalam komitmen nyata terhadap keadilan dan rekonsiliasi. Pekerjaan kita untuk keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan mencerminkan semangat Kidung segala Makhluk.
Proposal konkrit untuk Peringatan 800 Tahun Kidung Segenap Ciptaan
- Mendalami Teologi Ciptaan Fransiskan. Memahami kontribusi pemikir Fransiskan seperti Santo Bonaventura dan Beato Duns Scotus untuk menjawab tantangan ekologi modern.
- Prioritas Pembinaan Saudara – Saudara Muda. Fokus pada tema keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan dengan integrasi dimensi kontemplatif, analisis sosial, dan aksi nyata.
- Kerja sama dalam Keluarga Fransiskan, Gereja dan Sipil. Memperkuat kolaborasi lintas komunitas agama dan sipil, melampaui batas-batas gereja.
- Promosi Prinsip Persaudaraan Universal. Menghadirkan prinsip ini dalam dialog lintas agama dan konteks sekuler, termasuk bidang lingkungan.
- Komunikasi Lebih Efektif. Menggunakan media digital untuk menjangkau semua orang khususnya kaum muda.
Penutup: Sebuah Pintu Harapan (Tahun Yobel)
Kidung Segenap Ciptaan yang ditulis oleh Santo Fransiskus 800 tahun lalu, di tengah penderitaannya, membuka cakrawala harapan bagi umat manusia. Melalui semangat pujian Fransiskus, kita diajak melihat dunia dan sesama dengan mata iman, penuh rasa syukur, dan menjadi pembawa harapan di tengah keputuasaan yang merupakan tema tahun Yubileum. Dalam konteks polarisasi dan konflik global saat ini, Kidung Segenap Ciptaan mengingatkan kita tentang persaudaraan universal dan tanggung jawab terhadap rumah bersama. Kita dipanggil untuk merenungkan kehadiran Tuhan dalam setiap ciptaan dan menerjemahkannya ke dalam tindakan nyata demi perubahan dunia. Semoga inspirasi Fransiskus membimbing kita menuju dunia yang penuh harapan, harmoni, dan cinta, yang merupakan impian Allah bagi umat manusia. Pace e bene!
Alih bahasa: Sdr. Alsis Goa OFM
Tinggalkan Komentar