Para saudara Muda Fransiskan berkumpul kembali di Novisiat Transitus Depok dalam rangka melaksanakan kegiatan Forum Komunikasi Saudara Muda Fransiskan Indonesia (FORKASI). Ini merupakan kegiatan tahunan sebagai saranan mempererat tali persaudaraan di antara para Saudara Muda Fransiskan Provinsi Indonesia. Semua Saudara Muda, baik dari Yogyakarta maupun dari Jakarta berkumpul bersama yang berlangsung selama tiga hari, mulai 3-5 Januari 2017 di Novisiat Transitus Depok.
FORKASI kali ini mengambil tema, “Semangat Fransiskan di Tengah Keberagaman Budaya dan Agama.” Saudara Muda pencinta St. Fransiskus Asisi ini menyadari latar belakang mereka yang terdiri dari keluarga dan budaya yang berbeda-beda. “FORKASI pada tahun ini mengusungkan tema semangat Fransiakan di tengah keberagaman. Tema ini diambil sebagai bentuk untuk menyadarkan kembali akan keberagaman sebagai corak yang melekat dalam kehidupan bersama dan karena itu keberagaman itu harus disyukuri dan dipelihara untuk memperkaya hidup kita,” ungkap Frater Mikael Gabra Santrio sebagai ketua FORKASI periode 2016/2017 dalam pengantar singkatnya untuk membuka rangkaian acara FORKASI di Ruangan kelas para Novis di Novisiat Transitus Depok, Selasa (3/1/2017).
Kegiatan FORKASI ini diisi dengan berbagai kegiatan yang bernuansa mempererat persaudaraan seperti Futsal, Volly, Catur, Kartu Remiks, sharing pengalaman para saudara yang telah selesai tahun Pastoral, dan pentas seni. Kegiatan-kegiatan itu bertujuan mengasah kemampuan para Saudara Muda untuk berkerjasama dan saling menghargai satu sama lain. karena itusemua Saudara Muda melebur dalam kelompok-kelompok. Hadir juga dalam kegiatan FORKASI kali ini beberapa Saudara Tua dari Jakarta. Mereka hadir pada hari kedua, mendukung dan memberi semangat kepada para Saudara Muda. Kehadiran Saudara Tua dengan semangat dan keceriaan mereka selalu memberi inspirasi bagi Saudara Muda dalam membangun kehidupan bersama dengan saling mendukung dan menguatkan satu sama lain. Mereka ikut ambil bagian dalam pertandingan Volly sebagai bentuk pertandingan kehormatan antara Saudara Tua yang dipimpin oleh Sdr. Damas, OFM melawan Saudara Muda yang dikordinasi oleh Sdr. Marsel, OFM.
Seluruh kegiatan itu dibuka dengan rekoleksi yang dibawakan oleh Sdr. Iron Rupa OFM. Dalam sharingnya, Sdr. Iron lebih banyak membagikan pengalaman hidupnya mengenai perjumpaannya dengan keberagaman agama dan budaya, mulai dari kehidupan keluaraganya, di mana beberapa anggota keluarganya ada yang beragama Islam, dan pengalaman ketika sudah menjadi Fransikan, sejak Postulan sampai sekarang. menurutnya keberagaman itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan bersama dan itu merupakan corak yang sungguh melekat dalam kehidupan Fransiskan. “keberagamaan akan latar belakang budaya dan keluarga sudah menyatuh dalam kehidupan Fransiskan,” ungkap magister para Frater di Biara St. Fransiskus ini, “tetapi semangat Fransiskan Seperti apa yang perlu kita bangun dalam keberagaman itu?” tanyanya kepada para frater yang hadir.
“Kita mempunyai semangat hidup, persaudaraan dan kemiskinan, yang diwariskan St. Fransiskus dari Asisi kepada kita. Kita harus memaksimalkan mungkin semangat-semangat itu dalam hidup kita, misalnya semangat kemiskinan harus kita hayati melalui cara hidup kita yang sederhana, menggunakan segala sesuatu secara efektif dan efisien. Lalu kita juga mempunyai sebutan saudara kepada yang lain,” tegasnya.
“Semangat persaudaraan itu menjadi dasar untuk membangun kehidupan bersama dalam keberagaman budaya dan agama. Paus Fransiskus sejak 2013-2016 selalu berbicara tentang persaudaraan dan kesederhanaan. Ciri yang menunjukkan bersaudara adalah sikap terbuka dan peduli kepada orang lain. karena itu sikap masa bodoh dan tidak peduli kepada yang lain adalah penyakit yang sangat berbahaya dalam membangun kehidupan bersama,” tutur Putra Ende ini dihadapan para Frater Fransiskan.
“Karena katakter hidup Fransiskan itu adalah sikap terbuka terhadap yang lain sehingga memunculkan banyak kreativitas pada setiap pribadi,” ungkap Pater Iron dengan penuh keyakinan, “kita (Fransiskan) hanya membutuhkan pribadi-pribadi yang mau bekerjasama, tidak perlu berprestasi tinggi tetapi pribadi yang terbuka,jujur, cerdas dan rendah hati menerima dan mengakui kelebihan orang lain. semua itu harus dimulai dari diri sendiri.”
Akhirnya seluruh kegiatan itu ditutup dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pater Daniel Klau Nahak OFM dan didampingi oleh Pater Frans A. Oki Dwihatmanto OFM.
Kontributor: Sdr. Albertus Dino, OFM
Tinggalkan Komentar