Habitus Non Facit Monachum: Penerimaan Jubah Novis Baru Tahun 2023

Depok, OFM ― Pada tanggal 15 Juli 2023, bertepatan dengan Pesta Santo Bonaventura, dua puluh  pemuda memulai Masa Novisiat dengan menerima jubah pertobatan. Kedua puluh pemuda yang menerima jubah pertobatan adalah: Sdr. Yohanes Jelahu, Sdr. Franciskus Canyuter Pandiangan, Sdr. Petrus Rogo, Sdr. Efaritus Gaudius Moda, Sdr. Charlesius Alexander Nono, Sdr. Nikodemus Prasetiyo Alfani, Sdr. Ambrosius Renzo Opat, Sdr. Stefanus Raka Putra Pratama, Sdr. Oktavianus Sauli Kasih, Sdr. Ignatius Loyola Hamboer Ndona, Sdr. Marianus Erwin Nakang, Sdr. Paulus Serapinus Sebho, Sdr. Erwinardus Generto Beto, Sdr. Kristianus Ale Ruing, Sdr. Kristian Frederiko Tepong, Sdr. Carolus Siga, Sdr. Elga Jendrianus Ten, Sdr. Yohanes Sardimus Ngeo Wula, Sdr. Axel Pius Elmerose Rana, dan Sdr. Rius Dominggus Dite.

Dua puluh pemuda yang menerima jubah pertobatan setelah menjalani Masa Postulat selama 10 bulan.

Perayaan penerimaan jubah pertobatan ini diadakan di Kapel Biara Novisiat Transitus, Depok, dipimpin oleh Gardian San Damiano, Sdr. Yustinus Agung Setiadi, OFM dan didampingi oleh Magister Novisiat, Sdr. F. A. Oki Dwihatmanto, OFM. Dalam khotbahnya, Sdr. Agung menyentil para para Novis dengan pepatah latin, “Habitus Non Facit Monachum, jubah tidak membuat seseorang menjadi biarawan.” Jubah pertobatan yang diterima tidak serta-merta menjadikan mereka biarawan kudus. Aspek hakiki dari penerimaan jubah adalah pertobatan hati. Para Novis baru diajak menanggalkan cara hidup lama dan menjalani cara hidup baru dalam Kristus.

Sdr. Oki Dwihatmanto, OFM memberkati jubah yang akan dikenakan para Novis. Jubah tersebut adalah peninggalan para Fransiskan terdahulu. Mengenakan jubah bekas melambangkan hidup dalam kesederhanaan dan kerendahan hati.

Sdr. Agung juga mengajak para Novis untuk belajar meneladani St. Fransiskus Assisi. Perkenalan St. Fransiskus dengan Yesus telah mengubahnya menjadi manusia baru. Bahkan, ia ingin mengikuti jejak Kristus dengan menepati Injil secara lebih tepat. Tentu saja hal ini sangat penting bagi para Novis yang akan menjalani “masa padang gurun” selama setahun. “Dengan bekal tersebut para saudara akan dapat mengikuti seluruh rangkaian proses pembinaan (formasi) di dalam sekolah kedinaan” tandas Sdr. Agung.*

Kontributor: Sdr. Irfan Afriyanto, OFM

Ed.: Sdr. Rio, OFM

Tinggalkan Komentar