Depok, OFM – Hari Sabtu, 20 Juli 2024 menjadi momen spesial bagi para alumni Novisiat OFM Transitus Depok. Bertempat di area tengah kompleks Novisiat Transitus berlangsung momen reuni akbar lintas angkatan. Ini adalah pertama kalinya kegiatan reuni lintas angkatan dilakukan secara resmi. Reuni ini terjadi sebagai bagian dari rangkaian perayaan 40 tahun berdirinya Novisiat Transitus.
Novisiat Transitus Depok berdiri pada tahun 1984, setahun setelah Provinsi St. Michael Malaikat Agung Indonesia resmi berdiri. Sebelumnya, Masa Novisiat bagi para Saudara Dina berlangsung di Cicurug lalu berpindah ke Jogjakarta. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab babon, “Kresna Mencari Raga,” salah satu alasan pendirian Novisat di Depok adalah untuk menjaga “kedekatan historis” antara OFM dengan Keuskupan Bogor. Sejarah berdiri dan berkembangnya Keuskupan Bogor tidak dapat dipisahkan dengan kehadiran para Fransiskan di Tanah Sunda. Keberadaan novisiat di Depok bermaksud untuk menjaga sejarah yang telah terbentuk tersebut.
Tercatat, pada bulan Juli 1984, angkatan pertama menginjakkan kaki di Novisiat Transitus Depok. Mereka berjumlah sembilan belas orang. Magister yang mendampingi mereka adalah Sdr. Leo Laba Ladjar OFM (Uskup Emeritus Keuskupan Jayapura). Nama transitus sendiri diberikan oleh Sdr. Leo. Kata itu hendak memberi arti novisiat sebagai tempat “peralihan” dari hidup lama menuju hidup baru bersama Tuhan seturut teladan St. Fransiskus Assisi. Statistik menunjukkan, hingga tahun 2023, sebanyak 639 orang telah mencicipi formasi spiritual di tempat ini. Mereka telah tersebar ke berbagai tempat di Indonesia dan Timor Leste meskipun tidak semuanya menjadi Fransiskan.
Meskipun tidak semua menghadiri acara reuni, namun sukacita dan semangat nostalgia menyelimuti para alumni. Sebagian hadir membawa anggota keluarganya. Sebagian lagi hadir tanpa membawa anggota keluarga. Mungkin supaya aura ketika menjadi bagian dari Novisiat Transitus terasa kembali. Senyum dan canda tawa mewarnai berlangsungnya acara. Mereka membawa kenangan-kenangan indah yang pernah dialami semasa menjalani pendidikan di Novisiat Transitus. Pajangan foto-foto historis sejak angkatan pertama di selasar Casa di Ritiro menambah kentalnya suasana reuni. Para alumni kembali mengarungi waktu mengenang masa lalu ketika menjadi bagian dari Novisiat Transitus.
Rangkaian acara reuni diawali dengan seminar singkat tentang Stigmata St. Fransiskus Assisi yang dibawakan oleh Sdr. Andreas Atawolo, OFM. Materi seminar ditanggapi dalam sesi tanya jawab. Para alumni juga membagikan pengalaman perihal peranan formasi khas Fransiskan bagi mereka terutama setelah memutuskan untuk hidup sebagai kaum awam. Bapak Domi, alumnus Novis pertama, angkatan 1983/1984, mengakui bahwa pendidikan yang dialaminya semasa menjadi bagian dari sekolah Fransiskan sangat membekas. Ia berpendapat bahwa sekolah Fransiskan mengajarkannya untuk bersikap rendah hati dan bersaudara dengan siapapun. Menurutnya, acara pertemuan angkatan atau reuni akan menjadi lebih baik bila diadakan setiap tahun sehingga tali persaudaraan di antara sesama alumni tidak akan terputus.
Dalam sambutannya, Minister Provinsi, Sdr. Mikhael Peruhe OFM bersyukur atas terselenggaranya acara reuni ini. Beliau berterima kasih kepada para alumni yang telah hadir dan berharap agar jalinan relasi tetap terawat di masa mendatang. Guna mencairkan suasana dan merekatkan persaudaraan, ice breaking menjadi sesi yang diminati para peserta. Setelah ice breaking, acara dilanjutkan dengan sesi foto per angkatan, dimulai dari angkatan pertama yakni alumni Nostrade angkatan tahun 1983/1984 hingga tahun 2022/2023.
Acara reuni ini digagas dan dirancang oleh para Saudara Dina di Gardianat San Damiano Depok. Magister Novis, Sdr. Oki Dwihatmanto OFM, didapuk sebagai koordinator kegiatan dengan menggandeng beberapa alumni awam dan para Novis. Beliau menganggap usia 40 tahun menjadi momen tepat untuk menghelat acara reuni akbar. Acara reuni akbar berpuncak pada acara makan siang bersama. Bertempat di halangan tengah Novisiat, acara makan siang berlangsung sederhana penuh keakraban. Menu makan siang disuguhkan oleh para pedagang kecil dan umat sekitar.
Kontributor: Sdr. Carlo Mukin, OFM
Ed.: Sdr. Rio, OFM
Tinggalkan Komentar