Jakarta, OFM — Mengisi liburan akhir pekan, para Saudara Dina di gardianat Portiuncula mengadakan kunjungan ke Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya di Sunter, Jakarta Utara pada Jumat, 28 Maret 2024. Kunjungan tersebut diadakan dalam rangka dialog interaktif antara para Saudara Dina dengan komunitas Budhis Teravāda. Berdiri sejak 1985, Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, merupakan pusat aliran Buddhis Teravāda di Indonesia. Pukul 07.00 WIB, para saudara berkumpul di Komunitas JPIC, kemudian bersama-sama berangkat, menggunakan mobil menuju ke Sunter. Setiba di lokasi, para saudara disambut hangat oleh umat Vihara yang sudah menanti sejak pagi. Para saudara diantar menuju aula guna beristirahat sejenak dan bersiap berdialog dengan Bikhu dan perwakilan umat.
Pada pukul 09.00 WIB, pembawa acara membuka rangkaian acara. Sesi pertama adalah dialog tentang agama Buddha Teravāda dan ajaran para sesepuh. Sdr. Wahyu, OFM memimpin sesi dialog dengan terlebih dahulu memberi kesempatan kepada gardian untuk memperkenalkan Fransiskan (Indonesia), Gardianat Portiuncula dan JPIC, serta maksud dan tujuan kunjungan tersebut. “Kami yang hadir saat ini adalah para pengikut Fransiskus Asisi. Alasan kami berkunjung, selain karena hidup dalam pluralitas agama dan budaya, tetapi lebih daripada itu ialah perihal semangat yang sama antara Fransiskan dengan para Buddha, yang sangat menghormati dan menghargai ciptaan,” ujar Sdr. Bimo.

Suasana dialog bersama umat Budha di Vihara Dhammacakka Jaya
Kedatangan dan perkenalan para saudara dina disambut hangat oleh Bhante Sukhemo Mahatera, wakil Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya. “Terima kasih untuk kedatangannya. Saya menyambut baik anda semua,” ujarnya. Kemudian beliau menjelaskan sekilas tentang aliran Buddhisme. Ia menyampaikan bahwa ajaran Buddha berkembang menjadi dua aliran utama: Terāvada (Selatan) dan Mahāyana (Utara). Vihara ini sendiri berafiliasi dengan aliran Buddhis Terāvada yang ada di Thailand, dan para Bhikkhu yang ada di tempat tersebut menjalani formasi awal di Thailand sebelum ditahbiskan.
Sesi selanjutnya adalah tanya jawab. Mengutip dokumen Konsili Vatikan II, Sdr. Frumens OFM mengawali mengajukan pertanyaan esensial. “Bahwa yang membuat kita bersama, adalah karena dipengaruhi oleh kemauan menjawab pertanyaan mengapa kita hidup, dan apa yang dicari setelah kematian. Lantas, pertanyaannya, bagaimana pandangan tentang ciptaan dalam tradisi Buddhisme, serta bagaimana seharusnya manusia bersikap kepada seluruh ciptaan?” Bhante Sukhemo menjelaskan bahwa dalam asajar Buddha, tidak ada konsep “ciptaan” seperti dalam teisme. Dalam pandangan Buddha tidak ada subjek yang menciptakan, tetapi segala sesuatu terbentuk atau tercipta oleh perbuatan manusia, entah baik maupun buruk.

Bhante Sukhemo sedang memberikan penjelasan tentang ajaran agama Budha.
Sdr. Fridus OFM kemudian bertanya perihal pandangan Buddhisme mengenai krisis dunia saat ini, apa penyebab dan jalan keluar? Kata Bante Sukemo, pendidikan, secara khusus moral, adalah kunci untuk menjawab krisis tersebut. Ketika moralitas dijalankan dan dihayati dengan baik, niscaya tidak ada krisis dan penyelewengan. Moralitas perlu dilatih sejak dalam pribadi masing-masing agar berdampak positif bagi dunia.
Pertanyaan lain dari Sdr. Rikard OFM adalah perihal nilai ideal yang dikejar dalam ajaran Budha. Nilai yang dikejar dalam ajaran Buddha adalah kesucian, melalui perbuatan baik dan meditasi, sebagai jalan pencerahan batin. Sementara itu Sdr. Avin OFM bertanya perihal belas kasih dalam hukum karma. Bhante Sukhemo menjawab bahwa hukum karma bersifat objektif. “Yang berbuat baik akan mendapat hasil yang baik, yang berbuat tidak baik maka akan mendapat hasil yang sesuai dengan tindakannya,” jelas beliau.

Tour singkat mengelilingi kompleks vihara, para Saudara Dina sedang mengunjungi perpustakaan.
Setelah sesi tanya jawab, acara dilanjutkan dengan meditasi bersama selama 15 menit, dipimpin langsung oleh Bhante Sukhemo. Momen menarik, setelah meditasi, Bhante Sukhemo memutar kembali cuplikan video sambutan Menteri Agama Republik Indonesia pada suatu kesempatan tentang kurikulum cinta dalam pendidikan agama. Dalam video tersebut dijelaskan bahwa setiap guru agama jangan sekali-kali mengajarkan muridnya tentang kekerasan serta memiliki pandangan yang terbuka terhadap agama lain. Semua agama sama-sama mengajarkan cinta. Indonesia adalah lukisan indah dengan berbagai warna agama, budaya, bahasa, dan lain sebagainya. Acara selanjutnya adalah penyerahan Cinderamata, sebuah buku perjalanan Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, oleh perwakilan umat, dan dilanjutkan dengan foto bersama.
Pada pukul 12.00 WIB, dipandu oleh beberapa umat, para saudara melaksanakan tour singkat mengenali kompleks vihara. Tepat pukul 13. 00 WIB, segala rangkaian acara kunjungan ke Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya selesai. Para saudara kembali ke komunitas masing-masing dengan ilmu dan pengalaman baru. Harapan besar mencuat dari dalam hati para Saudara Dina dan umat Budha bahwa kegiatan dialog semacam ini perlu terus diadakan guna mewujudkan Indonesia yang damai dan harmonis.
Kontributor: Sdr. Carlos Siga, OFM
Ed.: Sdr. Rio OFM
Tinggalkan Komentar