Jumat, 19 November 2021, saudara-saudara muda Jakarta dan Yogyakarta mengikuti kegiatan diskusi secara daring bersama P. Felyanus Dogon, OFM dengan tema “Sejarah Misi Fransiskan di Instanbul”. Beliau merupakan seorang misionaris fransiskan yang kini sedang menjalankan misi di daerah Istanbul. Acara diskusi ini dimulai pukul 19.45 WIB hingga 21.30 WIB.
Turki dan Situasi keagamaannya
Pater Fely mengawali presentasinya dengan menyampaikan beberapa informasi umum terkait negara Turki dan situasi keagamaan di negara tersebut yang merupakan negara transkontinental. Salah satu poin penting yang mempengaruhi perkembangan agama Katolik Latin pada umumnya dan misi fransiskan pada khususnya di daerah Istanbul adalah Ratifikasi Perjanjian Lausanne (pada 1923) oleh negara Turki. Perjanjian ini merupakan bentuk pengakuan kedaulatan Turki pasca Perang Dunia I dan perang kemerdekaan.
Perjanjian ini berdampak pada munculnya sejumlah kebijakan seperti penghapusan kekhalifahan Turki Utsmani dan menjadikan Turki secara resmi menjadi negara sekuler di bawah usaha presiden pertama Mustafa Kemal Atatȕrk. Perjanjian ini mengakui hak-hak sipil, politik, dan budaya minoritas non-Muslim. Akan tetapi, Pater Fely mengatakan bahwa dalam praktiknya, pemerintah Turki hanya mengakui hak-hak Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Apostolik Armenia dan Yahudi saja, sedangkan agama-agama lainnya tidak diakui secara resmi, termasuk Katolik Latin hingga saat ini. Gereja Katolik Roma merupakan salah satu agama minoritas di negara Turki dengan persentase penganut 0,5%, sedangkan yang menjadi agama mayoritas di negara tersebut adalah Islam Sunni.
Misi OFM di Turki
Dalam pemaparan selanjutnya, Pater Fely menyuguhkan informasi mengenai kehadiran awal dan perkembangan misi fransiskan di Turki. Beliau menyampaikan bahwa para fransiskan datang ke Konstantinopel (kini disebut Istanbul) sekitar tahun 1220. Saudara Benediktus dari Arezzo merupakan misionaris pertama yang hadir di sana. Kemudian, didirikanlah sebuah biara besar dan gereja megah di daerah Galata, Konstantinopel pada tahun 1230, dua tahun setelah St. Fransiskus dari Asisi dikanonisasi. Para fransiskan terus berkarya hingga tahun 1453. Pater Fely kemudian mengatakan bahwa ketika kekaisaran Bizantium ditaklukkan oleh Ottoman pada 1453, banyak misionaris yang terbunuh. Informasi mengenai karya para fransiskan selanjutnya hingga tahun 1800-an sulit diketahui, mengingat begitu terbatasnya catatan sejarah tentang para fransiskan ini.
Pada tahun 1892, misi di daerah Konstantinopel diserahkan kepada Minister General. Misi ini kemudian dipercayakan kepada provinsi OFM Toscana pada tahun 1930. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, misi ini dikembalikan kepada Ordo lantaran pihak provinsi OFM Toscana mengalami kekurangan tenaga misionaris untuk dikirimkan ke daerah misi tersebut. Pada 28 Februari 2004, misi Persaudaraan Internasional OFM untuk dialog antar-agama dan ekumenis diresmikan. Di tahun-tahun berikutnya, para fransiskan mempromosikan dialog ekumenis dan dialog antar-agama. Adapun beberapa misi utama lain yang dijalankan yakni, hidup dalam persekutuan dengan Gereja Lokal dan menawarkan on going formation untuk dialog ekumenis dan dialog antar-agama bagi para fransiskan OFM. Selain itu, terdapat juga pelayanan pastoral dan aktivitas-aktivitas tahunan yang mereka selenggarakan di sana. Hingga saat ini terdapat dua komunitas OFM di Turki yakni, komunitas OFM di Istanbul dan komunitas OFM di Izmir (Smirna).
Tantangan Bermisi di Turki
Selain menjelaskan sejarah misi para fransiskan di Turki, Pater Fely juga membagikan pengalamannya berupa beberapa tantangan eksternal dan tantangan internal, yang dialami dan dihadapinya bersama para misionaris fransiskan lain ketika menjalankan misi tanah Turki. Tantangan eksternalnya ialah hidup sebagai kaum minoritas di tengah mayoritas Muslim dan hidup sebagai seorang katolik di negara yang tidak mengakui secara resmi Gereja Katolik. Tantangan internalnya yaitu: kesediaan untuk serius mempelajari bahasa daerah (bahasa Turki), membangun persaudaraan yang harmonis di daerah misi, membangun keberanian dan kreativitas untuk menciptakan inisiatif baru, dan mempertahankan serta meningkatkan misi yang ada.
Para saudara yang mengikuti diskusi ini turut berpartisipasi aktif dalam memperoleh informasi mengenai misi di daerah Turki. Hal ini dapat diketahui melalui antusias para saudara dalam mengajukan beberapa pertanyaan kepada Pater Fely sebagai pemateri. Di akhir sesi diskusi tersebut, Pater Fely mengajak para saudara muda agar bersungguh-sungguh dalam menjalani masa tahap formasi awal. Berbagai pengalaman positif yang telah dialami oleh para saudara muda akan menjadi modal yang sangat berharga untuk diterapkan ketika suatu saat nanti para saudara berkarya di tanah misi.
Sdr. Leo Meo, OFM
Tinggalkan Komentar