Berita robohnya beringin kita hari ini (Senin, 21/06/2021) memberi inspirasi menarik untuk berefleksi. Sdr. Darmin, OFM menuturkan dengan yakin usia Sang Beringin yang tumbuh di “Jantung Spiritualitas Fransiskan” (baca: Novisiat OFM Depok), yaitu 37 tahun. Usia ini boleh dikatakan masuk dalam kategori generasi milenial. Usia yang tergolong muda untuk berpulang dari kehidupan di dunia ini sebagai bagian dari klan beringin. Beringin biasanya dapat bertahan hidup lebih dari 37 tahun. Tapi apa mau dikata kalau takdir menjemput tak satu insanpun luput. Ingatan kecil yang terbersit dari beringin ini adalah pengalaman nyaman dan sejuk saat berteduh di bawahnya kala masih novis tahun 1998-1999. Saat kecil di kampung, beringin adalah pohon yang menakutkan karena diyakini oleh banyak orang sebagai tempat berkumpulnya roh-roh. Beringin bagi pemeluk aliran kepercayaan menjadi tempat untuk berelasi dengan leluhur mereka sebagai entitas yang tidak terlihat. Berbagai dupa dan bunga dipersembahkan guna membangun komunikasi batin dalam tataran spiritual. Tiap kampung selalu ditandai adanya pohon beringin sebagai tempat berkumpulnya para leluhur kampung yang diyakini sebagai “penjaga kampung”.
Robohnya beringin kita hari ini merupakan secuil gambaran akan rapuhnya kehidupan fana. Hari-hari ini kita disuguhkan peristiwa akan robohnya raga-raga manusia Indonesia oleh serangan Covid-19. Lonjakan para penderita covid akhir-akhir ini berkisar dari delapan ribu sampai dua belas ribu kasus per hari (Kompas, 21 Juni 2021). “Makhluk halus” yang tak terlihat oleh mata itu, Covid-19, juga merobohkan raga kedelapan saudara kita di “Markas Besar OFM” (baca: Provinsialat OFM) sehingga harus dirawat di Rumah Sakit. Selain raga-raga insani yang roboh oleh si covid-19 tatanan ekonomi kita juga mulai terlihat roboh. Indikator kecil kerobohan itu terlihat dengan jelas pada sektor pelaku-pelaku ekonomi. Tatanan ekonomi global yang roboh ditandai dengan tutupnya beberapa unit bisnis yang ber-brand, seperti Hertz, Retail icon J.C.Penny Co., Neiman Marcus, True Religion Apparel, Virgin Australia, dan Ultra Petroleum. Tatanan ekonomi lokal atau nasional yang roboh ditandai dengan tutupnya beberapa unit bisnis di tanah air, seperti: PT Matahari Department Store Tbk telah menutup 25 gerai mereka di beberapa kota, Manajemen Centro Department Store telah menutup beberapa gerainya, Perbelanjaan Golden Truly resmi menutup gerai offline mereka, PT Hero Supermarket Tbk menjadi salah satu perusahan ritel raksasa yang memutuskan untuk menutup seluruh gerai Giant mereka di akhir Juli 2021 mendatang.
Robohnya tatanan ekonomi kita berdampak pada robohnya para penopang ekonomi rumah tangga. Tingkat pengangguran terbuka selama pandemi covid-19 untuk daerah Jakarta pada Agustus 2020 sebesar 10,95 persen atau setara 572.780 orang. Angka ini menunjukkan kenaikan tingkat pengangguran terbuka di Jakarta dibandingkan dengan data tahun 2019 sebesar 4,41 persen atau bertambah sebesar 233.378 orang (BPS, 2020). Ketika data-data itu bersinggungan dengan Lembaga Pendidikan Katolik, Yayasan Santo Fransiskus maka realita sosial itu menjadi terasa bukan melulu sebagai angka yang menghiasi statistik pemerintah. Satu orang tua siswa dari TK Fransiskus yang bernama Delano bernarasi kalau ia dan istrinya terkena PHK sehingga minta keringan pembiayaan uang sekolah. “Situasi ekonomi kami lagi sulit, Suster,” ungkapnya pada Suster Marina AK, Kepala Sekolah TK Fransiskus. Selain orang tua Delano masih banyak lagi orang tua siswa lain yang terkena dampak robohnya tatanan ekonomi rumah tangga.
Robohnya tatanan ekonomi itu berdampak pada gerak semua Lembaga Pendidikan Katolik di Jakarta. Beberapa harus “berdarah-darah” menjalankan misi mendidik generasi bangsa. Satu hal yang masih kokoh, yaitu iman akan penyelenggaraan Tuhan bahwa “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga” (GS 1). Semoga prinsip luhur senses of crisis ini tidak akan pernah roboh di tengah robohnya beringin kita, raga kita dan tatanan ekonomi kita.
Kontributor : Sdr. Mateus Leonardus Batubara, OFM
Tinggalkan Komentar